Mengulik Sejarah Stasiun Kiaracondong Bandung

banner 468x60

BANDUNGMU.COM, Bandung — Bagi kamu warga Bandung yang sering bepergian ke luar kota menggunakan kereta api, pasti tidak asih lagi dengan Stasiun Kiaracondong Bandung.

Mengutip Wikipedia, Stasiun Kiaracondong (KAC) atau disebut juga dengan Stasiun Kircon adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B di Kota Bandung. Lokasi tepatnya di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kelurahan Kebonjayanti.

Stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung. Dahulu seluruh kereta api penumpang, mulai dari kelas eksekutif sampai ekonomi, dilayani di Stasiun Bandung.

Peningkatan jadwal pemberangkatan di Stasiun Bandung menjadi alasan semua keberangkatan kereta api antarkota kelas ekonomi dipindahkan ke Stasiun Kiaracondong.

Stasiun Kiaracondong saat ini menjadi titik ujung timur jalur rel ganda kawasan Bandung Raya (Padalarang-Cicalengka).

Saat ini kereta kelas campuran juga berhenti di stasiun ini untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, baik dalam perjalanan dari maupun ke Stasiun Bandung.

Kebijakan ini menjadikan Stasiun Kiaracondong sebagai titik keberangkatan dan kedatangan penumpang kedua di kawasan tersebut.

Kereta api yang melintas langsung atau tidak berhenti di stasiun ini adalah KA Argo Wilis, Turangga, dan angkutan barang.

Sejarah pembangunan

Dahulu, pada pembangunan jalur kereta api lintas Jawa yang dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), tidak ada Stasiun Kiaracondong dan Cikudapateuh, apalagi Andir, Ciroyom, maupun Bandung Gudang.

Peta 1894 hanya menyebutkan nama Stasiun Bandung dan Gedebage sebagai stasiun di Kota Bandung. Gedebage dahulu berada di pinggiran wilayah Kota Bandung.

Dalam beberapa literatur, seperti laporan tahunan SS, stasiun ini dahulu dibangun karena berkembangnya Kota Bandung menjadi kota besar.

Karena kebutuhan akan penumpang dan barang semakin meningkat, pemerintah Kolonial memutuskan membangun jalur ganda di rute Padalarang–Bandung–Kiaracondong yang sepenuhnya terwujud.

Pembangunan ini juga mengharuskan adanya beberapa perhentian dan titik langsir. Misalnya Halte Gadobangkong, Stasiun Cimindi, stasiun pengontrol wesel di Andir, titik pemberangkatan KA barang di Ciroyom untuk Stasiun Bandung Gudang, Stasiun Cikudapateuh, dan Stasiun Kiaracondong.

Steven Anne Reitsma (Wali Kota Bandung di era Hindia Belanda) pun membahasnya dengan terperinci mengenai jalur ganda ini dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kota Bandung.

Meski jalur gandanya sendiri dibuka pada 1921, bersamaan dengan pembukaan segmen Bandung–Ciwidey dan Rancaekek–Tanjungsari, untuk stasiun ini baru diselesaikan pada 1923 dengan nama Halte Kiaratjondong.

Kemudian sejak 6 April 1999 stasiun ini menggunakan persinyalan elektrik produksi Alstom.

Stasiun ini memiliki tujuh jalur kereta api dengan jalur 3 merupakan sepur lurus untuk jalur tunggal dari dan ke arah Cicalengka sekaligus jalur ganda arah hulu (ke arah Bandung/Padalarang).

Sementara itu, jalur 2 merupakan sepur lurus untuk jalur ganda arah hilir (dari arah Bandung/Padalarang).

Ada dua pintu masuk Stasiun Kiaracondong. Pintu masuk sayap utara dengan bangunan yang terinspirasi dari arsitektur art deco menghadap Jalan Ibrahim Adjie. Adapun bangunan lama stasiun menghadap Jalan Stasiun di sayap selatan.

Jalur 1 hingga 5 sudah dipayungi atap overcapping. Sayap utara memiliki area parkir yang cukup luas, sedangkan sayap selatan tidak memiliki area parkir sama sekali karena padatnya permukiman penduduk.

Di dekat stasiun ini ada Balai Yasa Kiaracondong. Yakni balai yasa yang khusus digunakan untuk perawatan dan perbaikan jembatan.

Misalnya meliputi pengadaan suku cadang untuk jembatan-jembatan kereta api yang masih aktif, perbaikan rangka jembatan, pembuatan jembatan baru, dan pemeliharaan rutin.

Dari stasiun ini dahulu pernah ada jalur cabang menuju Ciwidey yang sudah dinonaktifkan. Percabangannya dimulai di sebelah barat Stasiun Kiaracondong, tepatnya di pertengahan petak jalan antara Cikudapateuh–Kiaracondong.

Di pertengahan petak tersebut terdapat pos sinyal Cibangkonglor yang kini hanya menyisakan bekas tiang sinyalnya saja.

Pada tempat yang sama juga terdapat jalur pendek menuju Karees yang juga sudah dinonaktifkan.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author