Mudik Lebaran, Luap Kerinduan Manusiawi

banner 468x60

Oleh: Moch. Fadlani Salam, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM – Lebaran disebut sebut berasal dari bahasa Jawa, yaitu “Lěbar” yang berarti selesai atau sudah berlalunya bulan Ramadhan. Lebaran adalah nama lain dari hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha yang dirayakan umat Muslim setiap tahun.

Untuk Hari Raya Idul Fitri dirayakan pada setiap 1 Syawal setelah sebulan melaksanakan puasa di bulan Ramadan. Di momen hari raya idul fitri, jutaan bahkan ribuan orang di Indonesia memanfaatkan momen libur Lebaran ini untuk mudik.

Tradisi mudik ini rupanya sudah lama ada, eksis di republik kita ini. Di tahun 2023 ini, Kementerian Perhubungan memprediksi bahwa jumlah pemudik mencapai 123,8 juta.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan 47% secara nasional dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan sekitar 26 persen atau hampir 33 juta orang pemudik melakukan perjalanan menuju ke Provinsi Jateng. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak di seluruh Indonesia.

Menurut Prof. Heddy Shri seorang antropolog, mudik itu diambil dari kata udik yang artinya hulu atau ujung. Hal ini dikaitkan dengan tempat tinggal orang Melayu di masa lalu yang berada di hulu sungai dan mereka akan bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Kemudian pada sore hari akan kembali ke hulu.

Di Indonesia sendiri, istilah mudik mulai dikenal luas di tahun 1970-an. Saat itu, pemerintah Orde Baru menggenjot pembangunan di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Saat ada pertumbuhan di kota, orang mulai merantau, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang.

Hal ini menyebabkan mereka meninggalkan kampung halaman dan terpisah dengan keluarga besar. Maka begitu ada momen libur yang agak panjang, mereka akan pulang ke rumah. Perasaan rindu akhirnya timbul, menunggu libur panjang agar bisa kumpul sangat dinanti, terlebih lagi kita di Indonesia merupakan masyarakat muslim yang paling banyak.

Kesempatan mudik di momen ‘Idul Fitri tidak akan dijumpai pada moment lain apapun. Untuk itu kita bisa memanfaatkan sebaik-baiknya. Bagi yang masih punya masalah dengan sanak saudaranya, kesempatan ini sangat cocok untuk saling bermaafan.

Kepada mereka yang sudah mulai renggang, kesempatan ini sangat baik untuk merapatkan kembali. Kepada yang sudah akrab dan dekat, kesempatan ini tetap lebih baik untuk memupuk tali persaudaraan.

Uniknya, seiring berjalannya waktu, motivasi seseorang untuk mudik itu terus berkembang. Jika mulanya hanya ingin menengok keluarga, mudik juga dapat menjadi ajang untuk menunjukkan keberhasilan mereka di perantauan, menunjukkan keberhasilan secara ekonomi.

Suatu hal yang penting untuk difahami, umumnya aktivitas mudik menyimpan berbagai rasa di hati, dari mulai haru, rindu, cinta, dan bahagia, karena sang pemudik tau tujuan kemana ia pulang.

Rasa tersebut ada, karena mereka para pemudik didukung dengan kesiapan berbagai perbekalan, juga dengan berbagai cerita kehidupan yang telah dijalani.

Begitupun kelak ketika sebagai muslim meyakini bahwa nanti kita akan pulang ke kampung halaman yang abadi, yaitu kampung akhirat. Kita harus mampu membawa berbagai rasa yang positif, haru, rindu, bahagia dengan senyum tawa menghadap sang pencipta dan Maha Kuasa.

Tentu itu semua bisa kita raih, jika kita membawa berbagai perbekalan amal sholeh saat kita menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author