BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Menyibak peran Muhammadiyah di tanah Papua, Rektor Unimuda Sorong, Rustamadji, ungkapkan peran Muhammadiyah mampu menembus batas yang tidak biasa di tanah Papua.
Rutamadji menuturkan, awalnya anak-anak di Papua khususnya di Pulau Arar, Sorong, Papua Barat, hanya menamatkan sekolah sampai tingkat dasar. Namun, kehadiran Muhammadiyah mampu mengubah itu.
“Sekarang di pulau itu dipenuhi oleh anak-anak lulusan sekolah Muhammadiyah. Dari mereka ada yang jadi tentara, polisi, perawat, dan seterusnya, yang dahulunya hanya lulusan SD,” katanya dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (16/03/2024).
Tidak bisa instan
Rustamadji menjelaskan, dakwah di tanah Papua tidak bisa instan, tetapi harus berproses. Kehadiran Muhammadiyah di Papua diawali dengan membuat zona nyaman. Itu tidak masalah karena yang menjadi masalah adalah menciptakan zona terlena.
Selain dunia pendidikan, Muhammadiyah juga melakukan transformasi pada Suku Kokoda yang awalnya nomaden. Kemudian oleh Muhammadiyah suku ini dibuatkan wilayah untuk menetap dan menjalani hidup lebih baik.
Tidak hanya di Pulau Arar, Muhammadiyah terus bergerak membangun Papua di Pulau Ondama. Padahal di pulau itu sebelumnya sudah ada beberapa perguruan tinggi yang gagal berdiri, tetapi tidak dengan Unimuda Sorong.
“Besok ini pada tanggal 23 saya akan ke Pulau Ondama untuk meyudisium calon guru SD,” katanya.
Hadirnya Unimuda Sorong di Pulau Ondama mendapat sambutan menggembirakan dari masyarakat lokal. Bahkan ujian yang dilakukan tidak di ruang kelas, tetapi di pinggir pantai sembari menikmati snek ikan tenggiri bakar dan goreng.
“Kampus kami ini (mahasiswanya) 70 persen lebih anak Papua yang Kristen. Sebenarnya Muhammadiyah ini memiliki peluang lebih besar kepada orang Kristen,” ungkapnya.
Rustamadji menuturkan, ada banyak kesamaan secara fisik antara Muhammadiyah dan Nasrani di Papua. Misalnya ketika beribadah tidak pakai sarung dan kopiah, mimbar khotbahnya sama, sampai dengan kesamaan adanya larangan merokok.
Selain karena dikenal sebagai kampus toleran, Unimuda Sorong juga menjadi kampus dengan peminat yang besar berkat dukungan dari keindahan alam Papua yang mudah diakses dari Unimuda Sorong.
Bahkan melalui pendekatan pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah dapat menjadi soft diplomasi antara Indonesia dan Papua Nugini (PNG).
Soft diplomasi sebagai cara membangun diplomasi yang harmonis Indonesia dengan PNG. Pasalnya, di ingatan warga negara PNG, Indonesia adalah negara penindas.***
___
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: FA
No comments yet.