Muhammadiyah • Jun 08 2022 • 23 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Internasionalisasi Islam Indonesia yang dilakukan Muhammadiyah merupakan upaya melakukan internasionalisasi pandangan keislaman ala Muhammadiyah bagi dunia global. Selain state of mind – pandangan keislaman, internasionalisasi Muhammadiyah juga pada dimensi struktur.
Pandangan keislaman yang dimiliki oleh Muhammadiyah yakni toleran, moderat, tidak fanatik secara berlebihan terhadap salah satu madzhab, damai, giat beramal dan seterusnya, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pandangan khas tersebut merupakan distingsi Islam Indonesia yang dunia global perlu mengetahuinya.
Pandangan khas keislaman Indonesia tersebut, kata Haedar, bisa diajukan sebagai solusi atas carut marutnya dunia dalam memandang Islam. Kenyataan tersebut tidak bisa disalahkan, sebab faktanya Dunia Islam di Timur Tengah sebagai representasi Islam sedang mengalami kisruh atau konflik, baik internal maupun eksternal.
Namun demikian, Haedar menjelaskan bahwa meski Islam yang selama ini direpresentasikan oleh Negara-negara Arab atau Timur Tengah menjadi pemicu pandangan negatif dunia global terhadap Islam, tetapi internasionalisasi Muhammadiyah bukan sebagai bentuk anti Arab dan pandangan keislaman dari belahan dunia yang lain.
“Muhammadiyah meski melakukan internasionalisasi Islam Indonesia, akan tetapi bukan berarti Muhammadiyah meminggirkan kebesaran dan tidak anti Arab”. Ucap Haedar pada, Selasa (7/6) di acara menerima kunjungan dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.
Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini mengatakan, khazanah keislaman yang sudah mapan seperti dari Dunia Arab, termasuk Mesir dan sekitarnya, serta pandangan keislaman yang berasal dari Barat perlu untuk dipertemukan atau integrasi dan interkoneksi dengan pandangan keislaman Muhammadiyah atau Indonesia.
“Sehingga kita menemukan pandangan keislaman yang meluas, saling berjumpa dengan yang lain, dan tidak saling curiga”. Tuturnya.
Terkait dengan beberapa kelompok Islam yang anti Arab menurutnya disebabkan salah persepsi terhadap terma radikalisme. Haedar menyebut bahwa, melihat fenomena radikalisme-ekstrimisme tidak boleh dengan cara yang ekstrim pula. Dia menyarankan untuk melihat fenomena apapun termasuk radikalisme-ekstrimisme dengan adil dan moderat, supaya tidak menciptakan radikalisme-ekstrimisme yang lain.
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.