Paragraf Itu Panjangnya Jangan seperti Tembok | PWMU.CO

Paragraf Itu Panjangnya Jangan seperti Tembok, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ichwan Arif

PWMU.CO – Dalam acara Mentoring Penyusunan Buku Praktik Baik Program Literasi Numerasi di Aula Ny Walidah SMA Muhammadiyah 2 (Smamda), guru belajar mengedit tulisan sendiri, Rabu (9/11/22).

Dalam kegiatan yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini, 38 penulis dari SD/MI Muhammadiyah se-Jawa Timur yang mengikuti Program Literasi Numerasi Mandiri melakukan editing tulisan yang berjumlah 1000-1500 kata yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Mentor kepenulisan Ainur Rafiq Sophiaan SE MSi menjelaskan penulis harus melakukan pembacaan ulang isi tulisan yang sudah dibuat. Jangan sampai isi tulisan itu membingungkan bagi pembaca lain.

“Kalau penulis saja menganggak tulisan tersebut membingungkan, apalagi bagi pembaca lain. Ini adalah tahapan awal proses editing yang harus dilakukan. Kedua adalah memastikan tiap paragraf yang sudah dibuat tidak terlalu panjang. Jangan buat paragraf itu panjangnya seperti tembok,” ujar Pimpinan Redaksi Matan, disambut tawa peserta.

Untuk itu, tekannya, buat kalimat dalam paragraf itu pendek-pendek dengan jumlah 3-5 kalimat dalam 1 paragraf.

Edit Tulisan Sendiri

Kepala MMI Assaadah (MIAS) Bungah, Gresik, Jawa Timur Nurul Khaniyah SPd mengaku dengan mengikuti mentoring praktik baik literasi numerasi ini memberikan nilai tambah terhadap wawasan dalam menulis.

“Alhamsulillah setelah acara mentoring kemarin, wawasan saya tentang penulisan bertambah,” katanya saat dihubungi PWMU.CO, Kamis (10/11/22).

Dia memaparkan selain mendapat ilmu baru, sekarang sudah bisa melakukan editing tulisan sendiri. Meskipun masih dalam tahapan pemula, tetapi proses ini telah memberikan pemantik untuk terus belajar menulis.

Dalam acara Mentoring Penyusunan Buku Praktik Baik Program Literasi Numerasi ini, sambungnya, kami semua proses belajar dalam menulis. Kalaupun mendapat arahan, masukan, dan juga kritikan dari mentor, ini kita jadikan sebagai proses belajar menulis.

“Kami pun mengikuti arahan tersebut sehingga tulisan tentang kegiatan literasi numerasi di sekolah ini enak dibaca. Ya, semoga isinya tidak mengecewakan,” tandasnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.