Perubahan dari Fisikal ke Digital, Tantangan Abad Kedua Muhammadiyah

banner 468x60

BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menyampaikan tantangan dakwah Muhammadiyah pada abad kedua.

Ia mengutip salah satu kutipan populer dari KH Ahmad Dahlan bahwa Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang.

Oleh karena itu, ujar Dadang, perlu meraba-raba tantangan apa Muhammadiyah pada abad kedua ini.

“Kita sukses pada abad pertama, mendapat penghargaan dari berbagai pengamat, jumlah fasilitas sosial yang kita bangun begitu banyak. Tapi ini produk abad pertama, tantangan pada abad kedua justru sangat berbeda. Apakah kita akan mempertahankan gaya lama?” ucap Dadang dalam acara acara Dialog Ideopolitor di Universitas Ahmad Dahlan pada Ahad (07/05/2023).

Menurut Dadang, tantangan utama Muhammadiyah pada kedua ialah adanya fenomena perubahan radikal dari fisikal ke digital.

Era digital adalah masa saat semua serba mudah dan tidak ada batasannya. Hampir segala lini kehidupan, dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi, sudah mulai terdigitalisasi.

Hal ini terjadi karena penemuan manusia akan internet. Di Indonesia sendiri internet mulai masuk pada 1990-an dan berkembang pesat pada periode tahun 2000-an.

“Sejak ditemukan internet pada 1990-an, dunia berubah dengan cepat. Hubungan antar manusia tidak lagi seperti dahulu, bersifat organik, tetapi berubah bersifat virtual atau digital. Sekarang hampir sebagian besar manusia menggunakan alat komunikasi melalui jejaring internet, jarak jauh, dan melalui sosial media,” tutur Dadang.

Penemuan internet menjadi penanda masuknya era Industri 4.0. Jika revolusi industri 3.0 sukses mengotomasi seluruh proses produksi dengan sesedikit mungkin campur tangan manusia, revolusi industri 4.0 melahirkan mesin pintar yang mampu berpikir.

“Era (revolusi industri 4.0) ini, manusia menerapkan digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan,” ucap Dadang seperti bandungmu.com kutip dari muhammadiyah.or.id.

Menurut Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Bandung ini, hadirnya era 4.0 membawa pada perubahan dalam pola beragama.

“Perkembangan teknologi media ke arah lebih canggih, instan, interaktif, menyebabkan anak muda lebih banyak menyerap informasi keislaman yang dikemas menggunakan media konvergensi. Khawatirkan generasi muda tidak menerima informasi berislam dan bermuhammadiyah,” kata Dadang.

Oleh karena itu, Muhammadiyah yang mengusung semangat pembaharuan (tajdid), ungkap Dadang, mesti menghadirkan wajah baru dalam berdakwah melalui berbagai platform media berbasis digital sehingga cocok dengan Karakter Komunitas Virtual.

“Komunitas virtual yang tidak terbatas oleh tempat, waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan, sehingga memberikan kesempatan bagi Muhammadiyah untuk mendapatkan respons positif dari seluruh pelosok dunia,” tandas Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati ini.



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author