BANDUNGMU.COM, Bandung — Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarkat (LP2M) UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai leading sector dalam pengarusutamaan gender (PUG) menggelar Workshop Kurikulum Responsif Gender di Aula Gedung Lecture Hall pada Jumat (13/09/2024).
Dengan menghadirkan narasumber Dekan Education Faculty Universitas Islam Internasional Indonesia Nina Nurmila yang dipandu oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Idah Wahidah dan dibuka oleh Ketua LP2M Setia Gumilar.
Dalam sambutannya Setia berpesan bahwa workshop ini penting untuk pencapaian kesetaraan gender di perguruan tinggi dan meminimalisir ketimpangan gender yang ada. “Saya berharap untuk tindak lanjut workshop ini dengan melibatkan para Wakil Dekan 1 dan Ketua Prodi agar secara kebijakan bisa langsung diimplementasikan,” tegasnya.
Kepala PSGA UIN Bandung Irma Riyani menyampaikan kurikulum responsif gender ini bagian dari strategi pencapaian perguruan tinggi responsif gender untuk mencapai kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Salah satu indikatornya adalah memiliki mata kuliah responsif gender baik secara mandiri seperti mata kuliah agama dan gender di Ushuluddin atau sosiologi gender di FISIP, teori kesetaraan gender di Hukum Keluarga Islam, maupun secara insersi dengan menyisipkan tema gender dalam beberapa subtema mata kuliah ataupun integrasi dengan mengintegrasikan perspektif gender ke dalam seluruh sistem perkuliahan.
Menurutnya, para dosen bisa langsung mengimplementasikan hasil workshop ini dengan memasukkan tema gender dalam proses pembelajaran. “Saya berharap dosen menjadi support system dalam pencapaian kesetaraan gender di kampus. Ke depan bisa mengusulkan ada mata kuliah dasar (MKDU) terkait gender di UIN Bandung,” tuturnya.
Workshop dilaksanakan dalam rangka mendorong UIN SGD Bandung menuju kampus responsif gender. “Semoga dengan adanya workshop ini kita memiliki model atau panduan bagi para dosen untuk memasukan perspektif gender ini ke dalam proses perkuliahan,” ujarnya.
Dengan kebijakan Rektor UIN Bandung Rosihon Anwar yang menjadikan gender sebagai salah satu prioritas capaian Renstra, sebuah dukungan yang luar biasa pada isu gender dan menjadikan proses pengarusutamaan gender sebuah keniscayaan.
Kegiatan ini sesuai dengan dasar hukum tentang PUG yakni Inpres nomor 9/2000 tentang PUG, PMA Nomor 11/2006 tentang Penetapan unit pelaksana, tugas, dan Fungsi Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementrian Agama dan Peraturan Kemen PPPA Nomor 12/2010: Pedoman Perencanaan, Penganggaran pada Pendidikan Islam yang Responsif Gender.
Workshop yang diikuti oleh 40 dosen perwakilan dari berbagai fakultas di UIN Bandung ini dengan antusias berpartisipasi aktif menyimak paparan yang disampaikan oleh narasumber Nina Nurmila.
Dalam paparannya, Nina menjelaskan terlebih dahulu pemahaman tentang gender. Guru besar bidang Islam dan gender yang pernah menjabat sebagai Komisioner Komnas Perempuan ini memaparkan pentingnya integrasi perspektif gender dalam proses pembelajaran.
“Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bias gender dalam produksi pengetahuan dan merekonstruksinya agar pengetahuan dapat mendukung upaya penciptaan relasi gender yang adil,” katanya.
“Caranya dengan mengintegrasikan pembelajaran yang responsif gender. Selain itu, juga menumbuhkan kemampuan critical thinking pada berbagai aspek yang di dalamnya ada ketimpangan dalam relasi gender,” tandasnya.***