Oleh: Ace Somantri
BANDUNGMU.COM — Semesta dan isinya diciptakan untuk segala makhluk hidup, baik di bumi maupun planet lain. Alam selalu memberikan sesuai fitrah penciptaannya.
Namun, alam juga “berbicara” mengenai kebutuhan setiap makhluk hidup di dalamnya, termasuk makhluk yang berada di dalam bumi.
Jutaan makhluk hayati dan hewan, selain menjadi ciptaan Tuhan, juga memberikan petunjuk bagi manusia yang berpikir untuk dijadikan sumber ilmu pengetahuan yang nyata.
Permasalahan yang muncul di dunia bukanlah karena Sang Pencipta, melainkan akibat tindakan manusia sendiri.
Hal ini seringkali disebabkan oleh sikap malas, kurang peduli pada sesama dan lingkungan, serta mengabaikan aturan alam dan kemanusiaan.
Revolusi hijau diperlukan untuk melawan degradasi lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya di bumi.
Segala kebutuhan manusia pada dasarnya memerlukan nutrisi dari tumbuhan dan hewan yang halal dan bermanfaat. Mereka merupakan bagian dari rantai makanan, penting bagi kehidupan.
Revolusi hijau bukan hanya meningkatkan sumber kehidupan. Namun, juga vital untuk mencapai kedaulatan pangan.
Isu pemanasan global saat ini mengancam keberlangsungan makhluk di bumi karena dapat mempercepat kepunahan spesies dan merusak keseimbangan ekosistem planet yang dapat menyebabkan bencana alam yang mengerikan.
Revolusi hijau untuk kedaulatan pangan bukanlah sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak bagi manusia. Setiap negara memiliki kepentingan kuat terkait kedaulatan pangan untuk kesejahteraan rakyatnya.
Pentingnya revolusi hijau diakui di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris pada era Orde Baru dengan program swasembada pangan.
Namun, implementasinya tidak selaras, banyak kepentingan lain yang mengganggu program tersebut. Indonesia sebagai negara agraris memang benar, tetapi produktivitasnya jauh dari inovasi yang berkelanjutan, baik bagi manusia maupun ekosistem.
Revolusi hijau yang diusung harus memperhatikan kelestarian alam dengan baik. Prinsipnya adalah memberikan kebaikan dari manusia untuk kemanfaatan manusia, dan sebaliknya, keburukan akan mendatangkan keburukan lagi.
Filosofi revolusi hijau mengembalikan habitat manusia ke alam sesuai fitrahnya. Semua makhluk hidup jika berdampingan dengan baik dan saling merawat akan membawa budaya ekologis yang memperkaya kehidupan.
Menghuni ruang hijau dapat membuat sel dalam tubuh cenderung lebih muda karena hubungannya dengan umur biologis. Kehadiran ruang hijau yang baik dikelola akan menciptakan suasana yang nyaman, damai, dan mengurangi resiko stres.
Ajaran Islam telah memberikan pengetahuan bahwa bumi dan isinya diciptakan untuk kebutuhan manusia dan makhluk hidup. Kita harus sadar bahwa keburukan di bumi berasal dari manusia sendiri.
Potensi kebaikan manusia harus mendominasi potensi keburukannya. Revolusi hijau untuk kedaulatan pangan dapat terwujud jika didasarkan pada inspirasi dari ajaran Ilahi. Alam yang hijau akan menciptakan ekosistem stabil sehingga menguntungkan bagi kehidupan makhluk hidup.
Revolusi hijau dimulai dari penanaman ruang hijau yang menyeluruh sehingga alam kembali indah. Dengan demikian, ekosistem alam yang stabil akan muncul dan dapat dielola tanpa harus membahayakan bumi.
Kedaulatan pangan akan terwujud secara alami saat ruang hijau tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang. Merawat tanaman dengan cinta akan menghasilkan panen yang memuaskan.
Kedaulatan pangan akan tercapai saat kita menghormati dan menghargai ekosistem tumbuhan yang ditanam. Kedaulatan pangan adalah simbol kekuatan suatu bangsa dan negara.
Dampak dari kedaulatan pangan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka akses pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya tanpa memerlukan rekayasa yang tidak adil.
Ruang hijau memberikan makna yang lebih dalam, bukan hanya memberikan kesejahteraan material, melain mengurangi polusi dan memberikan manfaat ekonomi.
Kebijakan mengenai green carbon menunjukkan bahwa ruang hijau memberi manfaat bagi alam semesta dan umat manusia. Wallahu’alam.***