bandungmu • Aug 16 2023 • 33 Dilihat
Oleh: Ace Somantri
BANDUNGMU.COM — Sudah lebih dari 600 hari pertempuran berlangsung antara Rusia dan Ukraina di Eropa dengan biaya yang tak terhitung jumlahnya. Bukan hanya anggaran yang terbuang, melainkan nyawa ribuan tentara dan warga sipil yang melayang di kedua belah pihak.
Sifat manusiawi yang cenderung menyukai kekerasan dan nafsu untuk menumpahkan darah telah melekat sejak penciptaan manusia.
Keinginan manusia untuk lebih banyak memiliki, baik secara individu maupun dalam kelompok sosial seperti bangsa dan negara, selalu ada. Ini adalah sifat dasar manusia untuk menginginkan lebih dari yang cukup.
Dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia, sering terjadi persaingan dan perang untuk memperebutkan wilayah atau kekuasaan. Ini membawa konsekuensi dan risiko karena pertempuran fisik menjadi cara untuk menentukan pemenang di antara kelompok manusia.
Bahkan di era modern ini, pendekatan yang lebih halus digunakan untuk merebut wilayah, meskipun perang masih menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan ini.
Sejarah Indonesia pada abad ke-19 mencatat bagaimana bangsa-bangsa seperti Belanda, Inggris, dan Portugis menjajah dengan tujuan mengambil alih kekuasaan untuk kepentingan ekonomi, politik, sosial, serta keamanan.
Dalam era global saat ini, peperangan antara negara tidak hanya tentang kekuasaan materi, tetapi tentang membangun prestise dan dominasi di dunia.
Prinsip “hukum rimba” mendefinisikan aturan dalam hubungan internasional dan nasional, di mana kekuatan memegang kendali, bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawa tanpa belas kasihan.
Tindakan ini tidak terpengaruh oleh nilai-nilai moral atau bahkan agama. Bagi negara-negara yang kuat, aneksasi adalah cara untuk menunjukkan dominasi dan kehendaknya, dengan negara yang dianeksasi diharapkan tunduk pada kekuasaannya.
Perlawanan atau gangguan terhadap kekuasaan ini akan dihadapi dengan konsekuensi fatal. Bahkan bisa jadi, dalam keadaan serakah, aturan hukum rimba berubah menjadi aturan setan yang penuh kemarahan, mengorbankan bahkan nyawa sendiri jika diperlukan.
Hal yang sama berlaku dalam tatanan bangsa dan negara. Ketika prinsip-prinsip setan menjadi dasar tindakan, orang-orang terdekat seperti keluarga, teman, dan kolega dapat menjadi korban demi kekuasaan.
Kekuasaan politik memiliki kecenderungan jahat yang luar biasa, bahkan merasuki entitas dan kelompok sosial yang lebih kecil.
Ketika Nabi Muhammad SAW mengajarkan dan memberikan contoh pada zamannya, sisi gelap kemanusiaan terangkat menjadi pilar keadilan dan peradaban dalam masyarakat dan negara.
Namun, setelah masa kepemimpinan kenabian, dunia melihat pergeseran dalam tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang perlahan-lahan menghilangkan nilai-nilai teologi dan moralitas.
Dalam konteks masa kini, sikap dan perilaku bangsa jauh dari nilai dan moral. Kejahatan dan kriminalitas merajalela, diakui dan ditampilkan secara terang-terangan, seolah-olah menjadi norma dan kebanggaan.
Ekspresi cinta dan kasih sayang sering kali hanya kata-kata kosong tanpa tindakan nyata. Kebenaran sering kali tergantikan oleh kebohongan yang satu demi satu digunakan sebagai alasan untuk aneksasi wilayah.
Media massa dengan berbagai platform menghasilkan propaganda massal untuk menciptakan pandangan yang sesuai. Para pemimpin negara lemah dikendalikan oleh oligarki, sementara nilai-nilai warga dunia diracuni oleh materialisme dan hedonisme.
Bahkan upaya-upaya untuk menjaga nilai-nilai teologis sering kali dihadapkan pada hambatan karena kebutuhan material mendominasi.
Saat ini, kita bisa menyaksikan pertempuran di Eropa melalui berbagai platform media sosial. Alat-alat perang modern seperti tank, artileri, pesawat jet, helikopter, berbagai jenis bom, dan bahkan senjata nuklir digunakan dalam pertempuran ini. Teknologi tinggi, termasuk pesawat nirawak (drone), digunakan untuk mengeksekusi operasi militer.
Kita bisa melihat secara langsung bagaimana alat-alat perang ini digunakan dalam pertempuran yang mematikan di Eropa saat ini. Namun, pertempuran ini sebenarnya bukan hanya tentang Rusia dan Ukraina.
Di balik layar ada konflik antara Rusia dan Amerika Serikat serta sekutu-sekutu NATO yang mendukung AS. Pertempuran ini jadi ajang memamerkan kecanggihan militer dan teknologi dari berbagai negara. Ukraina sebagai pihak yang tertindas jadi simbol perang antara kekuatan besar.
Penting untuk melihat konteks sejarah dan keadaan saat ini dengan bijak. Permainan antara negara-negara maju sering kali melibatkan aneksasi wilayah dan tindakan tidak bermoral yang dianggap sah dan benar.
Nilai-nilai agama dan kemanusiaan sering kali terabaikan. Manipulasi ideologi juga sering kali digunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan ini.
Saat kita berharap untuk masa depan yang lebih baik, kita perlu berusaha untuk tetap berpegang pada kebenaran dan moralitas. Wallahu’alam.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.