Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • 1win India
  • 1WIN Official In Russia
  • 1win Turkiye
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • casino
  • casino en ligne fr
  • casino onlina ca
  • casino online ar
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kasyno Online PL
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • online casino au
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • pinco
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • sweet bonanza TR
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Saat Pak AR Fachruddin Jadi Imam Tarawih di Masjid NU, Jamaah: “Ala Muhammadiyah Saja”

    Apr 11 202243 Dilihat

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Siapa sangka, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Allahyarham Kiai Abdur Rozaq Fachruddin (1916-1995) atau yang populer dipanggil Pak AR dikisahkan pernah dua kali memimpin warga Nahdlatul Ulama (NU) yang secara suka rela beribadah tarawih 11 rakaat sesuai tuntunan Muhammadiyah.

    Kisah pertama terjadi di Ponorogo. Pak AR yang seharusnya mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah ternyata salah alamat dan masuk ke masjid berbeda, yakni Masjid At-Taqwa milik NU yang juga tengah mengadakan pengajian.

    Di sana, ternyata Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Saat warga Muhammadiyah menyusul, beliau meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai. Takmir masjid bahkan memaksa Pak AR sekalian menjadi imam salat tarawih yang segera disanggupinya.

    Sebelum memimpin salat, Pak AR bertanya kepada jamaah berapa rakaat. Jumlah 23 rakaat sesuai peribadatan NU pun disepakati. Akan tetapi, ternyata Pak AR mengimami salat tarawih dengan tumakninah, menikmati setiap rukun dan pembacaan ayat-ayat al-Quran secara tartil.

    Setelah mencapai 8 rakaat dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan salat tarawih NU 23 rakaat, Pak AR membalikkan badan dan kembali bertanya kepada jamaah.

    Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?” (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?)

    Sontak semua jamaah NU itu serempak menjawab, “Salat witir mawon.” (Salat witir saja). Jawab jamaah sambil tertawa masygul. Kisah pertama ini dipopulerkan ulang oleh aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada tahun 2019.

    Pak AR me-Muhammadiyah-kan Jamaah NU

    Adapun kisah kedua, adalah kisah mahsyur yang banyak beredar di dunia maya. Kisah ini terjadi saat Pak AR mengunjungi sahabatnya, Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng.

    Pada kesempatan itu, Pak AR lagi-lagi diamanahi mengisi khutbah tarawih sekaligus menjadi imam salat tarawih. Yang meminta adalah Gus Dur sendiri. Menyanggupi dorongan itu, Pak AR pun izin kepada jamaah seperti biasa.

    “Ini mau pakai tarawih NU atau Muhammadiyah?” tanya Pak AR kepada jamaah.

    “enNUUUUUUUU…..,” jawab ratusan jamaah kompak seolah-olah ingin menampilkan jati diri ke-NU-annya di depan tokoh Muhammadiyah.

    Seperti biasa, Pak AR tersenyum. Beliau lalu berbalik badan dan dengan tenang mengimami ratusan jamaah NU dengan cara salat yang tumaninah, pelan, disertai bacaan surat al-Quran yang panjang.

    Dengan cara Muhammadiyah itu, maka durasinya salat tarawih 8 rakaat pun telah melampaui durasi salat tarawih ala NU. Tentu saja, seketika itu ratusan jamaah NU gelisah.

    Setelah salam di rakaat kedelapan, Pak AR berhenti dan memutar badan menghadap jamaah salat. Beliau kembali bertanya kepada jamaah.

    “Ini mau dilanjutkan tarawihnya cara NU yang 23 atau Muhammadiyah yang 11 rakaat?” kata Pak AR terkekeh.

    Sama dengan kasus pertama, para jamaah yang gelisah itu otomatis tertawa dan menjawab,

    “Tarawih Muhammadiyah saja..,” sahut riuh dengan tawa bahagia sekaligus masygul. Lantas Pak AR memimpin salat witir tiga rakaat.

    Selesai salat, Gus Dur bangkit dan berkata kepada para jamaah, “Baru kali ini ada sejarahnya warga NU di kandang NU di-Muhammadiyah-kan secara massal oleh seorang Muhammadiyah saja,” kata Gus Dur.

    ***

    Dua kisah ini meriwayatkan hubungan dekat antara Muhammadiyah dan NU. Sebagai dua organisasi pergerakan Islam yang lahir dari rahim nusantara, keduanya akan terus menjadi matahari dan bumi bagi pencerahan Islam yang berkemajuan.

    Penulis: Afandi

    Editor: Fauzan AS

    klik sumber berita ini

    Author

    Share to

    Written by

    muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah

    Related News

    Muhammadiyah Maksimalkan Wakaf dalam Sek...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...

    Muhammadiyah Proyeksikan Kemandirian Eko...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...

    ‘Aisyiyah Dorong Pengarusutamaan E...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...

    Pendidikan Inklusif Muhammadiyah Diapres...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...

    Menelusuri Ragam Metode Penentuan Hukum ...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...

    Bukan Gedungnya, Tapi Mentalitas Kolonia...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...

    No comments yet.

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    back to top