MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Isu keadilan (justice) dan kesetaraan (equality) adalah tema universal yang diperjuangkan oleh para perempuan di berbagai belahan dunia.
Meski kurang populer, di Indonesia sendiri perjuangan perempuan untuk meraih keadilan dan kesetaraan di berbagai bidang telah berlangsung sejak lama.Organisasi perempuan Muhammadiyah, ‘Aisyiyah yang lahir pada 1917 termasuk dalam golongan terdepan dalam perjuangan ini. Meskipun demikian, ‘Aisyiyah dalam perjuangannya memiliki corak berbeda.
Menurut Sukendar, Ph.D dalam Seminar Pra-Muktamar di Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Kamis (14/4), ‘Aisyiyah dalam perjuangannya membawa prinsip Islam yang sama sekali berbeda dengan nilai-nilai yang dibawa oleh kelompok feminis dan sekuler.
“Seluruh gerakan perempuan di Barat, seluruhnya adalah soal justice dan equality bahwa mereka adalah makhluk yang sama dan bukan second sex atau warga kelas dua, tapi makhluk yang setara dengan laki-laki,” jelasnya.
‘Aisyiyah dalam hal ini kata Suhendar membawa prinsip keadilan Islam sebagaimana tersirat dalam surat Al-Israa’ ayat ke-70 yang artinya,“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Sedangkan perjuangan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan perempuan itu berada dalam bingkai dakwah.
“Jadi esensi gerakan perempuan apapun itu mewujudkan nilai-nilai keadilan. Selain itu untuk mensejahterakan, menyamankan, membuat sesuatu lebih baik adalah esensi gerakan atau dakwah. Bahasa Al Qur’an memakai istilah yukhriju mina-dhulumaati ilan-nuur (mengeluarkan seseorang dari kegelapan menuju cahaya),” jelas Sukendar.
Selain itu, dalam bergerak memperjuangkan keadilan dan kesetaraan, Muhammadiyah berada di jalan tengah atau moderat yang tidak ke kanan (memahami agama secara ekstrim) atau ke kiri (menanggalkan nilai-nilai agama).
“Esensi dakwah tidak lain untuk menyebarkan Islam, mewujudkan nilai Islam sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari menjadi budaya dan dimiliki bersama. Jadilah kita kemudian Muhammadiyah, artinya orang-orang yang memiliki nilai-nilai Muhammad yang akhlaknya adalah Alquran,” pungkasnya. (afn)