Monday, September 16, 2024
31 C
Gresik

Sejarah Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur

BANDUNGMU.COM — Tanwir Muhammadiyah tahun 2024 rencananya akan digelar pada bulan November mendatang di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembukaan Tanwir 2024 ini bertepatan dengan Milad ke-112 Muhammadiyah. Keputusan ini diambil melalui Konsolidasi Nasional Muhammadiyah yang digelar pada 27 sampai 28 Juli 2024 di Unisa Yogyakarta.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada Kamis, 29 Agustus 2024 juga telah menggelar Rapat Pleno di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cik Ditiro, Nomor 26, Kota Yogyakarta, dengan salah satu tema pembahasan adalah Tanwir Muhammadiyah. Dari rapat tersebut diketahui tema Tanwir 2024 ini adalah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”.

Menuju Tanwir Muhammadiyah di Kupang pada November 2024 mendatang, ada baiknya kita berkenalan secara ringkas tentang sejarah Muhammadiyah di NTT secara keseluruhan, dan khususnya di Kota Kupang tuan rumah Tanwir Muhammadiyah yang juga dikenal sebagai ‘Kota Karang’.

Zainuddin Achied dalam bukunya “Kiprah Perjuangan Muhammadiyah NTT (2011)” menyebutkan bahwa dakwah Muhammadiyah di NTT mulai berkembang sekitar tahun 1930-an. Daerah pertama yang menerima dakwah Muhammadiyah adalah Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.

Sebagai daerah bandar atau pelabuhan, Geliting menjadi lokasi interaksi hilir mudiknya barang dan manusia di Pulau Flores. Geliting menjadi pintu masuknya kelompok mubalig yang berasal dari Ende yang menimba ilmu dari Bima, Makassar, maupun Jawa yang akan berdakwah di Flores.

Jejak fisik Muhammadiyah di Geliting adalah mimbar masjid yang berhiaskan ornamen logo Muhammadiyah. Dalam buku “Sejarah Universitas Muhammadiyah Kupang (2014)”, disebutkan ada kader Muhammadiyah dari Selayar, Sulsel, yang bernama Husaini Daeng Maramba yang juga seorang saudagar datang ke Geliting.

Di Geliting, Daeng Maramba pada 1937 membangun Masjid Mujahidin yang memiliki mimbar dengan ornamen logo Muhammadiyah. Oleh karena itu, diperkirakan Muhammadiyah sudah diterima di Geliting jauh sebelum masjid ini didirikan, sebab warga di sana tidak mempersoalkan pendirian Masjid Mujahiddin.

Sebagai wilayah kepulauan, proses kedatangan Muhammadiyah di NTT tidak sama untuk setiap pulau-pulau besarnya. Zainuddin Achied menyebutkan, misalnya di Pulau Sumba Muhammadiyah datang dibawa oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan mubalig Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Jogja yang dikirim Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sementara untuk Pulau Timor, atau lebih tepatnya di Kupang, selain dipelopori oleh PNS, gerakan Muhammadiyah di Kupang bermula dari adanya kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) pada kisaran tahun 1950 sampai 1960. Peristiwa ini tidak bisa dilepaskan dengan sejarah G30S pada 1960.

Jika diasumsikan, eksistensi Muhammadiyah di Kupang tentu sudah ada sebelum tahun 1960. Sebab HW merupakan gerakan sayap kepemudaan yang dimiliki oleh Muhammadiyah, akan menjadi aneh jika HW hadir lebih dahulu dibandingkan dengan kedatangan Muhammadiyah di Kupang.

Muhammadiyah di Kupang berkembang relatif lebih pesat dibandingkan dengan daerah sekelilingnya, sebab Kota Kupang menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan. Terlebih sebagai pusat pemerintahan banyak PNS didatangkan dari pusat, dan kebanyakan dari mereka berwawasan Islam Muhammadiyah.

Sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan Kota Kupang menarik minat banyak pedagang dari daerah lain untuk datang mengadu nasib di sini. Pedagang tersebut ada yang kader dan simpatisan Muhammadiyah, sehingga kemudian hari ikut memperkuat dakwah Muhammadiyah di Kupang.

Zainudin Achied mengklasifikasikan jenis dagangan dan asal pedagang tersebut, misalnya pedagang dari Minang Sumatera Barat (makanan dan pakaian), Jawa, Madura (makanan, jasa, dan industri rumah tangga), Bugis, Buton dan Makasar (perdagangan sembako, nelayan, dan usaha jasa). Bima Nusa Tenggara Barat (umumnya sebagai pedagang terutama di daerah Sumba dan Flores bagian barat).

Babak Baru Muhammadiyah di Kupang

Babak baru perkembangan Muhammadiyah di Kota Kupang terjadi pada 1979 ditandai dengan peristiwa penting yaitu, Musyawarah Cabang Muhammadiyah Kupang yang diselenggarakan di Kantor MUI NTT, Kompleks Masjid Raya Nurussa’adah, Kota Kupang.

Pada Musycab Muhammadiyah Kupang yang pertama itu terpilih Abas Mustaqiem sebagai Ketua, Zainuddin Achied sebagai Sekretaris, dan Rahmat Nuri sebagai Bendahara Cabang Muhammadiyah Kupang.

Setelah itu, Cabang Muhammadiyah Kupang pada 1984 menginisiasi untuk mendirikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTT dengan mengumpulkan Cabang Muhammadiyah Ende, Waingapu, dan Geliting. Sehingga pada 1985 terbentuklah PWM NTT.

Muhammadiyah di Kota Kupang berkembang cukup pesat, meski umat Islam minoritas. Dikutip dari https://ntt.kemenag.go.id/ pada Selasa, 3 September 2023 jumlah umat Islam di Kupang berjumlah 43.025 jiwa, jauh di bawah umat Kristen yang berjumlah 431.586 jiwa.

Meskipun demikian, Muhammadiyah tetap melakukan gerakan untuk pencerdasan melalui pendirian institusi pendidikan. Tercatat setidaknya ada SMP Muhammadiyah Kupang, SD Muhammadiyah 2 Kota Kupang, SD Muhammadiyah 1 Kupang, dan SMK Muhammadiyah Kupang.

Selain itu Muhammadiyah juga memiliki perguruan tinggi di sana, yaitu UM Kupang. UM Kupang menjadi salah satu perguruan tinggi yang diperhitungkan di Kota Kupang, tidak hanya bersaing dengan perguruan tinggi swasta, UM Kupang juga bisa disejajarkan dengan perguruan tinggi negeri tidak hanya di Kota Kupang, tapi juga di kawasan Indonesia Timur.

Dikutip dari https://pemutu.kemdikbud.go.id/, jumlah mahasiswa UM Kupang pada 2024 sebanyak 5.062. Jumlah mahasiswa tersebut jika dipersentasekan dari segi keagamaan, kurang lebih 80 persen mahasiswa UM Kupang adalah non-muslim – yang oleh Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq disebut sebagai “Krismuha”.

Dalam buku “Kristen Muhammadiyah Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan (2009)”, dijelaskan bahwa Krismuha adalah mereka orang-orang Kristen yang sangat memahami, menjiwai, dan mendukung gerakan Muhammadiyah.

Tidak hanya institusi pendidikan Muhammadiyah, melainkan juga ada institusi pendidikan yang dikelola oleh Aisyiyah berupa Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), seperti TK ABA I di Kelurahan Solor, TK ABA II di Perumnas Kupang, TK ABA III di Jalan AH Nasution II Nomor 3, Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, TK ABA IV di Alak, dan TK ABA V di Bakunase.

Selain di bidang pendidikan, Muhammadiyah juga hadir di Kupang melalui pelayanan kesehatan dengan adanya Klinik ‘Aisyiyah Kupang yang beralamat di Jalan Keuangan Negara Nomor 7, Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Klinik ini selesai dibangun pada 2010, kemudian pada 2013 mendapat izin operasional, dan 2015 menjalin kerja sama dengan BPJS.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author

Hot this week

Top! Sebanyak 6.000 Anak dan Orang Tua Meriahkan Senam Massal dan Montase di Pekalongan

BANDUNGMU.COM, Pekalongan — Sebanyak 6.000 anak PAUD Aisyiyah dari...

Pertajam Apresiasi Seni, Siswa Smala Dukun Kunjungi Pameran Tunggal

GIRIMU.COM -- Siswa SMA Muhammadiyah 5 (Smala) Dukun, Kabupaten...

MIM Sekapuk Juara 1 Pentas Seni

Girimu.com - Qobilah MI Muhammadiyah 6 (Mimsix) Sekapuk Ujungpangkah...

Topics

Pertajam Apresiasi Seni, Siswa Smala Dukun Kunjungi Pameran Tunggal

GIRIMU.COM -- Siswa SMA Muhammadiyah 5 (Smala) Dukun, Kabupaten...

MIM Sekapuk Juara 1 Pentas Seni

Girimu.com - Qobilah MI Muhammadiyah 6 (Mimsix) Sekapuk Ujungpangkah...

Dari Keputusan Organisasi, Maqasid Syariah hingga Prinsip, Syarat dan Parameter – MTT

Makassar – Seminar Nasional Sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal...

Mengenal Anak dan Cucu Rasulullah SAW

BANDUNGMU.COM — Nabi Muhammad SAW tidak hanya dikenal sebagai...

Abdul Mu’ti: Kepemimpinan Sederhana Nabi Muhammad SAW Adalah Contoh Terbaik

BANDUNGMU.COM, Jakarta – Publik tengah ramai membahas model kepemimpinan...
spot_img

Related Articles