BANDUNGMU.COM, Sumedang — Aula Tampomas yang merupakan kantor pemerintahan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menjadi saksi terselenggaranya acara pembukaan Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Barat pada Jumat (14/06/2024).
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan dari Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-Jawa Barat, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM), dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sumedang beserta anggotanya.
Tamu undangan eksternal dari Muhammadiyah juga turut hadir, seperti Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang, Pimpinan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat, dan perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sebagai tuan rumah, Tuti Ruswati, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang, menyambut pelaksanaan pembukaan Konpiwil dengan memberikan apresiasi tinggi terhadap peran Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Barat dalam membangun karakter pemuda Kabupaten Sumedang.
“IPM memiliki peran penting dalam pembentukan karakter pemuda yang memiliki wawasan keislaman dan kemasyarakatan. Bahkan, Muhammadiyah memiliki peran yang signifikan di Sumedang dengan brandingnya sebagai cendekiawan,” ujar Tuti.
Dalam sambutannya, Tuti menjelaskan bahwa tema yang diangkat oleh PW IPM Jawa Barat pada Konpiwil kali ini sesuai dengan tujuan pendidikan abad 21, yaitu membangun tiga kompetensi utama: membangun akhlak, membangun kompetensi, dan membangun literasi.
“Ketika kita membangun akhlak, secara langsung akan membangun karakter, baik karakter moral maupun karakter kinerja. Ada empat kompetensi yang diharapkan dikuasai di abad 21, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. Dengan membangun literasi, diharapkan dapat mengembangkan wawasan sehingga terbentuk mindset yang positif di kalangan generasi muda. Diharapkan semua proses ini terwakili dalam konferensi ini,” ungkap Tuti.
Selain itu, Tuti juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan organisasi kepemudaan dalam mengembangkan potensi pemuda.
“Pemerintah daerah dan organisasi kepemudaan seperti IPM harus mampu menciptakan sebuah ekosistem di mana pemerintah berperan sebagai fasilitator dan operator, sementara organisasi kepemudaan sebagai co-creator sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan generasi muda,” tandas Tuti.
Sebagai penutup, Tuti menyampaikan harapannya kepada seluruh peserta Konpiwil IPM agar dapat menghadirkan persaudaraan, kekeluargaan, dan kebersamaan dalam menerapkan prinsip demokrasi selama berlangsungnya konferensi ini sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.***(FA)