CIREBONMU.COM, Bandung – Spirit kepahlawanan dalam sejarah Muhammadiyah dan relevansinya dengan kehidupan modern menjadi sorotan penting yang diangkat oleh dosen dan sejarawan Universitas Muhammadiyah Bandung, Sopaat Rahmat Selamet. Gagasan ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat pada Minggu (10/11/2024).
Sopaat, yang juga tengah menempuh program doktoral di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, memaparkan bahwa selain makna pahlawan dalam nomenklatur UU negara, konsep kepahlawanan bisa diperluas maknanya lebih dari sekedar perjuangan fisik melawan penjajahan. Menurutnya, kepahlawanan juga tercermin dalam semangat pengorbanan untuk kebaikan bersama dan kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, dan agama.
Baca Juga : Rektor UM Bandung Ajak Warga Muhammadiyah Jadi Generasi Umat Yang Istimewa
”Di antara 23 pahlawan nasional dari kader Muhammadiyah, ada tiga tokoh yang lekat dengan masyarakat Jawa Barat, yaitu Gatot Mangkupradja, Otto Iskandardinata, dan Djuanda Kartawidjaya. Mereka dikenal karena keberanian dan dedikasi dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mengabdi di berbagai bidang untuk membangun negeri,” jelasnya.
Dalam perspektif Islam, Sopaat menekankan bahwa sosok pahlawan adalah mereka yang memperjuangkan kebenaran dan nilai-nilai luhur Islam. Hal ini, menurutnya, tercermin dalam konsep jihad yang tidak hanya berbentuk pertempuran fisik, tetapi jihad besar dalam pengendalian diri dan nafsu. ”Setiap amal positif yang memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain merupakan bentuk kepahlawanan yang sejati,” tegasnya.
Lebih lanjut, sejarawan ini mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk terus memperbarui semangat perjuangan yang relevan dengan tantangan zaman. Ia juga menekankan pentingnya menghargai jasa para pendahulu melalui silaturahmi dengan keluarga mereka, terutama pada momen-momen khusus seperti Milad Muhammadiyah atau Idul Fitri.
Baca Juga : Wakil Rektor Ajak Mahasiswa UM Bandung Teladani Empat Karakter Nabi Muhammad SAW
Misalnya dengaan memberikan reward kepada para ”pahlawan” Muhammadiyah yang sunyi dari sorotan kamera/pemberitaan seperti kiai, ustaz, atau aktivis yang berdedikasi dan berprestasi bagi kemajuan masyarakat di akar rumput seperti di ranting dan cabang Muhammadiyah.
”Spirit kepahlawanan yang dihidupi oleh generasi terdahulu Muhammadiyah merupakan warisan berharga yang perlu terus dihidupkan dalam bentuk amal nyata demi kebaikan umat dan bangsa,” pungkasnya, mengakhiri pemaparan.
Melalui forum ini, Sopaat berharap nilai-nilai kepahlawanan yang telah diwariskan oleh para tokoh Muhammadiyah dapat terus dijaga dan diimplementasikan dalam konteks kekinian, sebagai bentuk kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan agama.(CM)