Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Tak Cukup 5W+1H, Jurnalisme Profetik Hadir Untuk Memihak Kebenaran dan Kemanusiaan

    Jun 30 202333 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Malang — Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Communication Talk Series pada Selasa (20/06/2023). Talk show dengan tema “Jurnalisme Profetik, Jurnalisme Berkemajuan” ini diselenggarakan bekerja sama dengan harian Kompas dan Radio Tidar Sakti.

    Dua narasumber talk show adalah editor budaya barian Kompas Hilmi Faiq dan dosen Komunikasi UMM Widiya Yutanti. Dipandu dosen Komunikasi sekaligus komika UMM, Sugeng Winarno, acara diikuti lebih 300 mahasiswa dan ditayangkan secara live di channel YouTube.

    Dalam paparannya, Faiq sepakat ada muatan jurnalisme profetik dalam kurikulum Ilmu Komunikasi. Jurnalistik harus berpihak kepada kebenaran dan kemanusiaan.

    Mengutip filosofi Kompas, ia menyebut jurnalistik menjunjung amanat hati nurani rakyat, menyapa yang kaya membela yang papa, humanisme transedental, dan menemukan kembali Indonesia.

    Praktik jurnalisme yang diterapkan Kompas, kata Faiq, tidak hanya berhenti pada 5W+1H. Lebih dari itu, setiap peristiwa harus didudukkan masalahnya dan diberi makna.

    “Kompas memiliki concern terhadap jurnalisme investigasi untuk mengungkap persoalan yang dipandang sangat urgen diungkap ke publik. Dari situlah Kompas mendudukkan masalah dan memberikan makna di balik berita tersebut,” ungkap wakil desk budaya Kompas yang juga alumnus Psikologi UMM ini.

    Senada, Widiya mengutip Parni Hadi bahwa jurnalisme profetik merupakan jurnalisme cinta. Praktik jurnalistik profetik mengedepankan karakteristik kenabian dan menyuarakan permasalahan besar di kalangan orang kecil.

    “Jurnalisme yang mendorong sifat-sifat kenabian seperti sidik, amanah, tablig, dan fatanah. Semangatnya bukan hanya menyampaikan kebenaran, tapi juga edukasi dan membangun optimisme audiens,” urai Widiya seraya menjelaskan makna jurnalisme kebenaran, dapat dipercaya, disebarkan, dan cerdas.

    Lebih lanjut, kedua narasumber membeberkan beberapa contoh praktik jurnalisme profetik. Widiya memberikan contoh pernyataan Presiden Jokowi tentang penggunaan anggaran yang kurang tepat di media massa dan media sosial sebagai peristiwa yang memberikan perhatian kepada kaum lemah.

    Demikian juga Faiq mengangkat contoh skandal Mario-Rafael sebagai bola salju yang mengungkap berbagai penyelewengan seorang pejabat.

    Widiya menyarankan agar fungsi jurnalisme profetik terwujud, diperlukan syarat kebebasan pers, independensi, menampilkan kebenaran, mewujudkan keadilan, dan demi kesejahteraan dan perdamaian bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).

    Melawan clickbait dan hoaks

    Sementara itu, Ketua Prodi Komunikasi UMM Nasrullah menerangkan ada urgensi untuk mengangkat kembali harkat jurnalistik yang mulai ditinggalkan publik. Banjir informasi hoaks dan merebaknya platform media sosial membuat karya-karya jurnalistik tidak dipercaya.

    “Pengabaian terhadap etika jurnalistik, etika pers, dan etika bermedia sosial adalah beberapa contoh kemunduran itu. Alih-alih kualitas jurnalistik yang membaik, realitas keliarannya justru semakin tak terkendali. Fenomena clickbait dan maraknya hoaks justru semakin meresahkan,” ungkap Nasrullah.

    Di kurikulum lama, jurnalistik profetik sudah ada dalam muatan beberapa mata kuliah. “Mulai kurikulum 2023 ini, nama mata kuliah Jurnalisme Profetik menjadi mata kuliah pilihan,” tambahnya.

    Wakil Dekan I FISIP UMM Najamuddin Khairur Rijal menyatakan dukungan atas kurikulum baru dalam Komunikasi UMM untuk mahasiswa baru tahun 2023.

    Ia berharap dengan talk show ini Komunikasi UMM dapat turut andil untuk menjawab tantangan Muhammadiyah dan bangsa Indonesia pada umumnya yang mulai dilanda kemerosotan kualitas jurnalistik bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi.

    Antusiasme peserta tampak ketika sesi tanya jawab berlangsung. Berbagai pertanyaan diajukan kepada kedua narasumber. Mereka yang bertanya memperoleh doorprice dari harian Kompas yang ikut mendukung acara ini.

    Salah seorang peserta, Shalom, mengaku mendapat banyak insight baru tentang jurnalisme profetik. Konsep jurnalisme kenabian, katanya, bukan hanya untuk media Islam.

    “Melalui konsep dari jurnalisme profetik ini membuka pandangan saya kalau konsep jurnalisme profetik yang berlandaskan kenabian bukan hanya bisa diimplementasikan pada media yang notabe Islam, namun seluruh media,” ujarnya.***(AS)

    ___

    Sumber: klikmu.co

    Editor: FA



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top