BANDUNGMU.COM, Bandung — Wakil Dekan Fakultas Agama Islam UM Bandung Dr Cecep Taufikurrohman MA mengatakan bahwa menjadi seorang pemimpin hakikatnya berpengaruh terhadap lingkungan sekitar.
Mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, Buya Cecep–begitu sapaan akrabnya–menerangkan bahwa seorang pemimpin apa pun levelnya, bahkan menjadi pemimpin bagi keluarga, kepemimpinan itu dapat membawa seseorang kepada derajat paling tinggi atau justru paling hina.
Oleh karena itu, dalam konteks tersebut perlu hadir teladan pribadi Rasulullah SAW. Tidak hanya untuk seorang pemimpin, teladan Rasulullah SAW harus melekat dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Hal tersebut Buya Cecep sampaikan dalam Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini. GSM kali ini bertema “Kepemimpinan Rasulullah”.
Tiga kelompok
Buya Cecep menyitir firman Allah SWT dalam QS Al-Ahzab ayat 21, laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah, yang artinya sungguh telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik.
Alumnus Universitas Al-Azhar ini menerangkan teladan baik Rasulullah SAW tidak akan memberikan manfaat dan kebaikan bagi siapa pun, kecuali orang itu punya tiga kriteria utama.
Pertama, orang yang mengharapkan rida Allah SWT. Kedua, orang yang mengharapkan keselamatan di hari akhir. Ketiga, orang yang senantiasa mengingat Allah SWT.
“Teladan yang baik (Rasulullah SAW) ini tidak akan memberi manfaat dan kebaikan apa-apa, hanya mereka (tiga kelompok) yang akan mendapatkan kebaikan dari teladan mulia, termasuk ketika memimpin. Liman kaana yarjullaaha wal yaumal akhir. Jadi, hanya tiga kelompok manusia yang akan mendapatkan manfaat dari teladan baik yang ada pada pribadi Rasulullah SAW,” jelasnya.
Sehebat apa pun manusia, jika tidak lagi menghiraukan keimanannya kepada Allah SWT, hadirnya pribadi dan teladan Rasulullah SAW, kata Buya Cecep, tidak akan memberi manfaat apa pun. Kelompok tersebut yang bersedia menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam hidupnya, termasuk mengenai kepemimpinan.***(MPAF)