BANDUNGMU.COM, Kenya — Lokakarya dokumentasi dan bercerita program JISRA (Joint Initiative for Strategic Religious Action) berlangsung di Travellers Beach Hotel & Club, Mombasa, Kenya, pada 16-20 November 2024.
JISRA merupakan program pembangunan perdamaian yang bertujuan mengatasi kekerasan dan diskriminasi berbasis agama. Program ini melibatkan 50 organisasi mitra berbasis agama dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Irak, Kenya, Mali, Nigeria, dan Uganda.
Untuk di Indonesia anggota consortium JISRA adalah Fatayat NU Jawa Barat, Ecobhinneka Muhammadiyah, AMAN Indonesia, Fahmina Institute, Peacegeneration, Mosintuwu Poso, Dian Interfidei dan Gusdurian.
Semester di Bandung Raya program JISRA dikerjakan oleh Peacegeneration, Fatayat NU Jawa Barat, dengan lokusnya berada di Tasikmalaya dan Garut.
Lokakarya ini dirancang untuk melatih anggota kelompok dalam mempromosikan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Beberapa peserta, seperti Neng Hannah (Liaison Officer program JISRA Fatayat NU) dan Chotijah (Koordinator Program Lapangan dari Garut) turut mewakili Fatayat NU Jawa Barat.
Selama lokakarya, peserta dibagi dalam kelompok berdasarkan negara dan terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengajarkan metode dokumentasi yang efektif. Salah satu latihan, “pesan rantai,” mengilustrasikan konsep selektifitas dalam paparan, perhatian, persepsi, dan penyimpanan informasi. Latihan ini menyoroti pentingnya pemahaman psikologi dalam menyampaikan pesan.
Lokakarya ini berusaha membahas elemen-elemen kunci dalam bercerita yang efektif, seperti karakter, konflik, dan resolusi, yang membantu peserta menyusun narasi yang menarik. Para peserta didorong untuk mengeksplorasi berbagai cara dalam mendokumentasikan dan menyampaikan pengalaman mereka secara kreatif. Pengetahuan dasar ini menjadi alat penting untuk dokumentasi di masa depan.
Salah satu fokus utama program ini adalah integrasi dokumentasi dan bercerita dalam format laporan yang jelas dan efektif. Para peserta mempelajari teknik praktis untuk menyampaikan pesan mereka dengan cara yang menarik, sambil mempertahankan struktur narasi yang kuat, guna meningkatkan dampak laporan mereka.
Pentingnya pemetaan audiens juga menjadi pembahasan utama, karena pemahaman tentang latar belakang, preferensi, dan harapan audiens sangat menentukan efektivitas narasi. Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta merasa lebih diberdayakan dengan keterampilan baru dan siap untuk mengaplikasikan pembelajaran mereka dalam memajukan kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Sebagai informasi, berikut beberapa program JISRA di Indonesia. Pertama, program di Bandung Raya yang mengajak 1.000 guru dan 3.000 siswa untuk mempromosikan nilai toleransi, anti kekerasan, dan bebas perundungan di sekolah.
Kedua, program Eco-Bhinneka Muhammadiyah yang menyusun panduan dan modul Eco-Bhinneka serta melaksanakan pelatihan dan workshop Eco-Bhinneka.
Program JISRA memiliki lima tujuan. pertama, mendamaikan masyarakat yang terpecah. Kedua, mendorong masyarakat yang damai, inklusif, dan adil. Ketiga, menantang diskriminasi, kecenderungan ekstremis, dan kebencian terhadap orang lain. Keempat, memfasilitasi dan memperkuat jembatan antara komunitas agama. Kelima, membuat tindakan negara terhadap kebebasan beragama lebih efektif.
Program JISRA berupaya menciptakan perubahan sosial yang positif dengan meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengelola konflik berbasis agama, memperkuat solidaritas antaragama, dan mendukung kebijakan yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan agama di berbagai belahan dunia.***