Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Tokoh Muhammadiyah Jangan Menolak Dipanggil Kiai Atau Ajengan Oleh Jemaah

    Feb 05 202435 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Semarang — Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan bahwa berbeda dengan organisasi keagamaan Islam lain, di Muhammadiyah tokoh-tokohnya yang sudah berkualifikasi ulama atau kiai, buya, dan tuan guru masih enggan panggilan itu disematkan kepadanya.

    Anwar Abbas mengatakan hal tersebut dalam acara Peresmian Masjid At-Taqwa di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (28/01/2024)

    Pada kesempatan ini, Abbas menyoroti penyebutan tokoh agama di Muhammadiyah.

    Menurut Abbas, di Muhammadiyah banyak tokoh yang memiliki kualifikasi disebut sebagai kiai. Namun, mereka enggan untuk disematkan panggilan itu.

    Pada masa awal Muhammadiyah, banyak tokohnya yang oleh masyarakat umum dipanggil kiai, buya, tuan guru, dan istilah-istilah lain sebagai ahli agama.

    Namun, dengan perkembangan zaman, dan perubahan kepemimpinan kini semakin langkah. “Akibatnya secara sosiologis dan politis, Muhammadiyah dianggap orang tidak mengerti agama karena dianggap tidak punya kiai,” ungkap Abbas.

    Padahal penyematan panggilan itu penting supaya umat tidak salah pilih dalam merujuk dalam urusan-urusan keagamaan, bahkan urusan keduniaan.

    Sesuai dengan asal tokoh tersebut, kata Abbas tidak semua bisa disematkan panggilan kiai.

    Dia mencontohkan tokoh yang bisa dipanggil kiai adalah Kiai Saad Ibrahim (Ketua PP Muhammadiyah) atau Kiai Tafsir.

    Sementara itu, seperti Syamsul Anwar (Ketua PP Muhammadiyah) karena berasal dari Sumatera maka bisa dipanggil buya.

    Atau Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang sudah sangat pantas disebut ajengan karena dari Sunda.

    “Karena orang Sumatera tidak mengenal kata kiai. Sama kaya orang NTB tidak kata kiai. Kalau di NTB itu mereka lebih mengenal istilah tuan guru. Kalau di kampung saya (Sumatera) orang lebih mengenal dengan sebutan buya,” ungkapnya.

    Dia berharap kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah yang memenuhi kualifikasi untuk dipanggil kiai, buya, tuan guru, atau ajengan supaya tidak menolak disematkan panggilan itu oleh jemaah.

    Sebab jemaah merindukan sosok yang betul-betul kompeten seperti itu sebagai pembimbing mereka.***



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top