Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Tradisi Keilmuan Dalam Pertemanan Tokoh Muhammadiyah dan NU

    Feb 26 202327 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Surabaya — Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief mengatakan bahwa meski pernah belajar dan mencari ilmu di Makkah, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari tidak pernah bertemu di sana.

    Namun, mereka berhasil menjadi generasi yang mengubah tradisi belajar di masjid menjadi gerakan yang kuat. Menurut tradisi belajar yang dimiliki oleh umat Islam khususnya di Indonesia waktu itu berhasil diubah menjadi gerakan dalam wadah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang begitu kuat.

    Relasi yang dibangun antara Muhammadiyah dan NU tidak berhenti pada para pendiri, tetapi juga disambung oleh generasi-generasi selanjutnya. Hilman menyebut nama KH Mas Mansoer dan KH Abdul Wahab Hasbullah kemudian Syeikh Baqir bin Muhammad Nur Al-Jukjawi yang merupakan sepupu dari KH Ahmad Dahlan yang saling bersahabat.

    “Ternyata kelekatakan pertemanan itu sangat produktif secara keilmuan, sampai dengan Mas Mansur dengan Wahab Hasbullah mendirikan apa yang kemudian disebut sebagai Muntasyirul Afkar, tempat mereka berdiskusi sebelum keduanya berafiliasi ke Muhammadiyah dan NU,” ungkap Hilman pada Simposium Nasional Satu Abad NU yang diadakan oleh PAN di Surabaya belum lama ini.

    Dalam telaahnya, Hilman menemukan bahwa relasi atau pertemanan yang dijalin oleh tokoh-tokoh yang berafiliasi dengan Muhammadiyah ataupun NU sebenarnya sudah terjadi sebelum mereka tergabung dalam kedua organisasi tersebut.

    Dirjen Haji dan Umroh Kemenag ini melanjutkan bahwa perteman yang dijalin juga terus berkembang pada pendirian Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Tokoh-tokoh dari kalangan Muhammadiyah dan NU yang disebutkannya di atas menjadi tokoh kunci di MIAI dan saling mengisi.

    “Simpulannya adalah pertemanan yang terjalin di kalangan tokoh-tokoh ilmuan waktu itu, yang kemudian punya perhatian terhadap masalah kebangsaan, dan kemudian dibentuklah MIAI dan setelah MIAI dibubarkan oleh Jepang dan dibentuklah Masyumi, di situlah mulai gerakan Islam di Indonesia mulai kuat,” tuturnya.

    Hilman juga mengajukan pertanyaan tentang masa depan tradisi intelektualisme NU dan Muhammadiyah di abad keduanya serta model gerakan sosial yang akan dikembangkannya keduanya.***



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top