Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Memahami Pendekatan Irfani dalam Manhaj Tarjih

    Aug 24 202249 Dilihat

    Yogjakarta, InfoMu.co – Dalam Manhaj Tarjih terdapat tiga pendekatan yang diambil dari sistem epistemologi keilmuan yang berkembang dalam sejarah peradaban Islam, meliputi: bayani, burhani, dan irfani. Banyak peneliti menilai bahwa ketiga pendekatan tersebut terinspirasi dari proyek kritik nalar Arab-nya Muhammad Abid Al-Jabiri. Meski menggunakan istilah yang sama, secara konsep maupun substansi terdapat perbedaan antara al-Jabiri dan Manhaj Tarjih.

    Menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, jika bayani terpusat pada teks dan burhani pada akal, maka epistemologi irfani adalah sistem pengetahuan yang bertitik tolak pada al-‘ilm al-hudluri, sumbernya adalah qalbu atau intuisi. Episteme ini memiliki akar panjang dalam tradisi gnostik, sehingga dalam Islam banyak dikembangkan oleh para sufi, terutama pada mereka yang menganut ajaran tasawuf falsafi.

    Selain itu, ciri dari pendekatan irfani terletak pada dasar ontologisnya, yaitu wahdatul wujud. Paham wahdatul wujud ini mengenalkan bahwa realitas-nyata itu hanya ada satu yang ditempati Allah semata, dan benda-benda selain Allah hanyalah bayangan, yang hakikatnya bukan wujud. Para sufi bahkan menyebut alam, yakni segala sesuatu selain Allah, sebagai tajalli (penampakan-diri) Tuhan. Pandangan ini diyakini oleh Ibnu Arabi, Abdul Karim al-Jili, Hamza Fansuri, dan sejumlah sufi lainnya.

    “Para sufi menganggap yang ada itu hanya satu, sehingga paham mereka disebut wahdatul wujud atau kesatuan yang ada. Artinya, satu yang ada itu hanya Allah. Alam ini ada atau tidak ada? Menurut mereka tidak ada, alam hanya bayangan Allah,” terang Syamsul dalam Sekolah Tarjih Internasional pada Sabtu (20/08).

    Konsekuensi aksiologis dari paham wahdatul wujud akan melahirkan sikap anti dunia dan menganggap kehidupan ini kotor. Mereka banyak mengulas soal penyendirian, pertapaan untuk menyatu dengan Tuhan, bahkan membiarkan diri tenggelam dalam nestapa. Sementara konsekuensi epistemologisnya adalah sulit mengembangkan sains dan teknologi. Pasalnya, sistem epistemologi yang dipakai para sufi dalam memperoleh pengetahuan adalah dengan ahwal dan maqamat untuk sampai ma’rifatullah.

    “Epistemologi dari paham wahdatul wujud ini akan menganggap bahwa dunia ini tidak penting. Karena hanya khayalan, dunia tidak bisa menjadi basis dari pengetahuan yang benar. Kalau para filsuf menggap sumber pengetahuan adalah akal, kalau sufi menganggap realitas itu hanya Allah melalui jalan ilham,” ujar Syamsul.

    Sementara dalam paham Muhammadiyah, realitas itu ganda (tsunaiyatil wujud) sehingga konsekuensi epistemologinya adalah dapat mengembangkan dan memperoleh pengetahuan dari wahyu dan alam. Pada level aksiologisnya, melahirkan sikap bahwa dunia merupakan panggung kehidupan untuk mencapai prestasi terbaik di akhirat. Sehingga mereka harus memaksimalkan potensi akalnya bukan hanya untuk menciptakan kemasalahatan di dunia tetapi juga untuk keselamatan di akhirat.

    “Bagi Muhammadiyah, secara ontologi dunia ini riil alias ada secara hakiki. Secara epistemologi pengetahuan menggunakan akal begitu penting. Secara aksiologi dunia ini berharga sebagai tempat manusia melaksanakan tanggungjawab kosmik,” terang Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.

    Meski demikian, Muhammadiyah tetap mengambil inspirasi dari epistemologi irfani terutama soal pengelolaan hati nurani dalam tindakan manusia. Pengelolaan nurani dilakukan dengan meningkatkan ketakwaan dan takarub kepada Allah, baik tindak berpikir maupun berperilaku. Irfani yang basisnya berasal dari para sufi ini juga penting sebagai sarana pengetahuan metafisik. (muhammadiyah.or.id)

    sumber berita dari infomu.co

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    back to top