bandungmu • Oct 18 2022 • 32 Dilihat
Oleh : Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
BANDUNGMU.COM — Gerak langkah persyarikatan Muhammadiyah kian hari semakin penuh tantangan.
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan atau apa yang dicita-citakan para founding fathers masih jauh dari yang diharapkan.
Sejak beralih estafeta kepemimpinan dari KH Ahmad Dahlan diteruskan oleh generasi penerusnya pasang surut pun menjadi bagian dinamika organisasi persyarikatan.
Dengan luasnya wilayah Indonesia, untuk menjangkau ke seluruh pelosok negeri membutuhkan energi extra.
Kalau boleh memuji diri pada organisasi, memang gerakan dakwah amar maruf nahyi munkar berjalan baik dari pada yang lain.
Namun, harus disadari bahwa titik tolak bukan hanya pada penyampaian lisan, melainkan diikuti oleh harokatul amal yang tercermin dalam sebuah karya dan cipta.
Harokah al amal harus ditunjukkan sebagai tanggung jawab intelektual dan moral seorang aktivis persyarikatan.
Hanya sayang sekali, dalam keseharian menjalanan roda persyarikatan kadang selalu saling mengandalkan satu dengan yang lainnya.
Akibatnya, tidak ada langkah pasti dan eksekusi. Walaupun berharap ada wujud nyata dari ide dan gagasan yang disampaikan harus dijalankan sendiri.
Dalam istilah orang Sunda, untuk menggambarkan hal demikian sering disebut pok, prek, prak.
Dengan ungkapan lain, segala sesuatu harus dijalankan sendiri, bahkan seluruh kebutuhan material penuhi oleh dirinya sendiri.
Perbuatan tersebut, dalam sebuah organisasi, apa pun alasannya adalah sesuatu yang salah! Masalahnya, jika tidak melakukan hal itu produktivitas organisasi kian menurun.
Sekali lagi, harokah al amal menjadi trademark gerakan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Pertanyaannya, sejauh mana efek dan vibrasi harokah al amal itu selama ini? Apakah ia semata hanya slogan, tapi tak tampak dalam karya?
Sementara kita hanya sebagai penikmat karya dan berkeliling ke sana ke mari memberi petuah kata, bukan petuah amal dan karya.
Muhammadiyah eksis hingga akan besar jika semua urun rembug dan guyub membuat rumusan sederhana, tetapi langsung eksekusi dengan langkah pasti.
Satu abad lebih Muhammadiyah lahir, harapan besar dari seluruh pelosok negeri sudah tidak ada yang terlewat sama sekali hingga pulau terluar Indonesia.
Pun sama, seharusnya dengan usia satu abad lebih baiknya sudah mencengkeram semua lini dan sektor kehidupan manusia Indonesia dan dunia.
Juga mampu melakukan penetrasi harokah al amal bagi negara dan bangsa di mana Muhammadiyah hadir menancap bendera di sana.
Lalu, bila ditanya berapa jumlah objektif anggota persyarikatan Muhammadiyah atau warga yang berafiliasi dengan Muhammadiyah?
Sepertinya sulit untuk mengatakan melebihi 10 persen dari populasi penduduk NKRI. Contoh Jawa Barat dengan jumlah penduduk kurang lebih 45 juta jiwa.
Saya meyakini warga Muhammadiyah jauh dari 10 persen dari total populasi penduduk di provinsi tersebut.
Ketika dalam kajian Muktamar di IBM Bekasi, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bertanya terkait jumlah warga Muhammadiyah di Jawa Barat.
Sayangnya, tidak ada satupun yang menjawab jumlah yang pasti. Artinya, di situ menjadi catatan kita semua, bahwa masih banyak kelemahan dalam harokah al amal.
Sebagai organisasi Islam modernis, Muhammadiyah sudah sepatutnya menjadi teladan, baik dalam gerakan amal, intelektual, maupun moral.
Bila misalnya dalam forum pengajian maupun kajian Muhammadiyah jamaahnya mulai sepi, itu pertanda ada yang hilang dari keteladanan.
Itu adalah tanda atau peringatan keras bagi persyarikatan bahwa pasti ada yang hilang di mata jamaah. Apa itu?
Selain tidak menarik cara dan metode, sangat mungkin keteladanan para pimpinan dan warga persyarikatan tidak terlihat baik, bahkan banyak mengecewakan jamaah.
Auto kritik dan evaluasi tidak boleh berhenti, hal itu wajib kala harokah al amal tidak ada efek baik bagi diri kita dan orang lain. Wallahu alam ***
Bandung, Oktober 2022
sumber berita ini dari bandungmu.com
Secara resmi panitia pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) telah mensosi...
Oleh: M. Islahuddin* Diakui atau tidak, bagi yang saat ini bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),...
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan b...
Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Se...
IBTimes.ID – Simposium Best atau Beda Setara telah selesai digelar. Acara ini berlangsung selama d...
IBTimes.ID, Yogyakarta – Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad,...
No comments yet.