Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung
BANDUNGMU.COM, Bandung – Keteladanan baginda Muhammad SAW tidak perlu diragukan lagi. Sosoknya yang genuine mampu menampilkan performa inspirator, motivator, mentor, dan pelopor kebangkitan dari kegelapan menuju cahaya dunia yang terang benderang.
Baginda Nabi Muhammad SAW merupakan manusia biasa. Sama seperti manusia yang lainnya di dunia. Hanya saja keunggulan yang dimilikinya hampir mendekati kesempurnaan sebagai khalifah fil ardl.
Kenapa tidak dikatakan sempurna saja? Toh ia manusia yang terbebas dan terpelihara dari perbuatan maksiat, munkarat, dan dosa-dosa lainnya? Karena yang Maha Sempurna hanya milik Allah SWT sebagai pencipta manusia mulia di dunia.
Momentum Isra Mikraj, pendekatan historis, sudah banyak diketahui dan dipahami banyak muslim di belahan dunia. Dari barat ke timur, dari utara ke selatan dan, dari bawah ke atas, hampir semua meyakini dan membenarkan saat itu ada peristiwa diwajibkannya kepada seluruh umat muslim untuk mendirikan shalat lima waktu.
Namun, selain hal tersebut ada hal lain yang diungkap pada momentum Isra Mikraj, yakni pendekatan ilmiah-saintifik perjalanan dari Masjidilharam Makkah Al-Mukaramah menuju Baitulmaqdis Palestina dan perjalanan dari Baitulmaqdis ke Sidratulmuntaha.
Perjalanan yang dilakukannya sangat jauh dari jangkauan nalar akal manusia pada umumnya. Namun, setiap yang terjadi di dunia ini pasti ada ibrah dan hikmah bagi manusia. Apalagi peristiwa tersebut dialami oleh Rasulullah SAW sebagai teladan yang paripurna untuk rujukan standardisasi kemanusiaan.
Peristiwa saintifik dalam Isra dan Mikraj yang dilakukan seorang manusia paling mulia dan pilihan Allah SWT telah menginspirasi ilmu pengetahuan bagi manusia yang berpikir dan berakal sehat.
Ilmu tidak berhenti dalam tulisan, kata, dan kalimat yang tidak dipahami. Ilmu harus memberikan petunjuk sekaligus memberikan solusi atas segala bentuk masalah yang berada di dunia. Ilmu membawa manusia akan kesadaran akan tanggung jawab sebagai khalifah fil ardl. Ilmu juga akan menyelamatkan hidup manusia dan alam semesta lainnya.
Ilmu itu cahaya. Apabila semua itu terbalik, fakta dan kenyataannya tidak sesuai, itu bukan ilmu, melainkan sebatas pengetahuan yang penuh dengan subjektivitas yang belum diuji kebenaran ilmiahnya.
Isra Mikraj merupakan peristiwa istimewa yang tidak didapatkan oleh manusia biasa. Sebagai umatnya baginda Rasulullah SAW, kita senantiasa berusaha keras untuk mengungkap apa saja fikmah di balik fenomena ilmu dan saintifik dalam perspektif kekinian.
Perdebatan terkait perjalanan peristiwa Isra Mikraj membuka tabir keilmuan modern yang hingga saat ini belum ada kata sepakat di kalangan para ulama sains dan teknologi. Saat itu belum ada alat-alat praktis yang mampu mengidentifikasinya.
Hanya cukup dengan ungkapan khalifah Abu Bakar Shidiq, “Shadaqta yaa Rasulullah!” yang kemudian umat saat itu setelah peristiwa dan ungkapan tersebut dimaknai sebuah keyakinan keberagamaan bersifat transendental yang sarat denga nilai-nilai ilahiah.
Sebenarnya selain makna teologis-ilahiah, ada makna lain yang bernilai guna secara keilmuan praktis kekinian. Sekalipun menurut astronom, Isra dan Mikraj merupakan peristiwa luar biasa yang tidak perlu diungkap lagi.
Pertanyaan penting berikutnya adalah ketika faktanya manusia ada dalam dimensi ruang dan waktu, saat keluar pada dimensi tersebut, apakah ada ilmunya? Jikalau tidak ada ilmunya, sependek yang dipahami, tidak mungkin itu terjadi di alam dunia. Segala hal ihwal yang terjadi di alam atau selain Dzat Ilahi Rabbi, pasti ada kerangka ilmunya.
Paling tidak, ada reasoning lain yang mampu memberikan stimulasi wawasan dan menambah alasan akliah mengenai persitiwa Isra Mikraj. Karena yakin sekali bahwa peristiwa apa pun di muka bumi pasti ada hikmah dan ibrah yang akan berwujud menjadi produk ilmu.
Banyak makna tidak terhingga. Satu tindakan dan perbuatan baginda Nabi SAW menjadi inspirasi, termasuk peristiwa Isra Mikraj, yang menjadi bukti bahw Nabi SAW seorang ilmuwan yang tidak ada tandingannya di dunia ini.
Ilmu pertama tidak ada satu manusia di muka bumi yang mampu menembus melampaui keluar dari dimensi ruang dan waktu. Nabi SAW mampu melakukanya. Hasil dari kajian dan risetnya selama berada di luar dimensi ruang dan waktu, banyak hal yang didapatkan melalui hasil bacaannya selama perjalanan Isra Mikraj. Dari sekian banyak varian ilmu yang didapat, ada ilmu yang paling tinggi, yakni ilmu praktik salat yang menjadi kewajiban.
Sepintas sangat sederahana ilmu tersebut di atas. Namun, jika dipahami dan dimaknai dengan berbagai pendekatan multidisiplin ilmu yang berkembang saat ini, kecanggihannya melebihi media transportasi alam yang menjadi rute perjalanan Isra dan Mikraj.
Kita sangat yakin, kenapa salat menjadi kata kunci hidup manusia? Padahal praktinya sederhana dengan makna yang sudah pasti akan membawa manusia mengalami hal yang sama seperti baginda Nabi SAW, tetapi dalam jenis dan bentuk lain karena kita manusia biasa.
Siapa pun yang rajin salat akan mampu memahami dan memaknai dari setiap satu huruf hingga kalimat yang tersusun dalam satu rangkaian shalat. Siapa pun yang sudah bisa menjalankan dan melakukan segala titah dan perintah di balik susuanan kalimat dan instrumen salat.
Jalan keselamatan dan capaian peradaban ilmu akan terwujud karena salat adalah pokok dari segala urusan di dunia. Rasulullah SW pun menegaskan bahwa salat merupakan tiang ajaran Islam. Oleh karena itu, siapa pun yang mampu menegakkan salat dengan baik dan benar, artinya di situ akan ada pentunjuk dan jalan menemukan berbagai varian disiplin ilmu.
Saat ini pada umumnya masyarakat muslim yang berkiblat pada sains Barat, masih memperdebatkan media yang membawa Rasulullah SAW ketika Isra Mikraj. Sementara itu, ilmu yang sebenarnya disampaikan Nabi SAW diabaikan.
Padahal jikalau memahami detail seluruh makna ilmu tersebut, bukan hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu menembus dimensi di luar ruang dan waktu, walaupun senyatanya tetap saja ada dalam ruang dan waktu, tetapi sangat super cepat dan singkat.
Perdebatan saintifiknya masih seputar itu-itu juga: antara ruh dan jasad. Namun, kalau direnungkan bahwa ruh adalah bagian utama yang akan mampu menembus dimensi di luar ruang dan waktu. Hanya dengan kesucian jiwa dan raga, ruh kita akan menembusnya.
Isra dan Miraj memberikan ilmu super canggih. Saat ini arah jarum tersebut sudah mulai mendekat, bahkan sudah dekat sejak manusia meyakini bahwa ilmu itu sumbernya dari Allah SWT. Wallahu’alam.***