bandungmu • Jul 23 2023 • 30 Dilihat
Oleh: Ace Somantri
BANDUNGMU.COM — Perkembangan gerakan umat muslim saat ini didorong oleh dinamika politik kebangsaan, meskipun ada indikasi nilai-nilai pragmatis yang masih mengemuka. Hal ini wajar karena di dunia ini manusia membutuhkan hal-hal pragmatis untuk memenuhi tuntutan hidupnya.
Idealisme manusia muncul dari hati dan akal yang sehat sehingga gagasan dan ide yang dihasilkan cenderung kreatif dan inovatif.
Bermuhammadiyah juga tidak terkecuali, di tingkat gerakan praktis, terdapat tuntutan akan nilai-nilai pragmatis kemanusiaan sebagai pendukung dinamika kelompok.
Apa pun golongannya, baik individu maupun kelompok dalam masyarakat, pasti membutuhkan hal-hal dasar yang bersifat pragmatis. Namun, hal ini tetap dibatasi oleh ajaran agama, moral, dan norma-norma yang berlaku dalam hukum dan tata tertib.
Bermuhammadiyah adalah tuntutan dari sekelompok orang yang memiliki visi, misi, tujuan, atau cita-cita yang sama.
Namun, ada fakta dan kenyataan yang menimbulkan pertanyaan mengapa meskipun memiliki visi, misi, tujuan, dan cita-cita yang sama, pelaksanaan gerakan bermuhammadiyah dapat berbeda-beda.
Apakah hal ini karena perbedaan level menjadi alasan, seperti keterbatasan sumber daya manusia atau alasan lainnya?
Namun, alasan tersebut terbantahkan oleh beberapa ranting dan cabang Muhammadiyah yang memiliki gerakan dakwah yang sangat aktif, bahkan ada yang memiliki omzet usaha melebihi pimpinan daerah dan wilayah Muhammadiyah tertentu.
Padahal, level pimpinan Muhammadiyah tingkat ranting hanya mencakup wilayah kerja setara desa atau kelurahan. Namun, hasil dan produktivitas pemikiran dan karya gerakannya melampaui level pimpinan Muhammadiyah tingkat wilayah dan daerah.
Bahkan, terkadang terdapat ironi karena ada ranting, cabang, dan daerah Muhammadiyah tertentu memiliki banyak sumber daya manusia yang potensial.
Namun, pengurusnya kurang produktif dalam gerakan dakwah, meskipun mereka memiliki latar belakang pendidikan tinggi, hingga gelar magister, doktor, dan akademik profesor. Realitas gerakan dakwah mereka terlihat mati suri, hidup dalam kematian.
Suatu ketika, saya mengikuti acara pengajian JSM DIY yang menghadirkan Ketua Ranting Muhammadiyah terbaik versi LPCR PP Muhammadiyah, yaitu Bapak Ansori.
Ketika itu, beliau menyampaikan bahwa Ranting Muhammadiyah Gading di Kabupaten Klaten memiliki Madrasah Ibtidaiyah yang memiliki 700 siswa hasil dari seleksi.
Karena tingginya minat, dibuka pula Madrasah Ibtidaiyah 2, dan tidak lama kemudian siswanya bertambah menjadi lebih dari 200 anak. Pengelola dan guru-guru madrasah ini memiliki kesejahteraan di atas rata-rata kebutuhan pokok.
Ternyata, selain mengelola sekolah, mereka juga memiliki usaha mini market bernama TokoMu, yang menjadi langganan utama bagi warga persyarikatan, dan juga dibuka untuk masyarakat umum.
Selain itu, mereka memiliki usaha parkir yang menguntungkan sehingga dana dakwah yang terkumpul jauh melampaui kebutuhan.
Dari usaha-usaha Muhammadiyah ini, dengan komitmen dan konsistensi yang baik, mereka berhasil meraih omzet miliaran rupiah. Oleh karena itu, mereka pantas diakui sebagai pimpinan ranting Muhammadiyah terbaik di Indonesia.
Kisah di atas tidak terjadi begitu saja tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Komitmen dari pengurus dan anggota pimpinan ranting Muhammadiyah tersebut bukan sekadar memiliki kartu anggota dan berstatus sebagai pengurus.
Mereka bermuhammadiyah dengan penuh ketulusan, berfokus pada hasil tanpa berorientasi pada citra, dan selalu meng-upgrade program sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Meskipun mereka berada di tingkat ranting, dedikasi dan komitmen pelayanan mereka tidak kalah kreatif, inovatif, dan produktif dari pimpinan Muhammadiyah di level di atasnya, seperti cabang, daerah, wilayah, bahkan pusat.
Sebuah pepatah mengatakan “proses tidak akan mengkhianati,” dan hal ini benar adanya. Semua usaha yang mereka lakukan didasari oleh sikap, komitmen, dan integritas moral yang menyatu untuk membangun semangat dakwah yang produktif.
Selain ketulusan dan ketulusan hati yang didorong oleh komitmen tinggi, mereka juga berusaha untuk saling memotivasi dan membahagiakan satu sama lain.
Oleh karena itu, hal positif ini kemudian diubah menjadi ide dan gagasan yang diterapkan dalam gerakan dakwah yang produktif.
Pertanyaannya, mengapa pimpinan ranting tersebut dapat dengan cepat maju dan beradaptasi walaupun menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang menguji konsistensi dan kesungguhan dalam menggerakkan ekonomi persyarikatan?
Sepertinya, loyalitas dari pengurus dan anggota telah diuji dan mereka telah membuktikan komitmen mereka. Mereka juga punya rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif yang tertanam dalam jiwa mereka sebagai anggota Muhammadiyah.
Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan berbagai ujian dan tantangan, mereka mampu menghadapinya dengan teguh sambil terus mengikuti perkembangan yang terjadi. Termasuk disrupsi yang mungkin datang dan menghancurkan tradisi.
Semua ini disikapi dengan keyakinan bahwa segala yang terjadi adalah inspirasi dari Tuhan. Keyakinan ini tertanam dalam hati dan jiwa pengurus dan anggota sehingga yang muncul adalah optimisme.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana kondisi ranting-ranting pada umumnya? Seperti pepatah yang mengatakan, “Mati enggan, hidup pun segan.”
Bukan hanya ranting, bahkan cabang, daerah, dan wilayah Muhammadiyah masih banyak yang belum mandiri dan kurang memiliki semangat dan motivasi tinggi seperti para pengurus dan anggota di ranting Gading Klaten, Jawa Tengah.
Meskipun ada beberapa ranting dan cabang, daerah, dan wilayah Muhammadiyah yang berhasil maju dengan amal usahanya, sering kali ini hanya berlangsung sesaat.
Setelah mencapai kemajuan, tanpa disadari, banyak yang datang dengan dalih ingin berkontribusi. Namun, sebenarnya ingin memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan pribadi dan akhirnya menggerogoti gerakan yang telah maju tersebut.
Sebagai akibatnya, kualitas amal usaha yang sebelumnya maju akan mengalami kemunduran atau bahkan kehancuran.
Mentalitas moral dari pengurus pimpinan ranting Gading sangat yakin akan memiliki teladan yang baik dalam menjalankan amanah.
Pengelola amal usaha ini akan berusaha memberikan etos kerja yang terbaik ketika melihat para pengurus memiliki keteladanan yang baik.
Sebab, hukum alam yang berlaku adalah saat pengurus sebagai pelaksana memiliki karakter moral yang inspiratif dan memotivasi, maka sikap yang sama juga akan ditunjukkan oleh pengelola amal usaha.
Meskipun terkadang terdapat perbedaan dan kontroversi, koreksi dan evaluasi akan dilakukan oleh semua pihak untuk saling memperbaiki diri, bukan untuk saling menyalahkan.
Termasuk cara menunjuk pejabat amal usaha, harus berdasarkan pada prestasi dan kaidah-kaidah amal usaha persyarikatan, bukan karena kedekatan emosi atau afiliasi golongan tertentu dengan pimpinan persyarikatan.
Jika pengangkatan seseorang didasarkan pada kedekatan emosi dan melanggar kaidah amal usaha, maka yang akan terjadi adalah kemunduran yang tidak terhindarkan, dan akhirnya akan mengalami kehancuran.
Dari kisah sukses ranting Gading sebagai ranting Muhammadiyah terbaik, semoga dapat menjadi teladan bagi ranting-ranting Muhammadiyah lainnya di seluruh Indonesia. Amin.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.