MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Paradigma 3T (Tertib ibadah, tertib belajar, dan tertib organisasi) yang sering digaungkan oleh kader-kader di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) saat ini tidaklah cukup hanya menjadi dasar menerapkan manajemen diri bagi kadernya, melainkan harus digalakkan melalui perencanaan skala prioritas yang jelas pada sistem organisasi di setiap tingkatan IPM atau organisasi lainnya.
Demikian disampaikan Alfreda Fathya, Direktur Lembaga Pustaka Pimpinan Pusat IPM di acara Talkshow Milenial pada Senin (18/4) yang diselenggarakan di Ruang Serba Guna Universitas Ahmad Dahlan. Acara ini dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan Mubaligh Hijrah 1443 H Ikatan Keluarga Madrasah Mu’allimin Mu’alimaat Yogyakarta (IKMMMY) yang bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Bantul.
Menurut Alfreda, implementasi 3T pada manajemen organisasi mampu membantu kader-kader IPM menghadapi tren hustle culture yang sedang berkembang ditengah-tengah generasi anak muda karena akan memberikan dampak pembiasaan yang lebih terasa pada anggotanya.
“Dalam berorganisasi saat ini, paradigma 3T yang sering temen-temen denger di IPM harus diatur juga dalam sistem berorganisasi di setiap tingkatan ataupun organisasi yang teman-teman ikuti. Karena, sejak pandemi generasi anak muda seperti kita ini suka melakukan banyak kegiatan dalam waktu yang bersamaan, atau yang biasanya disebut sebagai hustle culture,” ungkapnya.
Alfreda menjelaskan, tren hustle culture yang berkembang di kalangan anak muda saat ini menganggap semakin banyak kegiatan yang dilakukan, maka semakin produktif dan dianggap keren. Banyaknya jumlah kegiatan yang dilakukan ini bisa menyebabkan kualitas dalam berorganisasi menurun.
“Generasi Anak muda saat ini bahkan sering membanggakan dan menunjukkan bahwa dirinya sedang hustle culture,” terang Alfreda. Banyak anak muda yang menganggap semakin banyak kegiatan, maka semakin produktif dan terlihat keren, padahal belum tentu kualitasnya baik. Apalagi dalam berorganisasi, tidak menutup kemungkinan program kerja hanya akan dilaksanakan sebagai penggugur kewajiban.
Dalam pemaparannya, Alfreda juga mengajak peserta untuk berperan dalam kehidupan bermasyarakat dimulai dengan menciptakan kesadaran bahwasannya setiap individu memiliki potensi dan minat bakat yang beragam. Hal tersebut yang menjadi modal awal bagi generasi anak muda untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan menyiapkan diri sebagai generasi penerus bangsa yang lebih baik.
“Selain menerapkan 3T, anak muda juga jangan sampai lupa untuk mengenali potensi diri. Kita juga bisa memulai peran dengan mengetahui mana kelebihan dan kekurangan sehingga menjadi refleksi untuk kedepan yang lebih baik”, tutur Alfreda.
Tidak lupa, Alfreda berpesan kepada para peserta supaya mencantumkan kegiatan yang berkontribusi kepada masyarakat dalam bucket list atau target jangka pendek maupun panjang dalam merencanakan skala prioritas mereka.