Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Selamat Hari Aisyiyah | PWMU.CO

    May 20 202234 Dilihat

    Selamat Hari Aisyiyah
    Nurbani Yusuf

    Selamat Hari Aisyiyah oleh Nurbani Yusuf, Direktur Utama Agropolitan Televisi, Head of Amongtani Foundation Kota Batu.

    PWMU.CO– ”Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan. Bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu ialah menurut hak batas-batasnya sendiri-sendiri.”

    Demikian sepenggal kalimat dalam pidato pimpinan Aisyiyah Siti Munjiyah yang disampaikan dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama 1928 di Yogyakarta.

    Nadia Murad, aktivis HAM Irak bersama Denis Mukwege, dokter dari Kongo, menerima Hadiah Nobel Perdamaian dalam satu upacara di Oslo, Norwegia tahun 2018.

    Bagi keduanya, Nobel Perdamaian merupakan pengakuan atas upaya mereka mengampanyekan dampak pemerkosaan sebagai senjata perang atas nama agama.

    Pada tesisnya, Cyntia Enloe menyatakan, no society can be militerized without changing conceptions of masculinity and feminity. Tidak ada masyarakat yang dapat dimiliterisasi tanpa mengubah konsepsi maskulinitas dan feminitas.

    Dan jilbab atau sebutan lainnya, bagi Fatimah Mernissi, pengkritik hadits dari Fez Maroko, merupakan salah satu instrumen ampuh pengubah konsep tersebut.

    Dengan jilbab, saat itu, perempuan ditertibkan pikirannya. Bahwa tubuhnya adalah sumber dosa dan rasa malu sehingga perlu rapat dibungkus. Ajaran larangan keluar rumah bagi perempuan digemakan massif. Tujuannya, agar perempuan  tidak aktif lagi di arena publik.

    Bakti

    Di Indonesia seabad lalu seraut perempuan sedang menafsir dirinya : ”Apa yang kau dapati saat kau belajar huruf-huruf Belanda?” tanya Ngasirah pada putri tercintanya.

    ”Kebebasan,” jawab Kartini lugas. Kemudian Ngasirah melanjutkan pertanyaannya: Apa yang tidak kau dapati dari huruf-huruf Belanda itu?

    Kartini terdiam lama, hingga Ngasirah menjawab sendiri pertanyaannya, ”Bakti.”

    Ternyata kebebasan tak bisa disandingkan dengan kebaktian. Kebebasan menagih ego, bakti menjamin kebersamaan. Kebebasan adalah soal intelegensia. Bakti adalah hati nurani. Kebebasan adalah soal kepuasan materi, sedang bakti tentang spiritualitas.

    Dua sisi berlawanan yang mustahil berjalan seiring. Akal sehat menawarkan kebebasan, materi, ego dan kebanggaan sedang bakti adalah soal kebatinan, nurani, spiritualitas dan kerendahan hati.

    Aisyiyah

    Aisyiyah adalah gerakan pembebasan pada zamannya, yang selalu gelisah dengan kemapanan dan aturan baku yang mengikat. Aisyiyah adalah simbol “kejenuhan dan kebosanan” pada kondisi di mana masyarakat terjebak pada aturan dan norma yang mereka buat sendiri. Saat di mana perempuan menjadi menderita dan tertindas karena ditafsir kaum maskulin.

    Aisyiyah adalah soal gerakan pengembaraan pemikiran dan intelektual yang melahirkan kebebasan dan bakti sekaligus. Keberhasilan gerakan emansipasi perempuan adalah jika berhasil menyandingkan keduanya. Kebebasan dan bakti dalam satu pribadi perempuan Indonesia. Yang oleh Kartini diilustrasikan sebagai habis gelap terbitlah terang yang dalam rumusan Aisyiyah disebut minadh- dhulumaati ila nuur.

    Dalam ranah teologis fungsi Hawa sebagai penenang atau pakaian (al-libas) bagi Adam. Sebab itu Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam bukan dari tanah liat atau semacamnya. Dari tulang rusuk itu, Hawa diciptakan untuk menggenapi, bukan sebagai kompetitor apalagi meminta setara.

    Sengaja pula saya tak bahas isu-isu tentang gender yang ribet dan tak penting sebab perempuan, sesunguhnya telah mandiri mampu mengatasi problemnya tanpa sokongan kaum maskulin yang sok membantu padahal sebaliknya.

    Kepada suaminya Muhammad saw dengan bangga Sayidah Aisyah ra tegas dan berkata: ”Wahai Rasulullah, semua istrimu pernah dipeluk laki-laki lain kecuali diriku.”  Itulah tafsir Aisyah atas dirinya di depan suaminya yang agung. 

    Selamat Hari Aisyiyah 19 Mei 2022

    Editor Sugeng Purwanto

    sumber berita by [pwmu.co]

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    back to top