Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Arogansi Ilmuwan – bandungmu.com

    Apr 14 202322 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Bandung — Thomas Djamaludin mengeritik penggunaan wujudul hilal yang dilakukan Muhammadiyah dalam menetapkan awal Ramadhan, 1 Syawwal, dan 10 Dzulhijjah sebagai teori usang. Pada kesempatan lain menyebut penetapan yang dilakukan Muhammadiyah sebagai egosme kelompok.

    Pakar atronomi dari Badan Riset Nasional (BRIN) yang juga mantan Kepala Lapan tersebut pada setiap tahun ketika terjadi perbedaan penentuan kalender Islam di Indonesia sering mengeritik yang cenderung menyerang dan memojokkan Muhammadiyah.

    Sinismenya terhadap penggunnaan hisab wujudul hilal tampak kuat yang tidak menggambarkan seorang ilmuwan yang tidak terbuka pada perbedaan. Kritik tidaklah masalah, tetapi kalau tendensius dan menstigma negatif menjadi subjektif.

    Jika ingin menyoroti kelemahan, setiap metode ataupun paradigma ilmu dan pemikiran, apalagi ijtihadi, masing-masing akan memiliki kekurangan.

    Metode imkanurukyat yang dipakai pemerintah atau MABIMS yang saat ini menetapkan kriteris posisi bulan tinggi minimal 3 derajat juga dapat dilihat kelemahanannya.

    Menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Hamim Ilyas, kriteria 2, 3, atau 4 derajat sebenarnya merupakan titik lemah dari metode imkanurukyat.

    Imkanurukyat yang meski disebut hisab, postulat utamanya didasarkan pada asumsi kemungkinan hilal dapat dilihat, sejatinya rukyat.

    Prof Dr Suksiknan secara khusus bahkan meruntuhkan metode imkanurukyat tersebut. Menurut Guru Besar dan pakar astronomi UIN Suka Yogyakarta itu, “Dalam praktiknya pengguna rukyat ketika melakukan observasi dan tidak berhasil maka umur bulan yang sedang berjalan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal). Persoalannya ketika istikmal diperlakukan secara terus-menerus maka akan terjadi umur bulan hanya 28 hari. Hal ini pernah terjadi pada bulan Jumadil Akhir 1433 H / Mei 2012 M dan Rabiul Akhir 1435 H / Maret 2014 M. Begitu pula pada 1440 H / 2019 M setahun jumlahnya 356 hari. Kasus-kasus tersebut tentu tidak sesuai dengan pesan Nabi SAW yang menyebutkan umur bulan kamariah minimal 29 hari dan maksimal 30 hari.”

    Tidak termasuk masalah ketidakpastian dalam menentukan tanggal baru. Selama rukyat dan penggunaan imkanurukyat terus dilakukan sebagaimana tercermin dari keharusan sidang isbat pada akhir bulan kamariah, ketidakpastian selalu terjadi.

    Bagaimana umat Islam sedunia dapat maju dan melakukan mobilitas sosial yang pasti bila kepastian awal bulan Ramadhan, 1 Syawwal, dan 1 ataupun 10 Dzulhijah masih harus menunggu di akhir bulan kamariah.

    Padahal melalui hisab wujudl hilal hadirnya awal bulan baru sudah dapat dipastikan beberapa bulan bahkan tahun sebelumnya. Hal itu sejalan pada umumnya umat manusia sedunia dalam menggunakan kalender tahun masehi.

    Apalagi soal merukyat baik dengan mata telanjang maupun alat teknologi yang hasilnya selalu mengandung ketidakpastian.

    Oleh karena itu, daripada terus saling menyalahkan dan menyerang, lebih baik saling tasamuh atau toleran terhadap ketidaksamaan atau perbedaan mengenai penetapan kalender Islam tersebut.

    Selama belum dapat disepakati kalender Islam global, selamanya akan terjadi perbedaan tersebut. Di sinilah pentingnya ilmuwan maupun ulama memiliki keluasan ilmu dan kelapangan hati atas perbedaan yang dasarnya ijtihad itu.

    Ranah ijtihad selamanya akan berbeda dan itulah yang disediakan Rasulullah SAW untuk umat Islam dalam menghadapi keadaan zaman.

    Ikuti kearifan para ulama klasik yang selalu toleran terhadap perbedaan. Imam Syafii berkata, “Pendapatku adalah benar, tetapi masih memiliki kemungkinan salah. Pendapat orang lain adalah salah, tetapi masih memiliki kemungkinan benar.”

    Oleh karena itu, jika masih ada ilmuwan yang pekerjaannya menyalahkan pendapat dan ijtihad pihak lain, ilmuwan itu sungguh arogan dan berjiwa kerdil.

    Lebih jauh bila ilmuwan arogan seperti itu menjadi ilmuwan pemerintah yang semestinya mengayomi perbedaan, maka akan menjadi pemecah belah bangsa!***

    ____

    Sumber: Majalah SM edisi 6 tahun 2023

    Editor: FA



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top