bandungmu • Aug 22 2023 • 36 Dilihat
BANDUNGMU.COM — Keluarga adalah unit masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga memiliki peranan penting dalam skala yang lebih luas, yaitu dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai elemen masyarakat, dinamika yang terjadi di dalam keluarga mencerminkan keberadaan anggota keluarga dan memiliki pengaruh pada eksistensinya.
Dalam konteks ini, baik hal-hal positif maupun negatif bisa terjadi, dan konsekuensinya menghasilkan dinamika yang memengaruhi kondisi keluarga secara keseluruhan.
Pembelajaran yang terjadi dalam rumah tangga tidak hanya berasal dari pengalaman yang dipetik dari orang tua, nenek, dan kakek.
Pengalaman juga muncul melalui interaksi langsung antara pasangan suami istri, baik itu secara tiba-tiba atau akibat gesekan dan perselisihan di antara anggota keluarga.
Peranan seorang ibu tidak hanya sekadar sebagai simbol orang tua, melainkan sebagai sosok yang mulia.
Ia dengan tulus mengabdikan dirinya demi anak-anaknya, mulai dari masa kehamilan, kelahiran, membesarkan, hingga peranannya dalam mengantar mereka menjadi generasi penerus.
Ibu menjadi kekuatan keluarga, napas keluarga, serta sumber kasih sayang, motivasi, dan inspirasi di dalam keluarga.
Sama halnya dengan peran seorang ayah, ia berperan sebagai pembangkit, pencipta, dan inovator keluarga. Perannya lebih dinamis ketika bersinergi dengan ibu dalam menjaga dan membentuk pertahanan keluarga dari ancaman baik dari dalam maupun luar.
Namun, benturan internal sering kali terjadi di dalam keluarga, dan saat itu terjadi, anak-anaklah yang menderita akibatnya.
Saat terjadi konflik, tidak hanya orang tua yang bingung, bahkan anak-anak yang bergantung pada mereka menjadi bingung dan kehilangan arah dalam hidup.
Peran seorang ayah tidak hanya sebagai pencari nafkah semata, begitu pula dengan ibu yang bukan hanya melayani aspek materi. Contoh yang baik dari kedua orang tua menjadi kunci dalam keberlangsungan keluarga.
Dengan bersatu dan berkomitmen, keluarga dapat menjadi organisasi yang kokoh dengan anggota keluarga yang melihat dan merasakan panutan dari kedua orang tuanya.
Sekecil apapun perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua, akan memiliki dampak yang besar dan bertransformasi dalam hidup anak-anak. Baik itu melalui kata-kata, ungkapan, maupun tindakan yang berulang-ulang dilakukan.
Namun, jika yang diperbuat adalah perbuatan buruk, hal itu bisa mengancam kepribadian anak-anak dan mungkin timbul dalam jangka waktu tertentu tanpa disadari oleh orang tua.
Bahkan, yang lebih serius adalah ketika orang tua tidak menyadari kesalahan mereka dan justru menyalahkan anak-anak dan lingkungannya.
Meskipun terkadang dianggap sepele, sangatlah sulit untuk menjaga keluarga dari dampak perilaku yang tidak disadari.
Kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, seperti kata-kata tidak pantas atau tindakan kurang terkontrol, dapat memiliki dampak yang besar.
Tidak jarang orang tua sering menunjukkan perilaku tidak beradab, baik dalam kata-kata maupun tindakan, terutama perilaku yang menjadi kebiasaan dan sulit dikendalikan.
Penting untuk mencatat bahwa orang tua sering kesulitan dalam mengajarkan kebiasaan baik secara konsisten. Sebagai contoh, di era 1990-an, banyak ibu yang intensif menonton sinetron di televisi pada waktu yang seharusnya digunakan untuk beribadah.
Pada saat berkunjung ke kota, nenek pernah menceritakan pengalamannya. Ia melihat keluarga anaknya sedang menonton televisi setelah salat maghrib.
Ia menyarankan agar anaknya menghindari tontonan tersebut dan mengajak mereka untuk membaca Al-Quran. Ternyata, kebiasaan ini sudah berlangsung lama.
Di era milenial, orang tua dan anak-anaknya tidak hanya menonton televisi, tetapi juga menonton serial drama Korea (drakor) dalam jumlah jam yang lama, bahkan melalui perangkat seluler.
Namun, justru di tengah upaya melindungi keluarga, terkadang orang tua sendiri bisa membawa dampak buruk ke dalam keluarga.
Meskipun demikian, keteladanan dari orang tua tetap menjadi fondasi utama dalam pendidikan. Perumpamaan bahwa jika orang tua berlaku buruk, anak-anak pun akan mencontohinya, sangatlah relevan.
Konsekuensi dari tindakan ayah dan ibu memiliki pengaruh besar pada perkembangan fisik, mental, dan spiritual anak. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran utama dalam membentuk sikap dan perilaku anak menuju kualitas individu yang baik sebagai generasi penerus.
Ketahanan keluarga terletak pada orang tua, dan mereka akan mampu membangun komitmen bersama ketika bersatu. Meskipun memiliki kekuatan yang berbeda, mereka harus saling melengkapi kekurangan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Namun, realitas pendidikan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh sejak masa penjajahan Barat hingga penjajahan ideologi asing.
Hal ini telah menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia. Modernisasi pendidikan yang mengabaikan nilai-nilai tradisional telah mempengaruhi kebebasan berpikir, berkarya, dan bermasyarakat.
Sebagian dari kita masih ingat pengalaman masa sekolah pada 1980-an hingga 1990-an, saat kita belajar di sekolah-sekolah yang disediakan oleh pemerintah.
Pagi-pagi sekali anak-anak bangun untuk bersiap pergi sekolah, menggunakan seragam putih celana pendek merah, sepatu hitam, dan kaus kaki putih.
Mereka berjalan melewati perkampungan, sawah, dan kadang-kadang melalui ladang dan bukit yang berliku. Beberapa harus melewati sungai yang arusnya deras.
Namun, semangat untuk meraih masa depan tetap berkobar. Sayangnya, saat tiba di sekolah, kami diminta duduk tegak dengan sopan, mendengarkan dengan penuh khusyuk, dan tidak boleh berisik atau membuat keributan.
Pelanggaran seperti berisik, terlambat datang, atau lainnya langsung dihukum dengan cara berdiri dengan satu kaki sambil menahan telinga dengan tangan—hukuman yang dikenal sebagai “disetrap”.
Sekolah menjadi lingkungan kedua setelah rumah. Dalam teks nash Al-Hadis, dikatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci.
Oleh karena itu, apakah anak tersebut nantinya menjadi penganut agama Nasrani, Yahudi, atau Majusi sangat tergantung pada pendidikan dari kedua orang tuanya.
Pemahaman tentang “faabawah” dalam teks tersebut menunjukkan bahwa peran pendidikan dari orang tua menjadi fondasi pertama dan utama. Selain itu, peran lingkungan di luar rumah, seperti sekolah dan masyarakat, juga memiliki dampak yang signifikan.
Anak-anak adalah amanah yang diberikan kepada orang tua, bukan amanah yang diberikan oleh guru di sekolah. Orang tua membantu guru dalam memberikan pendidikan yang dibutuhkan anak-anak.
Namun, dalam hal biaya dan kewajiban, tanggung jawab tetap pada orang tua karena amanah tersebut berasal dari Tuhan. Wallahu’alam.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.