PWMU CO • Jun 02 2022 • 88 Dilihat
Din Syamsuddin Bicara Momentum Internasionalisasi Muhammadiyah, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Muhammadiyah—bahkan dunia Islam—dewasa ini, selain menghadapi tantangan juga memiliki peluang. Juga ada momentum bagi kebangkitan dunia Islam dan peradaban Islam. Demikian Prof Din Syamsuddin MA PhD mengungkapnya pada Seminar Pramuktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah bertema Peran Internasionalisasi Muhammadiyah dalam Perdamaian Dunia, Selasa (30/5/22).
“Muhammadiyah sangat qualified untuk menjadi leading sector, leading unit, sebagai motor penggerak. Tidak hanya karena di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi juga gerakan Muhammadiyah dalam lintasan satu abad lebih itu juga diakui oleh dunia,” ujar Prof Din yang hadir langsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dia menilai, infrastruktur gerakan Muhammadiyah cukup kuat. “Terus terang saja kalau di tingkat dunia Islam kita mendapat pujian, walaupun untuk bergerak secara lebih global masih kalah dengan gerakan Islam lainnya. Termasuk Ikhwanul Muslimin yang dulu ditulis Pak Amien Rais,” imbuhnya.
Ini sejalan yang telah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi sampaikan dalam pidato kuncinya. Sebelum menerangkan momentum tantangan sekaligus peluang, Prof Din mengapresiasi pidato kunci Prof Haedar. Menurutnya, sangat kompleks, padat isi, dan komprehensif.
“Cukup panjang Prof Haedar meletakkan semacam dasar pemikiran bagi internasionalisasi gerakan Muhammadiyah dan di akhirnya adalah langkah-langkah praktis. Terus terang, sama dengan yang saya pikirkan sebelum masuk di auditorium ini sebagian besarnya,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 itu.
Apa momentum yang tersedia sekarang? Prof Din menyebutkan dunia yang oleh banyak pakar disebut the world of disruption, yakni dunia yang berantakan atau tak teratur. Juga the world of uncertainty, dunia yang serba tak pasti.
Selain itu, dunia yang sedang berpikir tentang masa pascapandemi. “Apakah kembali ke new normal sebelum pandemi atau justru keadaan sebelum pandemi itulah yang menyebabkan dunia seperti yang saya sebutkan tadi, penuh dengan ketakpastian?” ujarnya.
Maka, lanjut Prof Din, kini banyak diskusi di tingkat global yang merancang tatanan di dunia baru pascapandemi. Di mana, sudah ada kritik untuk globalisasi, bahkan ada usulan tentang deglobalisasi. Dia kemudian memaparkan sistem dunia yang mendapat kritik dari pakar dunia sehingga perlu merancang tatanan dunia baru.
“Terutama untuk mengganti sistem dunia yang rusak, the world system yang sangat antroposentristik, berpusat pada manusia sebagai pusat kesadaran. Tidak bersifat teosentristik. Kemudian melahirkan humanisme sekuler, liberalisme, dan terjadilah arus liberalisasi ekonomi, politik, dan budaya,” paparnya.
Adapun realitas sekarang, menurutnya ketiadaan damai. “The absent of peace adalah lawan dari peace!” ujarnya. Di mana konflik bersenjata terjadi di 120 lokasi di dunia. “Manusia saling membunuh,” imbuhnya.
Namun, sambung Prof Din, yang lebih besar dari perang ialah ketiadaan damai dalam bentuk kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kesenjangan, diskriminasi, sampai pada kekerasan dalam berbagai bentuknya. “Juga kerusakan ekologi yang menjadi momok sekarang, perubahan iklim dan pemanasan global,” tambahnya.
Prof Din memahami PBB sudah lama bergerak berupaya mengatasinya. “Setelah MDGs gagal, sekarang diganti Sustainable Development Goals (SDGs) yang juga belum tentu akan berhasil. Saya menjadi anggota the UN Sustainable Development Solution Network seksi etika, itupun tidak ada tanda-tanda keberhasilan, terutama karena negara-negara maju tidak mau membayar apa yang menjadi tanggung jawab mereka,” terangnya.
Maka, menurutnya, inilah momentum bagi dunia Islam untuk tampil menjadi penyelesai masalah. Meski dalam tubuh Islam sendiri juga banyak masalah. Dia meletakkan ini sebagai backdrop peluang yang tersedia maupun tantangan yang bisa ditransformasikan sebagai peluang.
“Seperti kesulitan bersatu, bahkan yang lebih akut termasuk faksionalisasi, tampilnya kelompok-kelompok yang membawa pesan Islam dengan kekerasan, baik kekerasan verbal maupun lainnya. Bahkan di luar sana ada fakta kebencian terhadap Islam,” urainya.
Baca sambungan di halaman 2: Serius Rencanakan Revitalisasi PCIM
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.