Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Gerak Energi Positif Persaudaraan – bandungmu.com

    Dec 06 202233 Dilihat

    Oleh: Dudy Imanuddin Effendi, Kaprodi BKI FDK UIN SGD Bandung

    BANDUNGMU.COM — Situasi ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) karena adanya perlakuan arogan, melukai, selalu dianggap lawan yang harus dimarginalisasi dan bahkan distigmatik oleh segelintir orang tidak bertanggung jawab, jika disikapi secara sehat justru akan melahirkan energi positif.

    Dalam kajian psikologi positif, ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) merupakan batu loncatan hebat dalam menciptakan pelbagai peluang optimisme yang dipelajari (learned optimism).

    Optimisme yang dapat menjadi sumber lahirnya kekuatan energi gerak dalam menghilangkan pelbagai hambatan-hambatan hidup.

    Kekuatan energi gerak yang selalu berpijak kepada moral laden, berupa prinsip-prinsip etik yang didasari oleh nilai-nilai kebajikan hidup. Seligmen menyebutnya “character Strengths and Virtues”.

    Energi gerak yang berpusat kepada enam karakter positif untuk mencapai kemajuan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Enam karakter positif ini meliputi kebajikan-kebajikan:

    1) Wisdom and knowledge (kearifan dan pengetahuan). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa creativity (kreativitas), curiosity (keingintahuan), love of learning (kecintaan belajar), open-mindedness (keterbukaan pikiran), dan perspective (perspektif).

    2) Courage (keteguhan hati). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa bravery (keberanian), persistence (ketekunan), integrity (integritas), dan vitality (vitalitas).

    3) Humanity and Love (perikemanusiaan dan cinta kasih). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa kindness (kebaikan), love (cinta), dan social inteligence (kecerdasan sosial).

    4) Justice (keadilan). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa citizenship (keanggotaan dalam kelompok), fairness (keadilan dan persamaan), dan leadership (kepemimpinan).

    5) Temperance (kesederhanaan). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa self-regulation (regulasi diri), prudence (kebijaksanaan), humility and modesty (Kerendahan hati), dan forgiveness and mercy (memaafkan).

    6) Trancendence (transendensi). Virtues ini akan melahirkan kekuatan energi gerak yang positif berupa appreciative of beuty and excellence (apresiasi terhadap keindahan dan kesempurnaan), hope (harapan), gratitude (bersyukur), spirituality (spiritualitas: perwujudan sebagai makhluk bertuhan yang berpegang teguh pada nilai moral tertentu dan selalu ingin melakukan kebaikan bagi orang lain).

    Persaudaraan yang baik akan ditandai dengan hubungan-hubungan positif antar individu dengan menampakkan pelbagai perasaan, pemikiran, dan perilaku yang dilambari pelbagai virtues.

    Persaudaran yang selalu membicarakan tentang hambatan-hambatan kemajuan, kebahagiaan, dan kesejateraan, baik tingkat global, nasional, dan lokal yang tidak dilepaskan dari pelbagai virtues.***

    ___

    Persaudaraan yang selalu menciptakan pengalaman hidup baru yang berjalan dengan baik dan efektif. Kombinasi good feeling yang berjalan efektif dalam ruang persaudaraan. Inilah wujud persaudaraan yang diwarnai flourhising, semacam kesehatan mental atau level kesejahteraan mental yang tinggi dari setiap individu bersaudara.

    Didalamnya, budaya kamuflase, manipulasi, kebiasaan berbohong, memaksakan kepentingan pribadi, saling menjatuhkan, saling mencela, saling menikam, tradisi khianat, bahkan saling mencelakai cenderung sama-sama oleh setiap individu dijauhkan dari ruang persaudaraan.

    Persaudaraan yang diwarna flourhising akan selalu mengembangkan tradisi SPERMA (S tambahan dari rumus seligment PERMA).

    1) “S”inergi dalam pelbagai visi, misi dan tujuan demi kepentingan bersama dalam persaudaraan.

    Dalam hal ini, tindakan-tindakan negatif yang bersumber dari ego kepentingan pribadi dan dapat menghambat atau merusak visi, misi dan tujuan bersama menjadi sumber pemicu lahirnya sinergi antra individu bersaudara untuk sama-sama meredamnya.

    2) “P”ositive emotion (emosi positif).

    Emosi positif dalam ruang persaudaraan dapat mengembangkan keadaan emosi yang dapat membawa perasaan positif setiap individu bersaudara untuk sama-sama mengalami emosional yang menyenangkan, membahagiakan, mensejahterakan dan meng- gembirakan.

    Hal-hal yang bisa menghambat emosi positif dalam persaudaraan adalah mudah berprasangka negatif, ketidak-adilan, mudah menghakimi, pengkhianatan, tidak setia kawan, rendah komitmen, dan kecenderungan selalu mementingkan ambisi pribadi.

    3) “E”ngagement (keterlibatan).

    Engagement dalam ruang persaudaraan dapat mengembangkan individu-individu yang mau masuk kepada pengalaman bersama yang mengerahkan keterampilan, kekuatan, militansi dan perhatian penuh untuk tugas-tugas yang menantang.

    Keterlibatan untuk kemajuan bersama bukan hanya “untuk apa yang akan individu dapatkan dari keterlibatannya tersebut”.

    Kecenderungan individu dalam keterlibatannya di ruang persaudaraan hanya sebatas pemenuhan kepentingan pribadi, maka ia akan menampilkan pribadi yang tidak sehat semacam suka berbohong, berprilaku manipulasi, dan bahkan mudah berkhianat jika tidak mendapatkan tujuan dari kepentingan pribadinya.

    4) “R”elationships (Hubungan).

    Wujud persaudaraan yang selalu dibangun pola relasi interaktif persuasive antar individu bersaudara. Relasi positif cerminan persaudaraan dalam mencapai setiap kebahagiaan, kemajuan dan bahkan kesejahteraan.

    Relasi positif akan melahirkan pengalaman bersaudara yang saling berkontribusi pada kemajuan, kebahagiaan dan kesejahteraan melalui sering diperkuat melalui pelbagai tindakan, misalnya, saling support, saling memberi makna, humor, perasaan memiliki, bangga terhadap identitas dan juga memiliki kebanggaan dalam pencapaian kolektif.

    Hubungan positif dengan sesama saudara merupakan salah satu penangkal terbaik untuk “kejatuhan” kehidupan melalui penguatan kapasitas dengan perasaan cinta, kasih sayang, keramahan, kesantunan, kesederhanaan, empati, kerja tim, kerja sama, pengorbanan diri, dan lainnya.

    5) “M”eaning (Makna).

    Persaudaraan yang selalu membangun rasa bermakna dan bertujuan dari memiliki dan melayani akan sesuatu yang lebih besar daripada mementingkan diri sendiri. Bangunan persaudaraan seperti ini merupakan pengamalan dari pusaran makna ilmu pengetahuan positif dan etika sosial yang hidup di ruang persaudaraan tersebut.

    Dengan memberikan makna dalam sistem persaudaraan berarti keberadaan dan kehadiran individu-individu merupakan bagian dari orientasi gerak yang menjadi cita-cita dan idealitas mereka untuk selalu mengembangkan dan mengartikulasikan model persaudaraan yang bermoral dan beradab.

    6) “A”cchomplisment atau Achievement (Pencapaian).

    Pencapaian dalam persaudaraan bersifat kolektif. Artinya langkah gerak semua individu berporos kepada visi, misi dan tujuan bersama, baik itu pencapaian prestasi, kompetensi, kesuksesan, dan penguasaan kepentingan tertentu dalam berbagai domain.

    Hambatan pencapain kolektif dalam ruang persaudaraan adalah individui-individu yang pesimis terhadap identitas ruang persaudaraannya sendiri, saling tidak percaya sesama saudara, berkhianat, terlalu besar ambisi kepentingan pribadinya, etos kerja yang rendah, rendah integritasnya dan lainnya.

    Catatan akhir, persaudaraan yang tidak dilambari virtues dan flourhising cenderung akan mudah pecah, runtuh dan jatuh. Karena saat mengalami ketidakberdayaaan justru yang lahir adalah saling menjatuhkan, saling mencurigai, saling mencela, saling menikam dan lain semacamnya.

    Bukan sebaliknya, muncul SPERMA sebagai energi positif yang dapat melahirkan sikap optimisme untuk semakin membangun sinergi yang kuat, emosi positif, keterlibatan kolektif yang semakin dalam, relasi yang baik, dan saling berjibaku dalam pencapaian kolektif secara bersama-sama antarindividu bersaudara.

    Bisakah makna persaudaraan antar ormas, partai, tokoh Islam, ulama menjadi seperti ini saat berbicara kepentingan umat yang harus diperjuangkan bersama-sama?

    Editor: FA



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top