BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Agar gagasan Muhammadiyah semakin meluas, sutradara kawakan nasional sekaligus dewan pakar Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022-2027 Hanung Bramantyo menilai Muhammadiyah perlu memiliki pusat kebudayaan.
Pada konteks ini, LSB dapat difungsikan untuk menjadi pusat pengayaan kebudayaan Muhammadiyah. Strateginya pun kata dia harus bertumpu pada penggunaan produk kreatif berbasis audio visual seperti film dan yang semisalnya.
“Sudah saatnya bagi Muhammadiyah untuk melebarkan sayapnya di ranah seni dan budaya terutama melalui penerapan audio visual. Bisa dimulai dari pengadaan workshop untuk masyarakat terkait pentingnya audio visual dalam menunjang pemahaman seni dan budaya,” tutur Hanung seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Dalam Rapat Kerja Pimpinan Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah di UMY, Sabtu (10/6), Hanung menganggap urgensi pusat kebudayaan Muhammadiyah terutama untuk mewadahi banyak seniman Muhammadiyah telah berkarya di tingkat nasional.
Nama-nama seniman ternama seperti Dwiki Dharmawan, alumnus UMY semisal Yuda Kurniawan dan Ismail Basbeth dan yang lain-lain menurutnya perlu dihimpun untuk membawa visi Persyarikatan.
“Saya ingin pusat kebudayaan Muhammadiyah ke depannya juga dapat bersinergi dengan sektor lain di bidang yang sama di UMY seperti film untuk meninggalkan kesan ketinggalan zaman,” ujarnya.
Tak lupa, Hanung mengapresiasi inisiatif Muhammadiyah untuk mendorong film-film sejarah menyangkut tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Bekerja sama dengan Pesantren Tebuireng, LSB pada 2019 diketahui telah melahirkan satu film berjudul “Jejak Langkah 2 Ulama”. Film ini mengisahkan perjuangan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari.
Hanung juga mengaku banyak mendapatkan bantuan data-data akurat dari Muhammadiyah saat proses pembuatan film karyanya yang berjudul “Sang Pencerah”.
Berkat dukungan ini, Hanung merasa film “Sang Pencerah” sudah mengubah paradigma bahwa film sejarah yang kurang diminati masyarakat, berhasil dipatahkan melalui raihan jumlah penonton dan apresiasi masyarakat terhadap film “Sang Pencerah”.
Strategi kebudayaan seperti inilah yang dia harapkan menjadi akselerasi bagi Muhammadiyah ke depan.
“Jadi, film sejarah tetap diminati masyarakat itu terbukti dari film Sang Pencerah,” pungkasnya.***
No comments yet.