bandungmu • Dec 23 2022 • 35 Dilihat
BANDUNGMU.COM, Bandung – Sebagai pusat penghasil lukisan ternama di Kabupaten Bandung, Desa Jelekong memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Lebih dari 10 persen dari jumlah penduduk Jelekong memiliki profesi sebagai pelukis. Beragam lukisan asal desa ini, bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri.
Sejak lama, Bandung terkenal menyimpan potensi seni yang tinggi. Bukan hanya menjadi kiblat dunia fesyen, kota ini juga memiliki sentra lukisan yang terletak di Desa Jelekong, Bandung Selatan.
Sentra pembuatan lukisan yang muncul sejak lama ini tepatnya berada di Jalan Raya Laswi, Baleendah, Kabupaten Bandung. Jika kita menyusuri jalanan itu, akan terlihat ratusan kanvas yang dijemur di sepanjang sisi kanan dan kiri jalan.
Tidak akan ada Kampung Lukis Jelekong jika tidak ada Odin Rohidin. Ya karena mayoritas penduduk di desa ini menyambung hidup dengan keahlian melukis. Warna-warni lukisan yang terpajang di sejumlah galeri lukisan di desa itu menjadi daya tarik wisatawan.
“Sudah sejak 1970 lalu Kang Odin mengenalkan lukisannya dan diikuti oleh warga Jelekong. Beliau wafat sekitar sepuluh tahun ke belakang,” kata salah satu pelukis, Dadang Sukmana (55), di galerinya.
Bedanya lukisan Jelekong dengan lukisan dari daerah lain yaitu pelukis di wilayah ini terkenal loyal dan profesi sebagai pelukisnya turun temurunkan kepada anak cucunya. “Meskipun tidak belajar langsung kepada Kang Odin. Kakak saya yang langsung belajar kepada Kang Odin dan saya belajarnya kepada kakak,” ujar Dadang.
Ketua Komunitas Gurat, Didi Suryadi (25), mengatakan kelompoknya hadir untuk mencetak pelukis muda dan meneruskan profesi Odin. Kehadiran sanggar Komunitas Gurat itu pun untuk melestarikan lukisan Jelekong.
Menurut pandangannya, Bah Odin merupakan sosok seniman yang menjadi panutan para pelukis di Jelekong. “Saya belajar dari murid Bah Odin, kalau teman saya dan senior saya pernah belajar kepada Bah Odin, tapi semuanya belajar kepada Bah Odin,” ucap Didi.
“Sosok Odin itu mempunyai pribadi yang baik dan tegas. Dalam memberikan pelajaran melukis kepada muridnya tidak berbelit-belit. Kamu harus belajar, karena ini masa depan kalian untuk pemuda asli Jelekong. Kamu harus belajar ini pusaka,” kata Didi meniru perkataan Odin kepada murid-muridnya.
Selain di Jelekong, sosok Bah Odin juga banyak mencari dan mengembangkan ilmu melukisnya di kota lain. Tapi tetap membawa bendera Desa Jelekong di mana ilmu melukisnya diturunkan ke saudara, tetangga, dan warga lainnya.
Ada sekitar 20 galeri di sepanjang jalan desa itu. Maklum, banyak penduduk desa ini yang memang memiliki profesi sebagai pelukis. Dari total penduduk Jelekong yang sebanyak 5.000 orang, 600 di antaranya adalah pelukis.
Indira Sukmawati, pemilik galeri Karya Siliwangi mengungkapkan, dalam sehari, pekerja seni di galerinya bisa menghasilkan dua hingga lima lukisan dengan berbagai macam objek.
“Lukisan kami kadang-kadang disebut kerajinan tangan karena dikerjakan siang dan malam. Pelukis juga tak memiliki latar belakang pendidikan seni,” ujar Indira yang mempekerjakan 10 pelukis di galerinya.
Karena berbekal ilmu melukis otodidak, gaya atau teknik menggambar para pelukis ini juga beragam. Mulai dari teknik pisau palet dan sapuan kuas biasa hingga cokcrok.
Teknik terakhir merupakan cara melukis dengan spon yang muncul akhir 1990-an. Tak hanya disukai perajin, lukisan dengan teknik ini juga mengundang minat pembeli. Bahkan, teknik ini bertahan sampai saat ini. Para pelukis memadukannya dengan teknik pisau palet untuk pemandangan alam.
Sentra ini memiliki perajin yang ahli melukis panorama pedesaan, pacuan kuda, buah-buahan, kereta kencana, ikan koi, dan adu ayam.
Karya lukisan penhuni Desa Jelekong pun sudah menyebar di mana-mana, seperti Jakarta, Semarang, Bogor, Bali, Malaysia, hingga Arab Saudi. Beberapa galeri dan gerai penjualan lukisan di Bandung pun menjajakan lukisan seniman Desa Jelekong. Tentu, harga jual mereka lebih tinggi.
Menurut Haryono, pemilik galeri Margahayu, meski diproduksi secara massal, lukisan pelukis Jelekong tetap menarik minat banyak wisatawan. “Harganya murah, berbeda dengan lukisan perupa terkenal yang mencapai jutaan,” ujarnya.
Demi menyambung hidup, cita rasa seni rupa ini memang dikolaborasikan dengan industri yang mengikuti selera pasar.
Harga jual lukisan Jelekong bertema pemandangan di atas kanvas berukuran 135 cm x 40 cm berkisar Rp 150.000 hingga mencapai harga Rp 10 juta rupiah. Harga jual itu ditentukan oleh ukuran, penggunaan cat, serta tingkat kesulitan.
Namun, secara umum, harga lukisan di Jelekong berkisar Rp 100.000-Rp 15 juta. Di galerinya, Haryono bisa menjual antara 10 hingga 30 buah lukisan setiap bulan.
Bila tak sempat mampir ke Jalan Raya Laswi, konsumen juga bisa menemukan lukisan asal Jelekong ini di pusat Kota Bandung, tepatnya di kawasan Braga. Di jalan sepanjang 700 meter itu, berjajar pedagang lukisan kaki lima hingga galeri lukisan ternama, seperti galeri seni jalanan.
__
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Editor: FA
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.