MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah harus terdapat karakter yang khas dan melekat, yaitu karakter keislaman yang menjadi ciri khusus sekolah Muhammadiyah.
Menurutnya pembangunan karakter pada peserta didik di sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak selalu bergantung dengan urusan fisik yang meliputi sarana dan prasarana. Pembangunan karakter pada peserta didik, tegas Mu’ti, menjadi integral dengan kepercayaan masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di sekolah Muhammadiyah.
“Dalam membangun karakter peserta didik tidak selalu bergantung dengan sarana dan prasarana sekolah yang lengkap,” katanya di acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Guru Muhammadiyah (FGM) di UHAMKA Jakarta, Kamis (28/7).
Karakter keislaman ini menjadi ciri khusus yang harus melekat di sekolah Muhammadiyah. Pada kesempatan ini Guru Besar Bidang Pendidikan Islam ini menuturkan beberapa hal yang perlu dikuatkan sekolah supaya mampu bersaing. Pertama, tentu karakter atau ciri khusus sekolah.
Sekolah Muhammadiyah harus memiliki ciri khusus ini sebagai daya tarik. Orang tua, katanya, akan tertarik dan percaya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang apabila dilihat atau dibandingkan dengan sekolah lain memiliki ciri khas. Maka dia mendorong bagi pengurus sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk memikirkan ini agar sekolahnya mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain.
Selain itu, sekolah-sekolah Muhammadiyah harus memiliki kemampuan dan daya untuk meningkatkan skill dan mental peserta didik. Bahkan menurutnya, keberhasilan sekolah menjalankan misi pendidikan adalah dengan membentuk dan membangun skill dan mental peserta didik yang baik. Keduanya tidak dapat dipisahkan,
“Ketika punya skill dan tak mempunyai mental yang baik akan menjadi percuma. Membentuk skill dan mental siswa menjadi hal yang penting dalam pendidikan,” ujarnya.
Guru di sekolah Muhammadiyah juga harus memiliki karakter yang kuat, sehingga guru-guru menjadi inspirasi atau memberikan inspirasi bagi peserta didik. Cita-cita peserta didik tidak boleh rendah, akibat sekolahnya kecil dan di desa. Tidak boleh ada peserta didik yang minder, guru Muhammadiyah harus menjadi inspirasi mereka.
“Guru tidak hanya menjadi pengajar tapi juga menginspirasi. Teaching is inspiring. Sehingga, sekalipun belajar di sekolah yang kecil, siswa tidak takut bermimpi dan bercita-cita,” harap Mu’ti.
No comments yet.