Monday, December 16, 2024
26.1 C
Gresik

Kata Siapa Manasik Haji dan Idul Adha Berbeda?

BANDUNGMU.COM — Menjelang Idul Adha tahun 1444 Hijriyah, beredar informasi mengenai calon hewan kurban dan hal-hal lain yang menjadi perbincangan. Belum lama ini, masyarakat Muslim diingatkan akan perbedaan pendapat terkait hari raya Idul Fitri.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam, telah menentukan waktu Idul Fitri berdasarkan data ilmiah mengenai hilal yang ternyata berbeda dengan ketentuan Kementerian Agama.

Akibatnya, perkiraan waktu Idul Fitri menjadi berbeda, dan narasi muncul di masyarakat bahwa Muhammadiyah tidak mengikuti pemerintah.

Bahkan, terdapat peristiwa yang melibatkan oknum BRIN yang menghebohkan masyarakat dan berujung pada konsekuensi hukum bagi pelaku tersebut.

Selama puluhan atau bahkan ratusan tahun, perbedaan dalam menjalankan puasa dan dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, adalah hal biasa.

Mengapa di era modern yang dianggap maju ini masih ada cendekiawan, ulama, dan tokoh yang membahas masalah hari atau tanggal memulai ibadah?

Selama memiliki dasar dan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara syari, berikanlah otoritas kepada mereka sesuai dengan keputusannya.

Langkah kreatif

Pada dasarnya, semua aktivitas ibadah tersebut tidak terlalu berbeda karena sumbernya sama, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Saat ada berbagai penafsiran terhadap teks-teks nash yang menjadi wilayah ijtihad, hal tersebut merupakan hal yang biasa.

Bahkan, fenomena ini menjadi dinamika keilmuan yang membimbing umat Muslim agar lebih kreatif dalam berijtihad, sehingga pada saat yang tepat, nalar intelektual akan menemukan rasionalitas dan objektivitas produk ilmu yang lebih praktis dan aplikatif.

Dinamika keilmuan merupakan bentuk nyata dari hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, dan ilmu memiliki posisi penting dalam menentukan sikap dan perilaku manusia dalam beragama, berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Fakta saat ini masih ada komentar dan tanggapan yang memancing emosi. Oleh karena itu, arahkanlah emosi tersebut pada ranah dan ruang dialog keilmuan yang dipahami oleh setiap individu sebagai makhluk yang berakal sehat.

Jika ada orang yang merespons dengan sentimen dan sikap arogan, pada dasarnya hal tersebut wajar karena kemampuan mereka hanya sebatas pada sikap dan tindakan yang mencerminkan keilmuan yang dimilikinya.

Namun, perlu ditegaskan bahwa dalam jiwa dan raga kita sebagai makhluk yang berpikir dan beradab, akal sehat harus dikedepankan untuk menghindari penyimpangan dalam proses berpikir.

Beberapa bulan yang lalu, terjadi perdebatan sengit mengenai hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan hilal). Bagi masyarakat yang tidak terbiasa dengan wacana keilmuan hisab dan rukyat, mereka hanya bingung dan tidak peduli.

Namun, sebagian kecil masyarakat merespons dengan reaktif melalui berbagai cara dan media.

Bukan alasan perpecahan

Tanpa disadari oleh pihak-pihak yang terlibat dalam argumentasi dan penalaran wacana tersebut, hal ini dilegitimasi oleh argumen-argumen logika dan kesesuaian dalam setiap disiplin keilmuan yang kemudian didukung oleh teks-teks wahyu dan hadis.

Apakah benar selama ini puasa Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha hanya menjadi alasan perpecahan yang mengabaikan sikap humanisme dan kemanusiaan?

Padahal, pada dasarnya semua itu sama. Saat berpuasa, kita sahur pada waktu tertentu, kemudian menahan haus, lapar, dan dahaga sepanjang hari hingga berbuka saat maghrib tiba.

Hal yang sama juga terjadi saat akhir bulan Ramadan, kita membayar zakat fitrah dan melaksanakan shalat Idul Fitri dua rakaat.

Begitu pula saat Idul Adha, umat Muslim yang berhaji di tanah suci Makkah Al-Mukarramah pada tanggal 09 Dzulhijjah menjalankan ibadah wukuf di Padang Arafah.

Sementara itu, umat Muslim yang tidak berada di tanah suci melaksanakan shalat Idul Adha dan setelah itu dilakukan prosesi penyembelihan hewan qurban jika memungkinkan.

Selama ini, hal itu yang kita ketahui, dan benar juga pernyataan beberapa tokoh agama yang menyampaikan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan.

Semua orang menjalankan puasa, zakat, dan shalat dua hari raya dengan cara yang sesuai dengan keyakinan dan argumentasi keilmuannya masing-masing.

Ketika waktu dan tanggal berbeda, ritual ibadah tersebut kembali kepada individu dan jamaah sesuai dengan keyakinan dan pengetahuan keilmuannya.

Seiring berjalannya waktu dan kemajuan keilmuan masyarakat secara merata dan terbuka, di waktu yang tepat, rasionalitas, objektivitas, dan kapasitas keilmuan akan berkembang lebih maju.

Wajar jika saat ini masyarakat Muslim Indonesia masih bergejolak dengan perbedaan pendapat karena pada umumnya tingkat wawasan keilmuan masyarakat masih rendah.

Selain itu, pendapat, opini, dan wacana yang dikembangkan tidak fokus pada penguatan wawasan keilmuan, tetapi lebih cenderung mengutamakan ego diri, kelompok, golongan, serta arogansi kecendekiawanan atau keulamaan.

Pada Idul Adha tahun ini, perbedaan pendapat semakin terasa. Bahkan pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tambahan cuti bersama bagi pegawai dan tenaga kerja di Indonesia.

Semoga ini bukanlah sekadar pencitraan politik elite untuk mendapatkan dukungan dari umat Muslim dalam waktu yang singkat.

Saat ini bukan tahun politik atau waktunya mencari panggung dengan mengedepankan wacana yang tidak berlandaskan pada penguatan wawasan keilmuan.

Soal perbedaan fiqih

Terlepas dari itu semua, kita sangat bersyukur karena dinamika perbedaan tanggal pelaksanaan Idul Adha tidak menimbulkan respons subjektif terhadap perbedaan fiqih.

Sebagai umat Muslim, kita memiliki semangat yang sama, yaitu mencapai ketakwaan sejati, bukan ketakwaan semu yang penuh dengan sikap ananiyah yang berlebihan, meremehkan, dan menganggap orang lain lebih rendah dalam segala hal.

Di tanah suci Makkah, suara talbiyah terdengar memuliakan Allah Yang Maha Agung dan takbir bergema di seluruh dunia. Kita semua sama, meskipun berbeda suku dan ras, karena Al-Quran dan As-Sunnah menjadi sumber utama referensi dalam menjalankan agama Islam.

Panggilan untuk berhaji ke Baitullah di musim haji ini patut disyukuri karena setelah masa pandemi COVID-19 kuota jumlah jamaah haji Indonesia bertambah dua kali lipat.

Oleh karena itu, umat Muslim yang sebelumnya tertunda selama tiga tahun akibat pandemi, kini dapat menunaikan ibadah haji.

Namun, ada catatan yang memprihatinkan bagi para jamaah, yaitu kenaikan biaya haji oleh pemerintah. Banyak yang harus menunda keberangkatan. Namun, ada juga yang memaksa diri untuk melunasi biaya haji meskipun dengan hati berat.

Mereka berharap dan memohon agar sistem dan kebijakan ini dapat dimaklumi. Sebelum dan saat menjalankan wukuf, semoga umat Muslim di tanah suci Makkah dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Saya mendoakan dengan tulus agar jamaah haji Indonesia dan umat Muslim di seluruh dunia dapat menjalankan ibadah haji dengan sempurna dan kembali ke keluarga masing-masing dengan selamat.

Bagi umat Muslim yang tidak berhaji, semoga tetap sehat dan diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah Makkah Al-Mukarramah secepatnya.

Kepada Allah SWT, kita bersujud dan menundukkan kepala sebagai tanda tunduk dan berserah diri untuk menyembah-Nya. Wallahu’alam.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author

Hot this week

Sang Aktivis Muda Era Orde Baru

Judul buku/karya  : Laut Bercerita Penulis/Pengarang : Leila S.Chudori Penerbit                  :...

Lazismu – Majelis Dikdasmen & PNF Nobatkan 10 Sekolah Penghimpun Filantropis Cilik Terbaik 2024

Girimu.com -- Lazismu Gresik bersama Majelis Pendidikan Dasar dan...

Apresiasi Sekolah Penyelenggara Program Filantropi Cilik dan Gathering Ortu Asuh

Girimu.com -- Lazismu Gresik bersama Majelis Dikdasmen dan PNF...

Wonderland Spemutu Pukau Gathering Anak Asuh 2024

Gresik, 14 Desember 2024 - Kolaborasi seni tari tradisional...

Topics

Sang Aktivis Muda Era Orde Baru

Judul buku/karya  : Laut Bercerita Penulis/Pengarang : Leila S.Chudori Penerbit                  :...

Apresiasi Sekolah Penyelenggara Program Filantropi Cilik dan Gathering Ortu Asuh

Girimu.com -- Lazismu Gresik bersama Majelis Dikdasmen dan PNF...

Wonderland Spemutu Pukau Gathering Anak Asuh 2024

Gresik, 14 Desember 2024 - Kolaborasi seni tari tradisional...

Aisyiyah Jatim Berdayakan Perempuan Melalui Pelatihan Batik

Pasuruan, Jawa Timur – Aisyiyah Jawa Timur menggelar pelatihan...

SDMM Panen Penghargaan untuk Guru dan Tendik Terdisiplin dan Inovatif 2024

Girimu.com - Majelis Dikdasmen & PNF Pimpinan Ranting Muhammadiyah...

MTs Muhammadiyah 7 Pantenan Gelar Musyran untuk Perbarui Struktur Organisasi IPM 2025-2026

GRESIK (7 Desember 2024) - Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar...
spot_img

Related Articles