MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Menkopolhukam, Mahfud MD kepada Buya Ahmad Syafii Maarif mengaku memiliki kenangan khusus. Mahfud menceritakan bahwa dia pernah menjadi mahasiswa dan asisten Buya Syafii di mata kuliah Ideologi Negara.
Interaksi intens tersebut membuka peluang kepada Mantan Ketua MK 2008-2013 ini untuk belajar langsung dengan Buya Syafii. Dalam diskusi formal maupun non formal yang sering dia lakukan, Buya sering mengeluh dengan implementasi Pancasila.
“Kita ini sudah punya ideologi Pancasila, Dasar Negara yang sudah sangat bagus. Ngak usah rewel begitu, karena sesungguhnya di dalam ideologi Pancasila itu kita tidak harus bermusuhan dengan orang lain yang berbeda. Setiap kelompok di dalam Pancasila itu diberi kesempatan untuk maju menurut golongannya,” ucap Mahfud menirukan Buya Syafii Maarif.
Di acara Rosi yang disiarkan oleh Kompas TV pada, Kamis Malam (2/6), Mahfud menjelaskan, bahwa dalam Buku “Titik Kisar di PerjalananKu: Autobiografi Ahmad Syafii Maarif” disebutkan cita-cita Buya Syafii ingin mendirikan Negara Islam, seperti cita-cita yang dimiliki Gus Dur dan Amien Rais.
Namun pada kisaran tahun 80’an, setelah mengalami pergolakan intelektual dengan tokoh-tokoh muda alumni Barat, nama-nama tersebut berubah haluan dalam memandang Indonesia. Bahkan, Gus Dur sampai menangis tersedu-sedu karena sempat memiliki keinginan mendirikan Negara Islam di Indonesia.
Mengenang Buya Syafii Maarif di Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Mahfud MD menyebut bahwa Buya sering mengeluh dengan lemahnya membumikan Pancasila, terlebih Sila Kelima. Buya semasa hidupnya sering menyebut Sila Kelima Pancasila sebagai “yatim piatu”.
Bahkan Buya Ahmad Syafii Maarif pernah menyindir dengan sangat keras terkait dengan lemahnya membumikan Pancasila dengan menyebut bahwa, Pancasila itu digaungkan di mulut, dimuliakan di tulisan, tapi dimiskinkan di perbuatan.
Terkait dengan sindiran itu, Mahfud MD mengakui bahwa yang disampaikan Buya tersebut bukan hanya retorika belaka. Sebab, Buya benar membumikan Pancasila terlebih pada Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Kalau dia (Buya Syafii) melihat anak muda punya pemikiran maju, diajak ngomong sama dia. Seperti diceritakan oleh Hamid Basyaib itu, masih anak muda waktu itu. Buya Syafii mau seminar, itu diajak diampiri,” ucapnya.
“Sesudah (seminar) di Pabelan Cuma anak muda saja dapat honor ung ceramah, honornya (Buya Syafii) dibagi dua padahal dia ini bukan pembicara. Dengan cara-cara seperti itu yang dilakukan Pak Syafii, sampai akhir hayatnya concern seperti itu memang luar biasa”. Imbuhnya.
No comments yet.