BANDUNGMU.COM, Bandung — Pada suatu siang, Shizuka Hayashi (30) dan beberapa warga negara Jepang lainnya berkumpul di pelataran Cihampelas Walk, Kota Bandung, untuk menari dengan penuh semangat.
Mereka bukan sedang menari tarian Jepang, melainkan menari Jaipong, sebuah tarian khas Sunda. Selama 1,5 jam, mereka dengan cermat mengikuti instruksi dari Iyea Rismayati, pemimpin dan koreografer Sanggar Tari Putri Ayu.
Mereka terlihat sangat antusias ketika tarian yang mereka pelajari ditemani oleh musik Sunda. Shizuka Hayashi mengungkapkan minatnya pada tarian Jaipong karena gerakannya yang indah dan kostumnya yang mewah.
Dia merasa beruntung ketika menemukan Sanggar Tari Putri Ayu dan mulai serius belajar tarian tersebut.
“Sebelumnya saya tidak tahu ada tarian seperti ini di Indonesia. Melihat gerakan tarian Jaipong sangat mengesankan dan kostumnya juga mewah sehingga saya sangat tertarik dan ingin belajar,” katanya seperti dikutip dari bandung.go.id pada Selasa (12/09/2023).
Menurutnya, bagian yang paling sulit dari tarian Jaipong adalah menyelaraskan gerakan tubuh, termasuk kaki, badan, leher, dan tangan, dengan musik.
“Belajar menyelaraskan gerakan tangan, kaki, posisi badan, leher, dan memadankan gerakan dengan musik itu sungguh sulit,” ungkapnya.
Tidak terasa, Shizuka telah mengabdikan dirinya selama lebih dari 10 tahun untuk belajar tarian Jaipong dan tampil dalam berbagai acara bersama Sanggar Tari Putri Ayu.
“Sudah lebih dari 10 tahun saya belajar tarian Jaipong. Saya sering tampil mulai dari mall hingga stasiun televisi,” katanya.
Ia berharap bisa memperkenalkan tarian Jaipong dan tarian tradisional Sunda lainnya di kampung halamannya di Jepang. “Tentu saja, saya berencana untuk membawa dan memperkenalkan tarian Jaipong di Jepang,” harapnya.
Jadi tari favorit
Sementara itu, Iyea Rismayati, pemimpin dan koreografer Sanggar Tari Putri Ayu, menjelaskan bahwa seni tari Jaipong menjadi favorit warga Jepang di Kota Bandung. Iyea telah menjadi pelatih tari Jaipong bagi warga Jepang sejak Mei 1991.
“Dulu saya juga mengajar tari Saman, mulai dari 1991, tetapi juga ada tari Merak dan lainnya. Energi dalam tari Jaipong sangat tinggi, tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk memahami budaya Sunda,” ujarnya.
“Saya sangat menghargai bagaimana warga negara Jepang ini cepat menghargai tarian tradisional Sunda,” tambahnya.
Selain mengajar warga asing, Iyea Rismayati dan Sanggar Tari Putri Ayu juga mengajar tari kepada berbagai kelompok usia. Sejak didirikan pada 1990, lebih dari 1.600 murid telah dia bimbing. Banyak prestasi telah diraih oleh para muridnya, baik dalam kompetisi tingkat nasional maupun internasional.
“Jika dihitung, banyak anak yang telah meraih lebih dari 200 gelar juara, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kami juga telah meraih prestasi internasional, mulai dari Malaysia hingga Amerika. Ada juga murid kita yang telah memenangkan pencarian bakat di berbagai stasiun televisi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap generasi muda akan terus mencintai dan melestarikan budaya Sunda, khususnya dalam bentuk tarian tradisional.
Anda ingin belajar tari tradisional Sunda dan bergabung dengan Sanggar Tari Putri Ayu? Silakan datang setiap Selasa dan Jumat ke Bandung Creative Hub.
Selain itu, setiap Rabu di Cihampelas Walk atau dapat mengunjungi langsung Sanggar Tari Putri Ayu di Jalan Suakasih 4 Nomor 12B RT 1 RW 8 Kota Bandung setiap Kamis, Sabtu, dan Minggu.
Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di Instagram @sanggarputriayu atau menghubungi nomor telepon 081321521564.
Bagaimana, apakah Anda tertarik? Ayo kita cintai dan belajar tari Jaipong sebagai tari dan budaya asli Indonesia.***
___
Sumber: bandung.go.id
Editor: FA