
Lima Makna Yaumul Fitri; oleh Kontributor PWMU.CO Lamongan Mohamad Su’ud.
PWMU.CO – Imam Hasan Basri pernah ditanya apakah sebenarnya Idul Fitri itu. Dia menjawab, yaitu orang yang dalam waktu sehari semalam tidak bermaksiat kepada Allah.
Demikian Ustadz Masro’in Assafani MA mengawali khutbah Idul Fitri di Lapangan Ardirejo, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Senin (2/5/22). Penyelenggaranya takmir Masjid Besar al-Fuqoha Ardirejo.
Di hadapan 850 jamaah, Gus Roin–panggilan khasnya—memaparkan ciri orang yang fitri. Pertama, merasa rezekinya tidak akan bisa diambil orang lain. Ciri lainnya, merasa amal ibadahnya tidak bisa dilakukan orang lain.
“Sehingga dirinya sendiri yang giat melakukannya dan dia seakan ditunggu oleh kematian sehingga sibuk menumpuk amal shalih,” imbuhnya.
Kemudian, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan itu menegaskan, inilah hakikat kesucian orang yang benar-benar mendapatkan Idul Fitri.
Makna Yaumul Fitri
Pria asal Desa Sapan, Kecamatan Laren, itu selanjutnya menguraikan lima makna yaumul fitri. Pertama, yaumul maghfirah (hari ampunan).
Siapakah yang mendapatkan pengampunan? Gus Roin menjawab, “Mereka adalah yang melakukan ibadah Ramadhan dengan keyakinan atas keimanannya hanya mengharapkan ridha Allah SWT.”
Sebaliknya, kata Roin, mereka yang gagal memperoleh maghfirahNya, melakukan ibadah Ramadhan hanya sebatas rutinitas, malu, gengsi, riya’, dan sebagainya.
Kedua, yaumus salamah (hari keselamatan). Di mana orang-orang saling mengucapkan selamat. “Saling memaafkan tanpa syarat. Dilakukan dalam rangka menghilangkan tekanan batin antar sesama,” jelas guru SMA Muhammadiyah 3 Maduran ini.
Ketiga, yaumul marhamah (hari kasih sayang). Sebab semua orang saling menyayangi. Roin, menjelaskan bahwa setiap Muslim harus menjaga martabat sesama Muslim.
“Saling melindungi, mengasihi dan membantu dalam suka dan duka,” tutur salah satu pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) kecamatan Laren ini.
Keempat, yaumul basama (hari senyuman). Menurut Gus Roin, hari raya adalah kesempatan menebar senyum kepada orang lain. “Senyuman bisa mengubah kesedihan menjadi kegembiraan. Tebarkan senyum maka kita akan menerima kebahagiaan juga!” tutur penulis buku 99 Mutiara Hati ini.
Kelima, yaumul falahi (hari kebahagiaan). “Hari ini, hampir semua orang berbahagia, karena menyambut hari kemenangan. Mari kita optimis dan yakin bahwa amalan Ramadhan kita diterima Allah SWT,” imbau penulis buku 9 Keutamaan Shalat Berjamaah di Masjid ini.
Di akhir khutbahnya, Gus Roin menutup dengan untaian doa yang puitis, “Menanam benih, menabur rabuk di lahan Ramadhan telah usai, semoga amal kita mampu menembus cakrawala, melintasi pintu tujuh langit, hingga simpuh di Arsy yang agung, menuai ampunan dan rahmat Tuhan, sehingga memanen kefitrian”. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN