back to top
Sunday, January 19, 2025
27.5 C
Gresik

Muhammadiyah Kritik Munculnya Aliran Kepercayaan dalam RUU Sisdiknas | PWMU.CO

Prof Abdul Mu’ti di Kantor PWM Jatim (dokumnetasi PWMU.CO/Icwan Arif)

Muhammadiyah Kritik Munculnya Aliran Kepercayaan dalam RUU Sisdiknas; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.

PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah  Prof Dr Abdul Mu’ti MEd  mengungkapkan, di draft RUU ini, pendidikan kepercayaan posisinya sama dengan pendidikan agama. “Setiap pelajar, berhak mendapat pendidikan agama sesuai agama/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya. 

Dalam salah satu tulisannya di media, dia menyatakan dengan tegas menolak frasa itu. Sebab, dia berargumen, kepercayaan berbeda dengan agama. 

Prof Mu’ti lantas mengingatkan, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dulu menganggap kepercayaan sebagai kebudayaan. “Pembinaan kepercayaan dimaksudkan supaya kepercayaan tidak mengarah kepada pembentukan agama baru. Di sini jelas kepercayaan bukan agama. Maka tidak bisa disamakan!” tegasnya. 

Menurutnya, itu hampir sama ketika ada perdebatan soal KTP.  Kepercayaan memang dicatat dalam Administrasi Kependudukan tapi tidak dicatat di KTP.  Wacananya, kalau ada kolom kepercayaan, maka kolomnya dipisah. 

“Jangan agama garis miring kepercayaan! Kalau mau dibuat kolom ya agama sendiri, kepercayaan sendiri. Tapi ternyata sampai sekarang tidak ada perubahan,” ujarnya. 

Kepercayaan Jadi Agama 

Padahal, kata Prof Mu’ti, di kalangan kawan-kawan penganut kepercayaan juga belum ada kesepakatan antara kelompok penghayat dengan kelompok aliran. Sebab, ada orang yang menganut kepercayaan dan juga menganut agama besar. Dia mencontohkan, di salah satu daerah di Jakarta, ada Muslim yang juga bertapa. 

Di sisi lain, sambungnya, ada keinginan kepercayaan itu menjadi agama. Perhatian ini dia nilai penting karena seakan-akan yang mengurusi kepercayaan hanya orang Islam. Padahal kenyataannya tidak, di agama lain juga begitu. Ada pula indigenous religion yang masuk ke agama lain dan masih menjadi perdebatan. 

Dia lantas mengusulkan, “Kalau memang diadakan, agama dan kepercayaan dipisah. Atau tidak perlu masuk. Cukup menggunakan Permendikbud tahun 2016 yang memberikan kewenangan dan kesempatan kepada penganut kepercayaan untuk mendapat pendidikan kepercayaan.” 

Kata dia, sekarang baru 12 ribu sekian yang mendapat pendidikan kepercayaan di seluruh Indonesia, itupun tersebar di 15 provinsi. 

Baca sambungan di halaman 2: Dampak Sikap Muhammadiyah 

sumber berita by [pwmu.co]

Author

Hot this week

Ketua PWA Jatim, Dra Rukmini Amar, MAp, Buka Konsolidasi Majelis Tabligh dan Ketarjihan se-Jawa Timur

Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Timur, Dra Rukmini...

Semarak Malam Legian

Puisi Suhartoko Anak muda …. Kupahatkan kesejukan di wajah kalian, di...

Lahir Lagi

LAHIR-LAGI Ranjang adalah pertapaan. Antara kelahiran- kematian. Pertarungan tanpa suara,...

MI Mulia Gelar Kegiatan Ecoprint dan Mewarnai, Tingkatkan Kreativitas Siswa

MI Muhammadiyah 5 Cangaan, yang lebih dikenal sebagai MI...

Praktik Semaphore, Siswa SD Al Islam Cerme Belajar Sambil Bermain

Siswa-siswi SD Al Islam Cerme kembali menunjukkan antusiasme mereka...

Topics

Semarak Malam Legian

Puisi Suhartoko Anak muda …. Kupahatkan kesejukan di wajah kalian, di...

Lahir Lagi

LAHIR-LAGI Ranjang adalah pertapaan. Antara kelahiran- kematian. Pertarungan tanpa suara,...

MI Mulia Gelar Kegiatan Ecoprint dan Mewarnai, Tingkatkan Kreativitas Siswa

MI Muhammadiyah 5 Cangaan, yang lebih dikenal sebagai MI...

Praktik Semaphore, Siswa SD Al Islam Cerme Belajar Sambil Bermain

Siswa-siswi SD Al Islam Cerme kembali menunjukkan antusiasme mereka...

Hujan Kedua

Hujan Kedua Menggigil terus resahBerteduh tetap kuyupTerbenam raih cahaya Hujan kabarkan...

Lazismu Gresik Himpun Dana ZISKA Rp12,9 Miliar, 6.010 Jiwa Terbantu

Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik melaporkan capaian kinerja...
spot_img

Related Articles