GIRImu.com — Ada yang berbeda dalam pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musyda) XVII Pemuda Muhammadiyah Gresik, Jawa Timur, Minggu (30/7/2023). Musyda yang dihelat di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik itu menghadirkan para petinggi partai politik (parpol) dalam diskusi kebangsaan untuk menggugah semangat pemuda dalam perspektif politik.
Setidaknya 3 ketua parpol di Gresik hadir dalam Musyda yang diikuti sekitar 500 peserta itu. Mereka adalah Ketua DPD Partai Golkar Gresik Ahmad Nurhamim yang juga Wakil Ketua DPRD Gresik; Ketua DPD Partai Gerindra Gresik, Asluchul Alif; dan Ketua DPD PAN Gresik Faqih Usman.
Oleh panitia, ketiganya dihadirkan sebagai pembicara dalam diskusi yang dipandu oleh salah seorang pengurus Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Gresik Ahmad Faizin Alkarimi.
Dalam pengantar sambutannya, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ainul Muttaqin, memgungkapkan, diundangnya para ketua partai sebagai pembicara agar para pemuda terbuka wawasan dan cakrawalanya terkait dengan situasi yang berkembang di masyarakat, terutama di dunia politik.
“Apalagi, tahun 2024 yang tidak lama lagi merupakan puncak tahun politik, dilangsungkannya pemilu. Karena itu, para pemuda jangan sampai ketinggalan informasi. Hadirnya para politisi ini diharapkan mampu memberikan bekal langsung dari ahli dan pelakunya,” ujar Ainul.
Anha, sapaan akrab Ahmad Nurhamim, yang mendapat kesempatan pertama dalam diskusi politik itu, banyak “memprovokasi” para pemuda Muhammadiyah untuk berani keluar dari pakem normatif dan berkontribusi di bidang politik.
Muhammadiyah, terutama para pemudanya, kata Anha, punya potensi besar untuk memanfaatkan dan mengambil peran-peran politik. Karena itu, perlu keberanian dan kemauan keras untuk memanfaatkan setiap peluang yang ada.
“Di Golkar, sebenarnya ‘saham’ yang dimiliki teman-teman pemuda Muhammadiyah cukup besar. Cuma, ketika diberi kesempatan, tidak ada yang serius. Kalau mau, saya membuka diri, sehingga nantinya bisa menggantikan estafet kepemimpinan di Golkar,” ujarnya.
Dikatakan, sudah tidak bisa dibantah, bahwa Muhammadiyah memiliki amal usaha yang sangat besar, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Nah, kedua bidang itu, lanjutnya, dalam pengelolaannya pasti perlu produk kebijakan yang memayunginya dan itu adalah produk politik.
“Kalau temen-temen Muhammadiyah, khususnya para pemudanya bisa memegang pos-pos strategis di pemerintahan atau di legislatif, kan ideal. Ini yang perlu dikaji dan dirumuskan oleh Komisi Organisasi dalam pelaksanaan Musyda ini untuk direkomendasikan,” kata Anha memberikan semangat.
Sementara Ketua Partai Gerindra Gresik Asluchul Alif, mengatakan, potensi suara pemuda dalam pemilu cukup besar, sekitar 45 persen. Karena itu, ia berharap para pemuda, khususnya di Muhammadiyah, jangan apolitik, jangan sampai tidak datang ke tempat pemungutan suara (TPS) saat pemilu.
“Jangan sampai tidak nyoblos. Bersatulah, jangan terpecah. Pemuda harus bisa mewarnai dunia politik. Dan yang terpenting, jalinlah silaturahmi dan komunikasi yang intens dengan para ketua partai. Insya Allah, akan dibantu dalam hal mengakomodasi program yang dimiliki para pemuda di Muhammadiyah,” katanya.
Faqih Usman, yang mendapat kesempatan terakhir dalam sesi penyampaian materi, mengungkapkan, data empirik menyebutkan, di politik struktural, kader Muhammadiyah yang benar-benar kader masih sangat minim. Karena itu, optimalisasi peran dan berani mengambil peran politik ini.
“Kalau mau jujur, berapa sih kader Muhmmadiyah yang duduk di parlemen, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat. Karena itu, lebih terlambat daripada tidak sama sekali. Jangan sungkan-sungkan untuk masuk dunia politik,” ujarnya. (har)