PWMU CO • Oct 10 2022 • 71 Dilihat
PWMU.CO– Napak tilas sejarah KH Ahmad Dahlan bersama cicit KH Ahmad Dahlan, Ustadz Ir Munichy Bachron Edrees MArch, menutup rangkaian acara Pelatihan Nasional Mubaligh Muda Muhammadiyah (PNM3) angkatan ke-13.
Acara terakhir napak tilas sejarah KH Ahmad Dahlan ini digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Sabtu (8/10/2022).
Di awal paparan, Munichy B. Edrees menjelaskan, perjuangan KH Ahmad Dahlan sangat luar biasa. Meninggal di usia relatif muda pada usia 54 tahun.
”KH Ahmad Dahlan dulu mendirikan Muhammadiyah bertujuan untuk mengembalikan Islam semurni- murninya sesuai dengan al-Quran dan sunnah,” ujarnya.
Kemudian, kata Munichy B. Edrees, KH Ahmad Dahlan di dalam beragama itu bukan tekstual tapi kontekstual. Sehingga mengatakan al-Quran bukan sekadar dibaca dan dihafalkan. Tapi diamalkan di dalam kehidupan.
”Karena al-Quran itu bukan tulisan dan buku, tapi firman Allah swt. Makanya KH Ahmad Dahlan sering merujuk kepada al-Quran dan hadist Nabi Muhammad saw,” sambung mantan Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Dia menambahkan, dulu Nabi Muhammad saw pernah khawatir kalau Quran itu hanya dibaca. Kalau al-Quran nanti tinggal dibaca, maka al-Quran nanti tinggal tulisan. Kalau tinggal tulisan, maka Islam itu tinggal nama.
”Banyak orang yang mengatakan Islam. Tapi sangat jauh orang yang mengamalkan al-Quran, syariat Islam. Karena orang sekarang rata-rata pintar pidato dan kultum di masjid, tapi tidak paham Quran,” sambungnya.
Maka terjadilah konflik jamaah di dalam masjid. Karena banyak yang tidak paham Quran. Menurut dia, makhluk paling buruk di muka bumi adalah ulama yang tidak paham al-Quran. Kebanyakan menafsirkan al-Quran semaunya sendiri. Karena itu KH Ahmad Dahlan dulu mengatakan, al-Quran itu diamalkan.
Kemudian dia bercerita, suatu ketika dalam pengajian rutin Subuh, Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan tafsir surat al-Maun berulang-ulang selama beberapa hari tanpa diganti surat lainnya.
Seorang santri Kiai Ahmad Dahlan penasaran. Lalu ia memberanikan diri bertanya kepada sang Guru. ”Mengapa materi pengajian tidak ditambah dan hanya mengulang-ulang surat al-Ma’un saja?” tanya santri bernama Sudjak itu.
Mendengar pertanyaan itu, Kiai Ahmad Dahlan kembali bertanya kepada santrinya,”Apakah kalian sudah benar-benar mengerti akan maksud surat al-Maun?”
Para santri serentak menjawab bahwa mereka tidak hanya paham, bahkan sudah hafal. Kemudian Kiai Dahlan bertanya kepada mereka, apakah arti ayat-ayat yang sudah dihafal tersebut sudah diamalkan?
Para santri menjawab dengan bertanya,”Apa yang harus diamalkan, bukankah surat al-Maun sering dibaca ketika shalat?”
Kiai Ahmad Dahlan menjelaskan kepada muridnya, bukan itu yang dimaksud dengan mengamalkan, tapi apa yang sudah dipahami dari ayat ini untuk bisa dipraktikkan dan dikerjakan dalam wujud nyata.
Karena itu, Kiai Ahmad Dahlan masih mengulang surat al-Maun sampai santri-santrinya melakukan aksi terhadap ayat ini. ”Ketahuilah Quran itu diamalkan, bukan hanya dipelajari dan dihafalkan,” tutur Kiai Dahlan.
Kemudian santrinya disuruh mencari orang fakir miskin. Pada saat itu masih zaman penjajahan sehingga banyak sekali anak fakir miskin. Jadi mudah mencarinya.
Munichy B Edrees mengatakan, berangkat dari sana, jika sekarang melihat aset Muhammadiyah sangat banyak sekali, itu gara-gara mengamalkan surat al-Maun.
”Betapa dahsyatnya jika kita hidup itu mengamalkan al-Quran. Quran itu yang membimbing orang masuk surga,” tuturnya.
Munichy menambahkan, KH Ahmad Dahlan itu orangnya istiqamah. Berpegang kepada sunnah Rasul dan sangat cerdas.
KH Ahmad Dahlan dulu prihatin terhadap masyarakat Jawa. Banyak yang menyembah pohon. Masih percaya kepada yang irasional. ”Itu akibat orang pada waktu itu taqlid kepada orang-orang tua,” ungkapnya.
Maka itu diberantas oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah jadi anti taqlid. Pada waktu itu KH Ahmad Dahlan memberantas namanya TBC (Tahayul, Bid’ah, Churofat).
Keistiqamahan KH Ahmad Dahlan itu karena selalu ingat mati. ”Orang yang cerdas itu orang yang ingat mati. Karena dengan ingat mati, akan menyiapkan bekal,” ujarnya. Di kamar Kiai Dahlan ada tulisan pesan kepada dirinya untuk selalu ingat mati.
”KH Ahmad Dahlan orangnya itu sedikit bicara banyak bekerja. Tapi setiap yang diomongkan itu semuanya bermanfaat. Karena semuanya merujuk dari al-Quran dan as-Sunnah,” ujarnya.
Kemudian dia bercerita, dahulu ada tamu kiai dari Semarang yang mendatangi KH Ahmad Dahlan. Setelah masuk, tamunya melihat foto-foto di ruang tamu. Foto kegiatan Hizbul Wathan, dan Kongres Muhammadiyah.
Kiai dari Semarang bilang ke KH Ahmad Dahlan,”Kiai, foto-foto itu dicopot saja. Itu haram karena Nabi dulu tidak pernah majang foto.”
Kemudian KH Ahmad Dahlan bertanya. ”Tadi kamu dari Semarang ke sini naik apa?”
Tamu itu menjawab,”Naik kereta api.”
”Kamu bid’ah,” kata KH Ahmad Dahlan. ”Karena kamu ke sini tidak naik unta.”
Paparan napak tilas sejarah KH Ahmad Dahlan pun berakhir.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.