MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI—Tidak mungkin ditutupi bahwa kelemahan dari negara-negara dengan mayoritas penduduk islam, termasuk Indonesia lemah dalam penguasaan sains dan teknologi.
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi, serta tabligh, Prof. Dadang Kahmad, umat Islam harus menyeimbangkan antara dzikir dan pikir, jangan sampai terlalu berat dzikir tapi lupa pikir. Sebab kunci dari ilmu pengetahuan adalah literasi, sebagaimana disebutkan dalam Al Alaq ayat 1 dan Al Baqarah ayat 30.
“Cuam sayang kebiasaan kita di negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia kita kurang bisa membaca, memperhatikan dunia teknologi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu terjadilah yang seperti diketahui minat baca di Indonesia itu nomor 67 dari 70 negara,” ungkap Dadang.
Di acara Pembukaan Sekolah Literasi PP IPM dan Pelantikan PW IPM Sulawesi Tenggara Periode 2021-2023 pada, (2/6) tersebut, Prof. Dadang juga mengutip data dari UNESCO yang menyebut bahwa hanya 0,01 persen penduduk Indonesia yang suka membaca.
“Muhammadiyah sejak awal concern, sangat prihatin dengan seperti itu. Karena kunci kemajuan suatu masyarakat itu adalah membaca. Termasuk kemajuan Umat Islam juga dengan membaca,” imbuhnya.
Melihat fakta-fakta tersebut, Guru Besar Sosiologi Agama ini menghimbau kepada kader-kader muda Muhammadiyah, termasuk di dalamnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) supaya menjaga concern Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa melalui penguatan literasi.
Oleh karena itu, dia mendukung gerakan-gerakan literasi yang dilakukan oleh Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah secara khusus IPM.Prof. Dadang menjelaskan bahwa, gerakan pencerahan melalui literasi telah dilakukan sejak lama oleh Muhammadiyah, diantaranya melalui Taman Poestaka.
“Mudah-mudahan ini sangat bermanfaat bagi generasi muda Muhammadiyah tidak hanya di IPM tetapi juga di seluruh generasi Muhammadiyah, AMM untuk sadar tentang masa depan”. Tuturnya.
Menurutnya literasi adalah jendela dunia, artinya ketika Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) telah melek literasi sama dengan telah membuka jendela. Melihat dunia dan Muhammadiyah kekinian, yang tidak lagi berorientasi fisik, Dadang berharap penguatan literasi tersebut bisa menjawab tantangan Muhammadiyah abad kedua.
“Kita berusaha bagaimana warga Muhammadiyah menyadari akan tantangan abad kedua yang penuh dengan tantangan orientasi-orientasi baru, perubahan-perubahan yang sangat mendasar,” ungkapnya.
No comments yet.