MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Bulan Ramadan yang telah berlalu sejatinya mengajarkan umat Islam untuk menjadi pribadi yang beriman, bertakwa kepada Allah, dan berbuah ihsan kepada setiap makhluk-Nya.
Agar umat Islam tidak meninggalkan intensitas ketakwaan di bulan Ramadan, maka Nabi menganjurkan umatnya untuk melakukan puasa sunnah enam hari bulan Syawal.
“Bulan Syawal itu adalah bulan yang khusus, tempatnya kita bersilaturahmi, melakukan amalan-amalan baik dan spektrum getaran kita dari bulan Ramadan masih tinggi karena di bulan-bulan selanjutnya akan melemah,” kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad.
Dadang dalam Catatan Akhir Pekan di kanal youtube Tvmu, Sabtu (14/5), Dadang berpesan agar umat Islam tidak serta merta meninggalkan ibadah yang telah dibiasakan pada bulan Ramadan.
“Jadi harus tetap diusahakan dalam kondisi stabil. Kata Rasulullah, amalan yang disebut baik itu adalah yang stabil, beramal da’iman (kontinyu), ajeg dibandingkan dengan orang yang beramal hari ini tapi besoknya tidak,” kata dia.
Selain itu, bulan Ramadan nilai Dadang juga mendidik umat Islam untuk menjaga diri dari memperoleh harta yang cara perolehannya dilakukan secara bathil dan haram sebagaimana ditegaskan dalam ayat ke-188 Surat Al-Baqarah.
“Seolah-oleh begini, kamu setelah puasa itu harus mampu mengendalikan diri sehingga kamu tidak berani memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah. Jika kamu di bulan Ramadan bisa memakan minum dengan makan yang halal tentu kamu juga bisa makan yang halal di bulan selanjutnya,” terang Dadang.
Secara umum, kata dia bulan Ramadan sendiri membentuk pribadi muslim dalam lima hal yang positif. Pertama, agar umat Islam menjadi pribadi yang sabar. Kedua, menjadi jujur. Ketiga, senantiasa berada dalam ketaatan pada Allah. Keempat, menjadi lebih dermawan. Dan kelima, senantiasa beristighfar kepada Allah Swt.
“Itulah mungkin efek positif dari kita melaksanakna ibadah puasa yang harus kita lestarikan pada bulan-bulan yang akan datang,” pungkasnya. (afn)
No comments yet.