BANDUNGMU.COM, Bandung — Saat ini hoaks sangat mudah tersebar melalui media sosial dan juga whatsapp yang lebih privat. Hoaks menyebar sangat cepat karena kecanggihan teknologi sekarang.
Hoaks bisa menimbulkan salah saham dan konflik di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa suatu informasi itu hoaks atau bukan.
Menurut KBBI, hoaks adalah sebuah informasi bohong. Menurut KBBI para pelaku penyebaran hoaks mengumpulkan berita yang lalu lala di banyak milis.
Mengutip gramedia.com, kata “hoaks” mulai dikenal dan digunakan di Inggris pada abad ke-18 bersamaan dengan terbitnya buku “A Glossary: Or, Collection of Words, Phrases, Names, & Allusions to Customs” yang ditulis oleh Robert Nares pada 1822.
Dalam bukunya, Robert menjelaskan asal-usul kata “hoaks”. Menurutnya, “hoaks” berasal dari kata “hocus” dalam ungkapan “hocus pocus”. Menurutnya, “hocus pocus” adalah mantra yang diucapkan oleh para penyihir.
Ungkapan “hocus pocus” diambil dari salah satu nama penyihir terkenal di Italia, yaitu Ochus Bochus. Kemudian, ungkapan ini digunakan oleh para pesulap dalam pertunjukan mereka.
Robert juga menyebutkan dalam bukunya bahwa mantra tersebut menjadi asal-usul kata “hoaks”. Menurutnya, “hoaks” adalah kabar bohong yang diciptakan untuk tujuan lucu.
Selain itu, “hoaks” juga dibuat secara sengaja. Tujuan dari “hoaks” adalah membuat penerima informasi bingung dengan maksud menghibur melalui lelucon.
Seiring berjalannya waktu, kata “hoaks” semakin dikenal dan berkembang, dari sebuah lelucon menjadi lelucon yang agak serius.
Sebenarnya, “hoaks” bukan hal baru di Indonesia. Istilah ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum adanya internet. Orang zaman dahulu mengenal istilah “surat kaleng”.
Beberapa orang mengatakan bahwa “surat kaleng” adalah surat yang diterima tanpa diketahui pengirimnya. “Surat kaleng” berisi hal-hal penting yang ingin disampaikan.
Namun, ada yang berpendapat bahwa “surat kaleng” adalah surat yang digunakan untuk menyebarkan berita bohong.
“Hoaks” semakin menemukan tempat untuk berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Ketidakhadiran batasan internet menjadi pemicu utama penyebaran berita hoaks.***