bandungmu • Nov 04 2023 • 113 Dilihat
BANDUNGMU.COM — Masjid Al-Aqsa juga disebut dengan Baitul Maqdis adalah nama sebuah kompleks seluas 144.000 meter persegi yang berada di Kota Lama Yerusalem, Palestina, yang saat ini sedang dijajah Zionis Israel.
Kompleks ini menjadi tempat yang disucikan oleh umat Islam, Yahudi, dan Kristen. Banyak orang yang mengunjungi masjid mulia ini.
Seperti apa perjalanan sejarah Masjid Al-Aqsa dari masa ke masa? Berikut rangkumannya yang dikutip dari Wikipedia.
Bukit tempat Masjid Al-Aqsa berada dipercaya telah dihuni sejak milenium keempat sebelum Masehi.
Menurut Alkitab Ibrani, Nabi Daud (Raja Daud) membeli sebidang tanah di Yerusalem dari salah satu suku Yebus, Suku Kan’an, untuk dibangun sebuah tempat ibadah di atasnya.
Namun, keinginan itu baru terwujud pada masa putra dan penerusnya, Sulaiman (Salomo), yang kemudian membangun tempat ibadah yang dikenal dengan Bait Suci pertama, Bait Salomo, atau Kuil Sulaiman.
Lokasi pasti dari Bait Suci pertama ini masih tidak diketahui. Namun, dipercaya berada pada tempat yang sekarang menjadi kompleks Masjid Al-Aqsa.
Setelah Nebukadnezar II, Raja Babilonia, menghancurkan Bait Suci pertama pada 586 SM, Raja Koresh yang Agung memulai pembangunan Bait Suci kedua pada 538 SM.
Sekitar tahun 19 SM, Raja Herodes yang Agung membangun ulang dan memperlebar Bait Suci dengan melibatkan sampai 10.000 pekerja.
Pada tahun 66 M, umat Yahudi melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Romawi.
Empat tahun kemudian, pasukan Romawi di bawah kepemimpinan Titus Flavius Vespasianus menyerang dan menghancurkan Yerusalem beserta Bait Suci kedua.
Pada tahun 130 M, Kaisar Hadrianus menjanjikan untuk membangun ulang Yerusalem.
Namun, umat Yahudi merasa dikhianati karena sang kaisar hendak membangun kota berdasarkan kepercayaan pagannya.
Selain itu, hendak membangun juga kuil yang dipersembahkan bagi pemujaan Dewa Jupiter di bekas reruntuhan Bait Suci kedua.
Ketegangan antara pemerintah Romawi dan umat Yahudi semakin memanas saat sang kaisar juga melarang perintah sunat yang dipandang sebagai sebentuk mutilasi bagi kaisar yang menganut seorang penganut Helenis taat.
Hal ini berujung pada pemberontakan yang dipimpin Simon Bar Kokhba. Namun, pemberontakan itu berhasil dihancurkan pihak Romawi pada tahun 135 M.
Akibatnya, umat Yahudi diusir dari Palestina, dilarangnya penggunaan hukum Taurat dan penanggalan Yahudi, dan menghukum mati ahli Yahudi.
Kaisar Hadrianus membangun ulang Kota Yerusalem sebagai sebuah Kota Romawi bernama Aelia Capitolina dan umat Yahudi dilarang memasukinya.
Pada sisi lain, Kristen mulai bangkit dan menyebar di tubuh Kekaisaran Romawi hingga pada akhirnya menjadi agama resmi negara.
Kaisar Konstantinus I melakukan pengkristenan masyarakat Romawi dan mengunggulkannya atas pemujaan paganisme.
Kuil Jupiter yang dibangun Kaisar Hadrianus di reruntuhan Bait Suci kedua dihancurkan segera setelah Konsili Nicea I atas perintah Konstantinus I.
Keponakan Konstantin, Kaisar Flavius Claudius Julianus, memberikan izin kepada umat Yahudi kembali dan membangun ulang Bait Suci mereka pada tahun 363.
Julianus sendiri memandang bahwa Tuhan umat Yahudi merupakan anggota yang sesuai untuk Dewa-Dewa Pantheon yang dia percaya, selain dia juga adalah penentang kuat Kristen.
Sejarawan gereja menyatakan bahwa umat Yahudi mulai membersihkan puing-puing di Bukit Bait, tetapi gagal lantaran gempa bumi dan kemudian kemunculan api dari dalam bumi.
Namun, bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa terdapat bangunan gereja, biara, atau bangunan umum lain yang berdiri di atas Bukit Bait pada masa kekuasaan Romawi Timur.
Pada tahun 610, Kekaisaran Sasania Persia mengalahkan Romawi dan merebut Palestina.
Umat Yahudi diberi wewenang untuk mendirikan negara bawahan dan mulai membangun Bait Suci.
Namun, lima tahun kemudian, Romawi kembali mengambil alih Palestina dan umat Kristen menghancurkan Bait Suci yang belum selesai pembangunannya dan menjadikan tempat itu sebagai tempat pembuangan sampah.
Pada tahun 637, umat Islam mengambil alih kepemimpinan atas Yerusalem dari tangan Romawi Timur pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Kompleks reruntuhan Bait Suci, dikenal sebagai Masjid Al-Aqsa atau Baitulmaqdis oleh umat Islam, ditemukan Umar dalam keadaan tidak terawat.
Meskipun begitu, Umar kemudian menemukan Batu Fondasi atas bantuan Ka’b Al-Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam.
Batu ini diyakini sebagai titik pijakan Nabi Muhammad SAW naik ke langit dalam kepercayaan umat Islam dan tempat Nabi Ibrahim AS (Abraham) hendak menyembelih anaknya, Ishak, dalam kepercayaan umat Yahudi.
Al-Ahbar mengusulkan untuk membangun masjid di sebelah utara batu tersebut agar umat Islam dapat menghadap ke arah Ka’bah dan batu tersebut dalam satu garis lurus saat salat.
Namun, Umar menolak gagasan itu dan membangun masjid di selatan batu. Pernyataan saksi mata yang pertama diketahui berasal dari Arcluf yang mengunjungi Masjidilaqsa pada 670.
Berdasar pernyataan Arcluf yang dicatat oleh Adomnán, dia melihat bangunan ibadah kayu persegi panjang dibangun di atas reruntuhan dan dapat menampung setidaknya 3.000 jemaah.
Pada masa Kekhalifahan Umayah, mulai didirikan beberapa bangunan di tanah Masjid Al-Alqsa.
Pada 691, didirikan sebuah bangunan segi delapan berkubah yang menaungi batu fondasi oleh Khalifah Abdul Malik.
Bangunan itu yang kemudian dikenal dengan Kubah Shakhrah, secara harfiah bermakna kubah batu.
Setelah kemenangan umat Kristen pada Perang Salib Pertama pada 1099, kepemimpinan Yerusalem beralih ke tangan umat Kristen.
Umat muslim berlindung di Masjid Al-Aqsa, tetapi hal tersebut tidak menolong. Gesta Francorum menyatakan membunuh dan menyembelih bahkan di Bait Salomo (Masjid Al-Aqsa).
Fulcher, pendeta yang turut serta dalam Perang Salib pertama, menyatakan, “Di Bait (Suci) 10.000 orang terbunuh. Memang, jika Anda di sana, Anda akan melihat kaki Anda diwarnai darah dari orang-orang yang terbunuh sampai mata kaki. Namun, apa lagi yang harus saya hubungkan? Tak satu pun dari mereka dibiarkan hidup, baik wanita maupun anak-anak tidak diampuni.”
Setelah peristiwa ini, Kerajaan Kristen Yerusalem didirikan. Jami Al-Aqsha diubah menjadi istana kerajaan dengan nama Templum Solomonis atau Kuil Sulaiman (Salomo) dan Kubah Shakhrah diubah menjadi gereja dengan nama Templum Domini (Kuil atau Bait Tuhan).
Kepemimpinan Yerusalem beralih kembali ke tangan umat Islam pada 1187 setelah kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Semua jejak dan bekas peribadahan Kristen di Masjid Al-Aqsa dihilangkan dan kompleks tersebut kembali kepada kegunaan asalnya.
Kewenangan umat Islam terhadap Masjid Al-Aqsa cenderung tanpa gangguan hingga lepasnya wilayahnya Palestina dari Usmaniah.
Setelah perang enam hari, pemerintah Israel mengambil alih kepemimpinan Kota Lama Yerusalem, termasuk di dalamnya Masjid Al-Aqsa.
Kepala Rabi dari Pasukan Pertahanan Israel, Shlomo Goren, memimpin pasukan melakukan perayaan keagamaan di Masjid Al-Aqsa dan Tembok Barat dan mengeluarkan maklumat untuk menjadikan hari tersebut sebagai hari raya “Yom Yerushalayim” (Hari Yerusalem).
Beberapa hari setelah itu, 200.000 umat Yahudi berbondong-bondong mendatangi Tembok Barat dan ini adalah ziarah massal pertama umat Yahudi ke kompleks ini sejak tahun 70 M.
Awalnya pihak berwenang muslim tidak menghalangi Goren ketika dia beribadah di Masjid Al-Aqsa, hingga pada hari Tisha B’Av dia membawa lima puluh pengikutnya sembari membawa dan mengenalkan shofar (trompet Yahudi) dan tabut portabel saat ibadah.
Hal tersebut dipandang sebagai peringatan keras bagi Lembaga Wakaf Yerusalem yang menggiring kepada buruknya hubungan antara pemerintah Israel dan pihak berwenang muslim.
Pada Juni 1969, seorang Australia berusaha membakar Jami Al-Aqsha. Pada 11 April 1982, seorang Yahudi bersembunyi di Kubah Shakhrah dan melepaskan tembakan, membunuh dua orang Palestina dan 44 terluka.
Pada 1974, 1977, dan 1983, kelompok yang dipimpin Yoel Lerner merancang makar untuk meledakkan Kubah Shakhrah dan Jami Al-Aqsha.
Pada 26 Januari 1984, penjaga menemukan anggota B’nei Yehuda mencoba menyusup ke dalam kawasan Masjid Al-Aqsa dan meledakkannya.
Pada 8 Oktober 1990, pasukan Israel yang berpatroli di daerah tersebut memblokir jemaah untuk masuk ke Al-Aqsa.
Gas air mata ditembakkan kepada jamaah wanita yang menyebabkan ketegangan meningkat.
Pada 12 Oktober 1990, umat Islam Palestina memprotes keras niat beberapa orang Yahudi untuk meletakkan batu penjuru di lokasi Kuil Baru sebagai awal penghancuran masjid-masjid muslim.
Upaya tersebut dihambat oleh pihak berwenang Israel. Namun, para pengunjuk rasa dilaporkan secara luas karena telah melempari batu kepada umat Yahudi di Tembk Barat.
Menurut sejarawan Palestina, Rasyid Khalidi, jurnalisme investigatif menunjukkan bahwa tuduhan ini salah.
Batu-batu akhirnya dilempar sementara pasukan keamanan melepaskan tembakan yang menewaskan 21 orang dan melukai 150 lainnya.
Pada Desember 1997, Badan Keamanan Israel mendahului upaya ekstrimis Yahudi untuk melempar kepala babi yang terbungkus halaman Al-Quran ke daerah tersebut untuk menyulut kerusuhan dan mempermalukan pemerintah.
Antara tahun 1992 sampai 1994, pemerintah Yordania melapisi kubah dari Kubah Shakhrah dengan 5.000 pelat emas.
Mimbar Shalahuddin juga dipulihkan. Perbaikan ini diperintahkan Husain, Raja Yordania, dengan anggaran pribadi sebanyak $8 juta.
Pada 28 September 2000, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungi Masjid Al-Aqsa bersama dengan utusan Partai Likud dan sejumlah polisi antihuru-hara Israel.
Kunjungan itu dipandang sebagai isyarat provokatif bagi rakyat Palestina yang kemudian berkumpul di tempat tersebut.
Unjuk rasa dengan cepat berubah menjadi kerusuhan dan ini menjadi pemicu terjadinya Intifadah Kedua.
Keadaan kembali memanas saat tiga pria keturunan Arab melakukan tembakan terhadap dua polisi Israel pada Jumat 14 Juli 2017.
Sebagai tanggapan atas peristiwa tersebut, dua pria itu ditembak mati setelah sebelumnya mencoba melarikan diri dan melakukan penutupan atas Masjid Al-Aqsa dan melarang muslim Palestina untuk salat di sana.
Mufti Agung Yerusalem, Syekh Muhammad Ahmad Husain, mengecam penutupan tersebut dan kemudian ditahan oleh polisi Israel setelah memimpin doa terbuka di dekat tempat kejadian perkara, meskipun kemudian dibebaskan dengan sejumlah jaminan.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.