Bersamaan dengan takbir idul fitri lepas maghrib tadi, bersamaan dengab lafazh takbir yang dibacakan serentak oleh jamaah Masjid yang baru saja menyelesaiakan pelaksanaan shalat maghrib berjamaah, tanpa diminta, mengalirlah air mataku sepanjang takbir itu dikumandangkan.
Aku hanya dapat menyebutkan bahwa ini adalah _keharuan_ yang hadir begitu saja. _Keharuan_ yang merupakan akumulasi dari kecamuk hati yang tiba-tiba membuncah. Tak sepatah kalimat _takbir_ bisa muncul dari bibirmu. Ia bergema dalam hatimu, seirama dengan kumandanga takbir yang terus menerus dilantunkan para jamaah.
Ya Rabb, betapa buruknya _syukurku_ dalam memanfatkan nikmat Ramadhan yang KAU beri. Betapa rendahnya kadar cintaku padaMU, sehingga tak begitu sungguh-sungguh aku menjalankan semua ibadah yang KAU janjikan pahala berlimpah.
Ya _Rabb_ jangan pula kau golongkan aku sebagai hamba yang celaka, karena tak kupeduli dengan ampunan yang berulang KAU tawarkan padaku.
Kini Ramadhan sudah berlalu pergi. Janganlah Engkau Meninggalkanku pula ya _Rabb_. Janganlah menjauh dariku, walau tubuhku ini masih berlumur dengan maksiat yang belum terampuni. Walau hatiku masih diganggu dengan cinta pada selainMu. Janganlah meninggalkanku wahai _Rabb_.
Wahai Rabb, kini sampailah _Idul Fitri_, biarlah aku _tenggelam_ dalam kasih sayang Mu. Berilah kemudahan padaku untuk menggunakan sisa usiaku mencintaiMu, taat kepadaMu. Dan jika kematian datang kelak, cabutlah nyawaku disaat itu KAU sedang ridha kepadaku. ( Abdul Latif Khan)
sumber berita dari infomu.co
No comments yet.