MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam riwayat Muslim dari Abu Qatadah kita dapati keterangan bahwa Nabi dalam melakukan salat dzuhur pada dua rakaat pertama membaca Al Fatihah dan dua surat dan kadang-kadang memperdengarkan kepada mereka bacaan ayat.
“Dari Abu Qatadah dari ayahnya, menceitakan bahwa Nabi saw pada salat Dzuhur dan Ashar, pada dua rakaat yang pertama membaca Fatihah dan sebuah surat dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami ayat-ayat, kemudian pada dua rakaat yang akhir membaca Fatihah“. (HR. Muslim).
Kata “yusmiunal aayata ahyanan” mengandung arti kadang-kadang dalam membaca surat di waktu salat Dzuhur dan Ashar dapat diartikan kebolehan membaca jahr pada salat yang biasa sir. Tetapi juga bacaan Nabi agak keras itu hanya ekspresi saja karena dalamnya pemikiran makna ayat, bukan karena jahr Fatihah dan surat, sebab yang didengar oleh para sahabat hanya beberapa ayat dan itu pun kadang-kadang. Pokoknya salat Dzuhur dan Ashar itu dilakukan dengan sir. Menurut penuturan Al-Albani, hal itu didasarkan atas dasar ijma’ yang didasarkan nukilan ulama khalaf dari ulama salaf.
Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah bagaimana kalau imam membaca jahr dalam Fatihah salat Dzuhur atau kalau tidak jahr imam dalam membaca Fatihahnya beraksentuasi sehingga bacaan akhir “walaadhdhaaliin” kemudian imam membaca aamin, sesuai dengan umum Hadis Nabi riwayat Al-Bukhari,
Dalam suatu riwayat ada yang berbunyi ‘idza ammanal imaamu faaminuu’ artinya apabila imam membaca ‘aamiin’, maka bacalah ‘aamiin’ pula. Hanya saja karena pada prinsipnya bacaan salat Dzuhur itu sir, makmum dalam bacaan aamin kalau imam membaca agak jahr Fatihah dan aamin-nya adalah sir saja.
Foto : ilustrasi
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all posts
No comments yet.