Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Tiga Cara Pengukuran Arah Kiblat

    Jan 05 202331 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Kata “kiblat” berasal dari kata Arab, al-qiblah, yang secara harfiah berarti arah (al-jihah). Arah kiblat adalah ke arah Ka’bah di Masjidilharam di Makkah Arab Saudi.

    Ka’bah adalah bangunan suci bagi umat Islam yang terletak di tengah-tengah Masjidilharam di Makkah. Oleh karena itu, Ka’bah disebut sebagai kiblat karena ia menjadi arah yang kepadanya orang harus menghadap dalam mengerjakan salat.

    Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo Suwarno dalam kajian yang diselenggarakan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan belum lama ini, kiblat secara ilmu falak ialah arah yang ditunjukkan oleh busur lingkaran besar pada permukaan bumi yang menghubungkan tempat salat dengan Ka’bah.

    Dengan demikian, penentuan arah kiblat pada hakikatnya adalah menentukan posisi Ka’bah dari suatu tempat di permukaan bumi atau sebaliknya.

    Tiga metode

    Menurut Rahmadi, seperti bandungmu.com kutip dari laman muhammadiyah.or.id, Selasa (03/01/2023), metode yang sering digunakan dalam pengukuran arah kiblat ada tiga macam. Pertama, memanfaatkan bayang-bayang kiblat.

    Langkah yang perlu ditempuh yakni (a) menghitung sudut arah kiblat suatu tempat, (b) menghitung saat kapan matahari membuat bayang-bayang setiap benda (tegak) mengarah persis ke Ka’bah, dan (c) mengamati bayang-bayang benda tegak pada saat seperti dimaksud poin (b). Kemudian mengabadikan bayang-bayang tersebut sebagai arah kiblat.

    Kedua, memanfaatkan arah utara geografis (true north). Langkah yang perlu ditempuh, yakni (a) menghitung sudut arah kiblat suatu tempat, (b) menentukan arah utara geografis (baca : true north) dengan bantuan kompas, tongkat istiwa’ atau teodolit, dan (c) mengukur/ menarik arah kiblat berdasarkan arah geografis seperti dimaksud pada poin (b) dengan menggunakan busur derajat, rubu’, segitiga, atau teodolit.

    Data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan arah kiblat antara lain lintang tempat (φ), bujur tempat (λ), lintang Ka’bah (φk), dan bujur Ka’bah (λk). Untuk lintang dan bujur tempat telah tersedia. Hanya saja daftar tersebut perlu diverifikasi dengan alat kontemporer.

    Ketiga, mengamati/memperhatikan ketika matahari tepat berada di atas Ka’bah. Metode ketiga ini dapat dilakukan tanpa harus mengetahui koordinat (lintang dan bujur) tempat yang akan dicari arah kiblatnya. Cukup menunggu kapan saatnya posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah.

    Posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah akan terjadi ketika lintang Ka’bah sama dengan deklinasi matahari, pada saat itu matahari berkulminasi tepat di atas Ka’bah.

    Kesempatan tersebut datang pada setiap 28 Mei (kadang-kadang terjadi pada 27 Mei untuk tahun kabisat) pukul 12.18 waktu Makkah atau 09.18 UT dan 16 Juli (tahun pendek) atau 15 Juli (tahun kabisat) pukul 12.27 waktu Makkah atau 09.27 UT.

    Bila waktu Makkah dikonversi menjadi waktu Indonesia Barat (WIB) harus ditambah dengan 4 jam sama dengan pukul 16.18 WIB dan 16.27 WIB.10.

    Oleh karena itu, setiap 28 Mei (untuk tahun pendek) atau 27 Mei (untuk tahun kabisat) pukul 16.18 WIB arah kiblat dapat dicek dengan mengandalkan bayangan matahari yang tengah berada di atas Ka’bah.

    Begitu pula setiap 16 Juli (untuk tahun pendek) atau 15 Juli (untuk tahun kabisat) juga dapat dilakukan pengecekan arah kiblat dengan metode tersebut.

    Tidak rumit

    Dalam praktiknya, tidak perlu langkah yang rumit untuk menentukan arah kiblat berdasar jatuhnya bayangan benda yang disinari matahari. Pengamat (observer) cukup menggunakan tongkat atau benda lain sejenis untuk diletakkan di tempat yang memperoleh cahaya matahari.

    Permukaan yang akan ditempati bayangan harus datar dan rata. Cahaya matahari yang menyinari benda tersebut akan menghasilkan bayangan. Arah bayangan ini merupakan arah kiblat.***



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top