Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Santri Virtual? – bandungmu.com

    Jan 03 202329 Dilihat

    Oleh: Sudarman Supriyadi, peminat masalah literasi dan sosial-keagamaan

    BANDUNGMU.COM, Bandung — Saat ini belajar ilmu agama bisa di mana saja dan menggunakan media apa saja. Tidak terbatas hanya belajar di sekolah, madrasah, ataupun pesantren.

    Kecanggihan teknologi harus bisa termanfaatkan termasuk untuk belajar agama. Sayang sekali kalau keberadaan dan kecanggihan teknologi tidak termanfaatkan dengan baik. Minimal untuk diri sendiri.

    Kita bisa belajar agama di Youtube, Instagram, TikTok, Facebook, dan media lainnya. Jika dahulu tayangan atau konten agama sebatas di media massa cetak dan elektronik, sekarang di media sosial pun konten agama tak kalah banyak.

    Baik konten agama yang sifatnya video, foto, audio, teks, grafis, perjalanan wisata religi, atau bahkan parodi, semuanya tersedia. Kontennya bisa lintas negara, lintas mazhab, lintas isme, dan lintas generasi dengan ragam bahasa.

    Oleh karena itu, jika generasi milenial atau “kolonial” tak juga mau belajar agama via konten-konten sederhanana yang tersedia di media sosial, misalnya, rugi betul hidupnya.

    Modalnya hanya hape, kuota, dan juga sinyal. Hanya itu. Sederhana dan praktis, tetapi kita bisa belajar ilmu agama dan informasi bermanfaat lainnya dengan modal tersebut.

    Apakah belajar ilmu agama dengan belajar langsung kepada guru atau ustad itu tidak perlu? Oh tentu saja perlu. Bahkan sangat perlu. Pembelajaran klasik semacam itu tetap perlu karena ilmu juga perlu guru dan sanad agar ilmu tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

    Namun, konteks saat ini yakni kita bisa belajar ilmu agama tambahan dengan memanfaatkan konten-konten agama di media sosial. Bahkan jika perlu dan mampu, boleh kita menjadi pembuat konten agama–tentu dengan referensi yang jelas–agar kita tidak sekadar menjadi konsumen, tetapi sekaligus produsen.

    Saring sebelum sharing

    Saat ini berbagai informasi–video, audio, teks, grafis, dan sebagainya–bisa masuk setiap detik ke hape kita masing-masing melalui grup whatsapp yang saya yakin setiap orang bisa punya lebih dari lima grup whatsapp.

    Termasuk di dalamnya konten-konten agama yang masuk ke grup whatsapp tersebut dengan kondisi pemahaman agama setiap anggota grup yang berbeda-beda. Bahkan mungkin banyak yang awam sama sekali.

    Eksesnya adalah informasi yang masuk itu, termasuk mungkin saja hoaks atau yang bernada provokatif, dengan mudah di-share tanpa terlebih dahulu disaring dan dicek kebenarannya.

    Setiap anggota grup whatsapp itu seakan-akan berlomba share informasi yang sumbernya entah dari mana. Asal share, asal komen, dan akhirnya tak jarang hal itu menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu.

    Esensinya, boleh dan wajib belajar agama dari media sosial, boleh menjadi santri virtual, dengan catatan jangan asal telan kemudian konten agama itu langsung di-share saja ke berbagai grup hanya karena ingin mendapat pujian dari orang lain sebagai orang yang alim.

    Cakap digital itu sangat perlu. Share informasi atau konten agama juga bagus. Paham literasi agama juga tak kalah penting. Bahkan sangat penting. Tujuannya agar tidak ada salah paham atau salah memahami agama hanya karena informasi yang sifatnya pendek.

    Oleh karena itu, perkuat dan banyak membaca buku, pelajari dunia digital dengan baik, belajarlah agama meskipun dari media sosial, cari dan pilih guru ngaji virtual yang sanad keilmuannya jelas bersambung kepada ulama terdahulu–bahkan sampai kepada Nabi SAW.

    Satu hal lagi, santri virtual yang baik tidak pernah asal share informasi yang ada di grup-grup whatsapp tanpa disaring terlebih dahulu. Ada adab dan etika di media sosial yang harus menjadi perhatian.

    Belajar agama boleh, tetapi jangan menimbulkan kegaduhan di dunia maya karena sering menyebarkan info-info yang sifatnya mengganggu kenyamanan masyarakat virtual lainnya.***



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top