MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam hadis Arbain Nawawi yang ke-39 disebutkan: “Dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.”
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Budi Jaya Putra mengatakan bahwa berdasarkan hadis di atas, Allah akan memaafkan dosa yang tidak disengaja. Hal tersebut karena segala perbuatan berasal dari niat. Jika seseorang tidak memiliki niat untuk melakukan dosa, melainkan karena adanya unsur ketidaksengajaan, maka Allah akan memaafkan kesalahan orang tersebut. Misalnya, tidak sengaja mencelakai seseorang. Meski dimaafkan, mencelekai seseorang tetap mesti bertanggungjawab.
Selain tidak disengaja, Allah juga akan memaafkan kesalahan seseorang bila dalam kondisi lupa. Misalnya, makan dan minum padahal di siang hari bulan Ramadan. Kondisi lupa membuatnya terbebas dari dosa. Dengan istigfar dan tidak mengulanginya lagi akan makin sempurna.
Bila dipaksa melakukan dosa, kata Budi, berdasarkan hadis di atas, Allah juga akan memaafkannya. Misalnya, seseorang yang menjadi tawanan kemudian dipaksa murtad untuk keselamatan dirinya, maka kesalahan tersebut dimaafkan Allah. Dengan catatan, ia masih memelihara iman kepada Allah di dalam hati.
“Jika jiwamu terancam, katakan saja iya. Tapi di dalam hati tetap menyimpan mengimani Allah dan Rasul-Nya. Misal yang lain, tidak ada lagi makanan selain makanan haram, maka silakan makan makananan haram tersebut,” ucap Budi dalam Kajian yang diselenggarakan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Selasa (28/02).
Menurut Budi, faedah yang tertera di dalam hadis ini ialah betapa luasnya rahmat Allah pada hamba-Nya. Allah memaafkan hamba ketika keliru, lupa, atau dipaksa. Pemaafan dan kemudahan adalah kekhususan umat ini. Syariat datang untuk mengangkat kesulitan. Maka konsekuensinya, dosa diangkat dari orang yang tidak berniat yaitu saat keliru, lupa, atau dipaksa.
“Inilah salah satu keistimewaan Islam, memudahkan dan tidak menyulitkan. Hal ini bukti bahwa Allah itu Maha Pemaaf. Maka jangan pernah khawatir, karena Allah itu menerima taubat,” tutur Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan ini.
Hits: 0
No comments yet.