MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Ketua Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Imam Mujaddid Rais menuturkan tantangan dakwah di era kekinian bisa dihadapi melalui sinergi dan kolaborasi antara lembaga filantropi dengan aktivitas dakwah.
Dalam sesi II Rakornas Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PP Muhammadiyah, Jumat malam (25/8), Rais menuturkan bahwa sekurangnya terdapat garis besar yang dilakukan oleh dakwah pencerahan Muhammadiyah di era, yaitu meliputi perubahan paradigma dakwah dan dakwah berbasis komunitas.
Melihat mad’u atau sasaran dakwah dari perspektif Lazismu, Rais mengklasifikasikan atau memetakan mad’u ke dalam beberapa jenis yang berbasis kelas dan komunitas.
Dalam pandangannya, pemetaan berbasis kelas terdapat empat yaitu kelas atas yang berarsiran dengan kelas menengah, kemudian kelas bawah yang berarsiran dengan kelas marginal.
“Kelas menengah muslim sebagai sasaran dakwah dengan memberikan pemahaman atau sosialisasi yang dapat membuat kontribusi dalam pengumpulan dana,” ungkapnya.
Model pendekatan dan pesan dakwah yang disampaikan antara kelas atas dan menengah menurutnya memiliki kesamaan, meski terdapat beberapa penekanan yang berbeda kepada kelas masing-masing.
Sementara kelas bawah dan marginal merupakan kelompok yang menerima santunan. Menurutnya, melalui kolaborasi antara lembaga filantropi Islam dengan LDK menghasilkan terobosan atau cara-cara baru dari bentuk-bentuk penyantunan yang diberikan.
Selain pemetaan berbasis kelas sosial, sasaran dakwah menurutnya juga dapat dipetakan berbasis komunitas. Dalam hematnya, yang sudah ada best practice di Persyarikatan Muhammadiyah terdapat komunitas hobi atau yang memiliki kesamaan kepentingan, dan komunitas filantropi atau voluntarisme.
Dalam menunjang efektivitas dakwah, imbuh Rais, juga diperlukan pengkajian terhadap isu yang relevan dengan fokus program pemerintah. Melalui pengkajian tersebut diharapkan membuka peluang dalam kolaborasi untuk praktik-praktik baik.
Hits: 0
No comments yet.