Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Tugas Kita itu Melayani – bandungmu.com

    Dec 04 202339 Dilihat

    Oleh:  Lina Sellin, Penulis buku

    BANDUNGMU.COM, Bandung — Semalam saya mengikuti sebuah seminar online bertema tentang penderitaan manusia—yang sepertinya tak akan pernah usai.

    Dalam seminar tersebut, ada seorang perempuan, yang mengeluarkan unek-uneknya, bahwa ia selama puluhan tahun bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).

    Ia merasa selama bertahun-tahun terperangkap dalam takdir “yang mengerikan”, karena rasanya tidak bisa lepas dari status “Pembantu”, yang di mata sebagian besar masyarakat sebagai status yang terpinggirkan bila dibanding dengan sederet jenis pekerjaan lain.

    Ia juga bercerita bahwa, karena status itulah kemudian timbul rasa marah dan kecewa pada Tuhan, yang akhirnya mengantarkannya pada sikap apatis terhadap apa pun yang berhubungan dengan Tuhan.

    Dengan kata lain, ia memilih untuk hidup bebas dari bayang-bayang Tuhan, dan tidak lagi mau “tunduk” pada apa pun perintah Tuhan. Karena baginya, itu sia-sia. Tuhan, toh, tetap tidak mengubah “nasib”-nya.

    Mendengar kisahnya itu, saya merasa sedih sekaligus terpukul, karena cerita semacam itu, tidak hanya satu atau dua kali saya dengar, tetapi cukup sering.

    Mereka merasa, bukan hanya insecure pada dirinya, tetapi juga sampai pada titik di mana sudah tidak memercayai lagi dengan semua potensi baik yang ada pada dirinya, juga bahkan kepada Tuhan sebagai Sang Penggenggam Takdir.

    Allah tidak cerewet seperti kita

    Pada malam itu juga, saya kemudian mengingat sebuah buku yang belum lama ini selesai saya baca, yang berjudul Allah Tidak Cerewet seperti Kita.

    Buku setebal 232 halaman ini ditulis oleh Emha Ainun Nadjib atau yang dikenal dengan panggilan Cak Nun atau Mbah Nun.

    Ketika membaca buku ini, saya merasa seperti disentil oleh penulis. Betapa tidak. “Hanya” karena cara pandang kita terhadap sesuatu itu keliru, kita bisa—seumur hidup akan menanggung “penderitaan” akan stigma masyarakat tersebut.

    Padahal, kalau ditelisik sedikit lebih dalam, bisa jadi stigma yang dianggap negatif itu justru merupakan sebentuk kemuliaan yang khusus hanya diberikan Tuhan kepada kita. Bukan untuk orang lain.

    Nah, dalam buku ini, Cak Nun, secara apik menyuguhkan berbagai analogi-analogi sederhana, mudah dipahami pembaca, tetapi bermakna sangat dalam.

    Sebagai contoh. Masyarakat kita selama ini kadung mengenal bahwa sudra, kesatria, dan brahmana, adalah suatu kasta.

    Tetapi menurut Cak Nun, bukan. Itu adalah soal fokus. Jadi, siapa pun kita, petani, ustadz, kiai, bergelar haji, pembantu, pemulung—siapa saja—selama fokusnya adalah keduaniawian—tetek-bengek urusan duniawi, maka selama itu pula ia berada di level sudra.

    Sehingga, bukan lagi soal kaya atau miskin, raja atau budak, yang menyebabkan ia mulia, tetapi itu soal fokus kita.

    Menjadi pembantu itu mulia

    Begitu juga dengan istilah pembantu/pelayan. Istilah itu, sejatinya sangat mulia. Karena itu adalah “status” yang bahkan dipilih Nabi Muhammad, saat ditanya oleh Allah, apakah akan memilih Mulkan Nabiyyan atau ‘Abdan ‘Abdiyyan?

    Nabi memilih untuk menjadi ‘Abdan ‘Abdiyyan. Nabi yang tugasnya melayani. Maka, apa pun tugas yang Tuhan embankan pada kita, tugas utama kita sejatinya adalah melayani, apa pun profesi.

    Dalam buku ini, sebenarnya ada banyak analogi lain yang bukan hanya menggelitik tapi juga membuka kesadaran kita. Misalnya:

    Di dunia ini tidak ada potensi negatif—kecuali kita salah mengelola energi itu. (halaman 14)

    Manusia diciptakan Tuhan untuk ditugasi di bumi, tapi sering kali “dijebak” oleh informasi dari Allah dan manusia tidak mau berpikir. (halaman 83)

    Allah itu melihat hatimu, tidak melihat kebenaranmu. Kebenaran Anda tidak bisa menemukan kebenaran sesungguhnya. Maka, jangan Anda mempertengkarkan kebenaran. (halaman 162)

    Manusia yang lengkap adalah manusia yang stand by menjadi apa saja yang diperlukan oleh masyarakat dan keluarganya. (halaman 192)

    Kalau gugup dan terus-menerus menuntut agar Allah ridha kepada Anda, sementara Anda sendiri tidak mentradisikan hati Anda ridha pada hidup Anda, bagaimana akan mendapatkan ridha Allah? (halaman 204)

    Maka, membaca buku ini, saya seperti sedang mendengar ceramah penulis—yang kadang susah dijangkau karena keterbatasan jarak dan waktu.

    Ceramah yang adem, mendamaikan, sekaligus menggugah kesadaran terdalam saya, untuk terus hidup secara baik, sesuai apa yang dimaui Allah. Bukan sesuai apa yang dimaui kita.

    Untuk itu, harapan saya, semoga bukan hanya saya yang menerima manfaat dari bagusnya buku ini, tetapi juga pembaca sekalian. Amin. ***

     

     

     

     

     



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top